Kubu Amien Rais yang berseberangan dengan kubu Zulkifli Hasan, sepertinya sudah bulat dan tidak main-main untuk membentuk partai baru sempalan dari PAN (Partai Amanat Nasional). Menurut kabar terbaru, para loyalis Amien Rais menyebut bahwa AD/ART partai baru tengah dipersiapkan dan akan rampung tiga bulan lagi. Artinya tidak akan lama lagi akan lahir partai baru sempalan dari PAN. Â
Adapun mengenai nama partai, menurut salah seorang loyalis Amien Rais, eks Ketua DPP PAN, Agung Mozin, masih dalam pembahasan. Begitu pula logo partai sedang dipersiapkan dan mars lagu partai sedang disusun.
Bukti keseriusan lain akan adanya partai baru, Agung Mozin mengungkapkan pihaknya telah mengirim tim ke daerah-daerah untuk merekrut anggota. Menurut Agung, banyak tokoh yang mau bergabung dengan Amien Rais di partai baru.
Munculnya wacana dan menguatnya upaya membentuk partai baru di kalangan internal PAN, tidak terlepas dari peristiwa kisruh pada Kongres Ke-5 PAN di Kendari pada bulan Pebruari lalu.
Selain itu para loyalis Amien Rais juga sangat kecewa karena menurut mereka pendiri PAN Amien Rais tidak lagi dihargai. Amien Rais tidak lagi dimasukan dalam kepengurusan baru PAN di bawah kepemimpinan Zulkifli Hasan.
Pembentukan partai baru sempalan dari PAN, nampaknya tinggal menunggu waktu saja. Cepat atau lambat akan terbentuk pula. Salah seorang loyalis Amien Rais lain, inisiator PAN DKI Jakarta, Sugiyanto secara eksplisit menyebut partai baru sempalan PAN akan dideklarasikan pada bulan Desember 2020 mendatang.
Nama Amien Rais diyakini banyak pihak ada di belakang partai baru sempalan PAN tersebut. Bahkan Amien Rais dipercaya sebagai tokoh sentral dari partai baru itu.
Kalau lah partai baru itu nanti benar-benar lahir dan Amien Rais sebagai tokoh sentral pendiri partai itu, berarti sebuah "rekor" bagi Amien Rais. Ia berhasil menciptakan brace, dengan membentuk dua partai yang berbeda. Suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Memang ada beberapa nama politisi yang juga tercatat pernah menjadi inisiator dua buah partai berbeda. Sebutlah nama Fahri Hamzah, yang tercatat sebagai inisiator PKS (Partai Keadilan Sejahtera) dan pendiri partai baru sempalan PKS, yakni Partai Gelora.
Benar di partai Gelora Fahri Hamzah sebagai tokoh sentral pendiri partai. Akan tetapi di PKS, Fahri Hamzah bukanlah tokoh sentral pendiri partai. Beda halnya dengan Amien Rais, di PAN ia sebagai tokoh sentral, begitu pula di partai baru sempalan PAN.
Sewaktu membentuk PAN pada tahun 1998 pasca reformasi, nama Amien Rais adalah "jaminan mutu". Nama Amien Rais waktu itu menggema di seluruh pelosok tanah air karena namanya melekat dengan julukan Tokoh Reformasi atau King Maker Reformasi. Siapa yang tidak kenal Nama Amien Rais waktu itu ? Bahkan anak kecil pun jika ditanyakan nama Amien Rais, pasti akan tahu.
Selain Amien Rais sebagai tokoh sentral pendiri PAN, banyak tokoh lain yang memiliki "nama besar" berdiri menyokong penuh Amien Rais. Ada nama AM Fatwa, Goenawan Muhammad, Rizal Ramli, Emil Salim, Albert Hasibuan, Faisal Basri, Abdilah Toha, Alvin Lie, dan lain-lain. Tak sedikit pula kaum akademisi dan aktivis yang mendukung berdirinya PAN.
Kendati demikian, ternyata suara PAN Â tidak terlalu signifikan. Pada waktu Pemilu pertama pasca reformasi tahun 1999, PAN hanya mampu memperoleh 7,1 persen suara nasional.
