Beberapa kritik yang pernah disampaikan dengan cukup keras oleh Faisal Basri antara lain tentang masalah impor, omnibus law, dan penanganan virus Corona. Bahkan saking kesalnya dengan sikap pemerintah dalam penanganan virus Corona, terutama terhadap Menteri Kemaritiman dan Investasi, Faisal Basri sampai menyebut sang Menteri yaitu Luhut Binsar Panjaitan lebih berbahaya dari virus Corona itu sendiri.
Sulit dimengerti jika Faisal Basri bersikap kritis pemerintah karena ada kepentingan. Dia adalah seorang akademisi, bukan pengurus partai politik. Jadi ia bersikap kritis terhadap pemerintah adalah dalam rangka menjalankan tugasnya sebagai seorang akademisi.
Mungkin ada orang yang berpikiran bahwa Faisal Basri bersikap kritis terhadap pemerintah karena ia tidak kebagian "kue" kekuasaan. Ia tidak dikasih jabatan padahal telah mendukung Presiden Jokowi mislanya. Pikiran seperti itu boleh saja, tapi argumentasinya kurang bisa diterima mengingat Faisal Basri bukan tipe orang yang haus kekuasaan.
Selain Faisal Basri ada juga nama Refly Harun. Ia seorang akademisi, ahli hukum tata negara. Walau pun tidak sekritis Faisal Basri, Refly Harun cukup kritis terhadap beberapa kebijakan pemerintah, terutama dari segi hukum.
Refly Harun sempat diberi jabatan oleh presiden Jokowi di beberapa BUMN. Tetapi sikap kritisnya tidak hilang. Sewaktu jadi komisaris di BUMN pun ia kerap melancarkan beberapa kritik terhadap pemerintah yang menurutnya kurang tepat.
Karakter asli Refly Harun sebagai kaum akademisi tidak hilang walaupun ia berada dalam pusaran kekuasaan. Sehingga akhirnya beberapa waktu yang lalu Refly Harun dicopot dari jabatannya sebagai komisaris di salah satu BUMN.
Selain Faisal Basri dan Refly Harun, tentu ada banyak nama kaum akademisi lain yang juga bersikap kritis terhadap pemerintah. Sebut saja nama Rocky Gerung, Zainal Arifin Mochtar, Feri Amsari, Rizal Ramli, atau Effendi Ghazali misalnya.
Diantara mereka bersikap kritis terhadap pemerintah mungkin saja ada yang memiliki vested interest, walau pun kecil. Tapi bisa dipastikan bahwa mereka bersikap kritis terhadap pemerintah lebih karena panggilan jiwa mereka sebagai seorang akademisi. Karakter asli mereka sebagai seorang akademisi tidak mudah dipinggirkan begitu saja oleh kepentingan lain. Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H