Sebelum adanya kehebohan terkait syarat usia sekolah dan sebelum Kompasiana mengangkat topik pilihan mengenai PPDB Syarat Usia, sebetulnya saya sempat terbersit mau menulis tentang usia sekolah. Hanya saja niat itu tidak sempat terlaksana karena ada sesuatu pekerjaan yang harus diselesaikan.
Tapi setelah 4-5 hari berlalu, eh saya malah hampir kehilangan momentum karena ternyata Kompasiana mengangkat masalah usia sekolah tersebut sebab dalam PPDB (Pendaftaran Peserta Didik Baru) dipermasalahkan beberapa pihak. Kompasianer pun sudah banyak yang membahas hal tersebut dengan beragam perspektif.
Baiklah sebelum saya memberikan pandangan tentang "baik" atau "buruk" pembatasan usia sekolah, saya akan menceritakan pengalaman pribadi terlebih dahulu. Dan saya akan memulainya dari sana.
Dulu saya masuk sekolah dasar usia tujuh tahun lebih. Â Waktu itu dengan sesama teman sekelas sering "mengadu" usia. Kita saling membandingkan usia masing-masing.
Ternyata usia teman sekelas bermacam-macam. Ada yang berusia delapan tahun, tujuh tahun, enam tahun, bahkan ada yang masih berusia lima tahun. Saya sendiri termasuk berusia "senior", dan karenanya saya merasa "superior" dibandingkan dengan teman sekelas yang lain.
Tetapi  kemudian saya mengamati, ternyata beberapa teman yang masuk usia sekolah dasar hampir atau lebih dari delapan tahun banyak yang mengalami kesulitan di kelasnya. Prestasi mereka bisa dikatakan tertinggal dari teman-teman sekelas lainnya.
Sebaliknya saya melihat justeru banyak  teman-teman sekelas yang berusia lebih dari lima tahun sampai enam tahun rata-rata memiliki prestasi yang bagus. Paling tidak mereka tidak ketinggalan oleh mereka yang masuk sekolah dasar hampir atau lebih dari delapan tahun.
Hal yang sama saya rasakan ketika memasuki jenjang SLTP dan SLTA. Banyak teman-teman sekolah yang berusia di bawah saya, terutama mereka yang memiliki selisih usia sampai dua tahun lebih (artinya ketika mereka masuk sekolah dasar berusia 5-6 tahun) banyak yang memiliki prestasi bagus. Apalagi ketika SLTA, "saingan" terberat di kelas waktu itu datang bukan dari teman yang usianya lebih tua dari saya tapi teman yang berusia dua tahun lebih muda.
Setelah selesai sekolah pun saya terus mengamati, ternyata banyak teman yang usia dua tahun lebih muda dari saya waktu sekolah dulu relatif sukses dalam kehidupannya. Mereka baik-baik saja. Walau pun masalah kesuksesan dalam hidup menyangkut  faktor nasib juga.
Hasil "pengamatan" dari pengalaman sekolah itu kemudian menjadi catatan bagi saya sendiri bahwa ketika saya punya anak, mereka akan saya sekolahkan saat mereka berusia lima tahun. Â Hal itu benar-benar saya lakukan. Semua anak saya, saya masukan ke sekolah dasar ketika mereka berusia lima tahun.
Bagaimana keadaan anak saya ? Tidak ada masalah, baik-baik saja. Alhamdulillah, semua anak saya memiliki prestasi yang tidak ketinggalan dari teman-teman sekelasnya yang berusia lebih tua. Lebih dari itu, semua anak saya memiliki prestasi yang baik dan karenaya cukup "disegani" oleh teman-teman sekelasnya dan juga oleh guru-gurunya.