Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apakah KAMI pada Akhirnya Akan Bermetamorfosis Menjadi Partai Politik?

4 Agustus 2020   21:23 Diperbarui: 4 Agustus 2020   22:49 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rocky Gerung, Din Syamsudin, Refly Harun, dan sejumlah tokoh lain seperti Abdullah Hehamahua, MS. Ka'ban, M. Said Didu, Adhie Massardi, Ichsanudin Noorsy, Hatta Taliwang, Sri Bintang Pamungkas, Tamsil Linrung, dan lain-lain, hari Minggu siang, 02 Agustus 2020 berkumpul di kawasan Fatmawati, Jakarta Selatan. Mereka berkumpul untuk pra deklarasi sebuah gerakan yang disebut dengan KAMI. KAMI atau Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia adalah gerakan moral yang terbentuk atas keresahan bersama terhadap kondisi bangsa saat ini.

Menilik para tokoh yang hadir, mereka adalah para tokoh nasional yang selama ini dipersepsikan bersikap kritis dan berseberangan dengan pemerintah. Mereka seringkali melontarkan kritik-kritik tajam terhadap banyak kebijakan pemerintah.

Bagi pemerintah, keberadaan mereka sejatinya diperlukan sebagai kelompok penyeimbang. Mengingat orang-orang seperti mereka akan berbicara jujur ketika ada kekurangan/kelemahan pemerintah. Sehingga kekurangan/kelemahan pemerintah itu (seharusnya) bisa dikoreksi atau diperbaiki.

Hal itu berbeda dengan orang-orang yang berada dalam lingkaran kekuasaan atau para pendukung pemerintah. Mereka tidak akan pernah bisa berkata "tidak" atau menunjukkan kekurangan/kelemahan pemerintah. Mereka hanya bisa mengatakan yang baik-baik saja dan cenderung ABS (Asal Bapak Senang). 

Din Syamsudin, salah seorang tokoh yang turut menjadi inisiator KAMI menyebut bahwa KAMI merupakan sebuah gerakan moral seluruh elemen dan komponen bangsa lintas agama, suku, profesi, dan kepentingan politik. Kehadiran KAMI menurut Din adalah untuk menyelamatkan Indonesia, karena Indonesia saat ini ibarat kapal besar yang sudah bersiap untuk tenggelam akibat ulah dari sekelompok orang yang ikut menumpang kapal tersebut.

Hal itu menurut Din, terlihat jelas dari banyaknya orang yang masih kelaparan, kehilangan pekerjaan, dan praktik korupsi yang terus berjalan. Negara juga telah dikuasai oleh oligarki dan dinasti politik.

Senada dengan Din, tokoh lain yang ikut hadir, yakni pakar hukum tata negara Refly Harun menyebut pembentukan KAMI dilakukan lantaran pemerintah dianggap belum dapat memenuhi seluruh hak konstitusional masayarakat, yakni melindungi, mencerdaskan, dan menyejahterakan bangsa. Kalau semua sudah terpenuhi, maka tak perlu lagi orang turun ke jalan, tidak perlu pula orang buat KAMI, dan sebagainya.

Secara sepintas dari dua orang inisiator KAMI di atas pun cukup jelas, bahwa tujuan KAMI pada dasarnya ingin agar Indonesia lebih baik. Tentu saja dengan cara KAMI sendiri, yakni dengan memberikan saran, masukan, atau kritik kepada pemerintah. Termasuk juga memberikan pencerahan kepada masyarakat.

Oleh karena itu tidak ada alasan bagi pemerintah atau siapa pun untuk "takut", merasa terancam, atau terusik dengan adanya KAMI. Sebab KAMI bukan gerakan makar atau gerakan yang membahayakan. Justeru KAMI memiliki tujuan yang positif dan konstruktif bagi bangsa ini.

Gerakan moral yang dibentuk oleh para tokoh nasional dari berbagai latar belakang seperti KAMI bukanlah yang pertama kali. Dulu sebelum reformasi 1998 pernah ada gerakan serupa yang bernama MARA.

MARA atau Majelis Amanat Rakyat merupakan sebuah gerakan moral dan lembaga yang bertujuan memperjuangkan keadilan dan demokrasi di Indonesia. MARA dibentuk pada tanggal 14 Mei 1998 di Galeri Cemara/Cafe, Jalan Cokroaminoto No. 6, Jakarta, oleh banyak tokoh nasional yang terdiri dari tokoh agama, wartawan, cendekiawan, ekonom, LSM (Lembaga Swadaya  Masyarakat), dan lain-lain.

Banyak nama-nama besar yang terlibat dalam pembentukan MARA. Seperti Prof. Dawam Rahardjo, Goenawan Muhammad, Fikri Djufri, Mochtar Pabottinggi, Ong Hok Ham, Prof. Emil Salim, Jend. (Pur.) Rudini, Frans Seda, Adnan Buyung Nasution, Arifin Panigoro, Prof. Nurcholish Madjid, Baharuddin Lopa, Rizal Ramli, Faisal Basri, Daniel Sparingga, Zumrotin, Nursyahbani Katjasungkana, Toety Heraty, dan lain-lain. Tercatat ada puluhan orang tokoh lintas agama dan lintas etnik turut membidani lahirnya MARA.