Seiring berjalannya waktu jasa dan nama Amien Rais kini dilupakan banyak orang. Banyak orang sudah tidak lagi ingat jasa dan perannya waktu reformasi, sehingga tidak ada lagi sikap respek terhadapnya. Bahkan saat ini banyak "haters" justru tak segan mem-bully dan mencaci maki Amien Rais.
Padahal kebebasan yang didapatkan pada era sekarang tak terlepas dari jasa Amien Rais yang telah mempelopori lahirnya era Reformasi dan membebaskan rakyat dari kungkungan rezim Orde Baru. Bahkan kebebasan mem-bully atau mencaci maki yang sering dialamatkan kepada Amien Rais itu sendiri, pada dasarnya merupakan jasa dari Amien Rais (Dulu waktu Rezim Orde Baru, mana bisa orang melakukan hal seperti itu).
Sikap sudah kurang menghargai dan menghormati lagi Amien Rais ditunjukkan pula oleh para kader PAN, partai yang Amien Rais dirikan. Salah satu evidence akan hal itu, seperti sering disampaikan oleh para loyalis Amien Rais adalah Amien Rais sudah tidak dianggap lagi oleh para elit PAN.
Penilaian hal tersebut mungkin subjektif. Tapi faktanya beberapa waktu yang lalu Amien Rais menyatakan sendiri bahwa dirinya dikeluarkan oleh anak buahnya dari PAN karena berbeda prinsip. Kalau para elit atau kader PAN yang disebut Amien Rais sebagai anak buah masih memiliki sikap respek layaknya terhadap "orang yang berjasa", maka tidak mungkin keluar pernyataan dari Amien Rais seperti itu.
Atas dasar itulah Amien Rais kemudian gencar diberitakan akan membidani partai baru sempalan dari PAN. Bagaimana prospek partai baru tersebut ?
Partai baru sempalan PAN dipercaya oleh beberapa pengamat akan menggerus suara PAN. Hal itu dikarenakan basis massa antara PAN dan partai baru sempalan PAN tidak jauh berbeda, sama-sama mengandalkan basis massa Muhammadiyah.
Apakah partai baru sempalan PAN benar-benar akan menggerus suara PAN ? Kita lihat saja nanti pada pemilu 2024. Toh partai baru sempalan PAN nya juga belum ada.
Hanya saja Amien Rais yang sekarang bukanlah Amien Rais dulu. Magnet Amien Rais sekarang tidaklah sekuat dulu. Jaringan yang ia miliki juga bisa jadi tidak sebanyak dan seluas dulu.
Artinya, dari sisi itu partai baru sempalan PAN tidak akan lebih besar dari PAN yang dulu Amien Rais dirikan. Sewaktu nama Amien Rais sedang berada di puncak popularitas, sewaktu magnet namanya kuat, dan sewaktu jaringan yang Amien Rais miliki cukup banyak dan luas saja, suara PAN tidak terlalu signifikan. Apalagi saat ini.
Akan tetapi partai baru sempalan PAN bisa saja lebih besar dari PAN atau dari partai lain jika Amien Rais dan para loyalisnya mampu membuat daya tarik bagi para pemilih. Partai baru sempalan PAN menyuguhkan sesuatu yang berbeda yang tidak dimiliki oleh partai lain.
Partai baru sempalan PAN juga tidak terlalu bertumpu hanya pada satu figur sentral saja, yakni Amien Rais. Partai baru sempalan PAN harus mampu menarik para tokoh yang memiliki popularitas tinggi. Misalnya Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo, Abraham Samad, atau banyak nama tokoh populer lainnya.
Tak kurang pentingnya juga, partai baru sempalan PAN harus memiliki penyandang dana yang kuat, yang bisa membiayai operasional partai. Sebab biaya politik itu tidak murah. Tanpa disokong dana yang besar, sebuah partai akan sulit  menjadi besar. Â
Tanpa adanya itu semua, partai baru sempalan PAN mungkin akan bernasib sama dengan partai-partai baru lainnya. Hadir dalam pemilu, tetapi hanya menjadi penggembira saja karena tidak mampu mendulang suara pemilih yang cukup besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H