Artinya berutang itu hanya dilakukan pada waktu darurat saja, tidak setiap waktu tidak setiap kesempatan. Kalau berutang sudah menjadi kebiasaan tidak hanya dalam waktu darurat saja, maka utang itu akan menjadi sebuah beban. Lebih jauh lagi, bahkan utang bisa melilit kehidupan seseorang.
Tak sedikit orang yang menjadi stress akibat terlilit utang. Bahkan ada orang yang sampai mengakhiri hidupnya disebabkan karena tidak  kuat menanggung beban hidup akibat lilitan utang.
Oleh karena itu ketika berutang kita harus mengukur kemampuan sendiri, apakah akan mampu membayar atau mengembalikan utang itu atau tidak. Kalau sekiranya mampu, boleh. Tetapi sekiranya tidak akan mampu, jangan sekali-kali berutang di luar batas  kemampuan.
Hal yang tak kalah pentingnya adalah kita harus senantiasa ingat bahwa berutang itu hanya dilakukan pada waktu darurat saja, sebab pada dasarnya utang adalah sebuah beban.Â
Dalam salah satu haditsnya, Nabi SAW mengingatkan, Â "...Sesungguhnya utang adalah kehinaan di siang hari dan kesengsaraan di malam hari...".
Peringatan Nabi saw. tersebut sungguh kontekstual dengan kondisi saat ini. Betapa kita menyaksikan banyak orang yang menjadi ketakutan di siang hari dan gelisah di malam hari akibat dikejar-kejar debt collector. Jangan sampai kita seperti itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H