Waktu itu MARA menjadi kelompok penekan atau cabinet watch dog, dengan juru bicaranya Amien Rais. Pasca Presiden Soeharto menyatakan mundur sebagai presiden pada tanggal 21 Mei 1998, MARA secara intensif mengadakan pertemuan-pertemuan dan membuat pernyataan-pernyataan politik.

Dalam perkembangannya, di antara para tokoh pendiri MARA memiliki dua pandangan berbeda. Kelompok pertama, mereka menginginkan MARA menjadi sebuah partai politik untuk lebih bisa memperjuangkan kedaulatan rakyat, demokrasi, kemajuan, dan keadilan sosial. Sementara kelompok kedua menginginkan agar MARA tetap menjadi jati dirinya sebagai cabinet watch dog.

Akan tetapi desakan kelompok pertama cukup kuat, sehingga kemudian sebagian tokoh MARA membentuk sebuah partai politik pada tanggal 23 Agustus 1998 dengan nama PAN (Partai Amanat Nasional) (sebelumnya bernama PAB=Partai Amanat Bangsa). 

Ada 50 orang tokoh nasional yang terlibat dalam deklarasi PAN, antara lain Amien Rais, Goenawan Muhammad, Albert Hasibuan, Abdillah Toha, Rizal Ramli, Emil Salim, AM. Fatwa, Faisal Basri, Alvin Lie, dan lain-lain. Adapun untuk posisi ketua umum partai, secara bulat semua mendaulat Amien Rais untuk menduduki posisi itu.

Seperti itulah perjalanan MARA. Tidak sampai satu tahun akhirnya bermetamorfosa menjadi sebuah partai politik.

Kemudia selain MARA, pernah pula ada gerakan moral lain yang mengikuti "pola" MARA, pada akhirnya bermetamorfosa menjadi sebuah partai politik. Gerakan moral dimaksud adalah NASDEM (Nasional Demokrat). Surya Paloh dan Sri Sultan Hamengku Buwono X merupakan penggagas utama gerakan moral ini.

Nasdem atau Nasional Demokrat didirikan oleh 45 orang tokoh nasional dari berbagai latar belakang pada tanggal 1 Pebruari 2010, di Istora Senayan, Jakarta. Selain Surya Paloh dan Sri Sultan Hamengku Buwono X, para tokoh pendiri ormas Nasdem lain antara lain Ahmad Syafii Ma'arif, Akbar Faisal, Anies Baswedan, Bachtiar Aly, Basuki Tjahaja Purnama, Didik J. Rachbini, Eep Saepullah Fatah, Franky Sahilatua, Khofifah Indar Parawansa, Ferry Mursidan Baldan, Siswono Yudhohusodo, Meutia Hafidz, dan lain-lain.

NASDEM adalah organisasi massa (ormas) dan gerakan perubahan yang berikhtiar menggalang seluruh warga negara dari beragam lapisan dan golongan untuk merestorasi Indonesia. Oleh karena itu semboyan Nasdem adalah "Restorasi Indonesia".

Ada beberapa pihak menduga Ormas NASDEM ini nantinya akan dibawa Surya Paloh menjadi partai politik. Dugaan itu wajar adanya, sebab sebelum membentuk Ormas NASDEM Surya Paloh kalah dari Aburizal Bakrie dalam perebutan kursi ketua umum Partai Golkar.

Terhadap dugaan beberapa pihak itu, Surya Paloh dengan tegas dan lantang membantahnya. Bahkan dalam banyak kesempatan, dengan berapi-api Surya paloh menjamin NASDEM tidak akan pernah menjadi partai politik.

Akan tetapi dugaan beberapa pihak itu ternyata benar. Faktanya hanya satu setengah tahun dari pertama didirikannya Ormas dan gerakan perubahan NASDEM, akhirnya NASDEM resmi bermetamorfosa menjadi sebuah partai politik pada tanggal 26 Juli 2011.

Demikianlah, MARA dan Nasdem. Keduanya, sebelumnya adalah dua organisasi atau dua buah gerakan moral yang pada akhirnya bermetamorfosa menjadi partai politik.

Saat ini ada KAMI, yang mendefinisikan diri sebagai gerakan moral. Para pendiri gerakan moral KAMI juga hampir sama dengan para pendiri MARA dan NASDEM, para tokoh nasional lintas agama, lintas profesi, dan lintas etnik.

Apakah KAMI nanti akan mengikuti "pola" MARA dan NASDEM? Apakah KAMI pada  akhirnya akan bermetamorfosa menjadi sebuah partai politik? Kita lihat perkembangan selanjutnya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun