Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Membayangkan Lebaran Dua Orang Besan yang Berseteru Beda Haluan

12 Mei 2020   01:00 Diperbarui: 12 Mei 2020   01:01 2475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perseteruan dan perkubuan di internal PAN (Partai Amanat Nasional) sampai saat ini masih berlanjut, malahan semakin menghangat. Wacana pembentukan partai baru sebagai partai tandingan atau partai sempalan dari PAN sendiri terus semakin menguat. Apalagi pasca putera pendiri PAN, Amien Rais, yakni Hanafi Rais mundur dari jabatannya sebagai Wakil Ketua Umum DPP PAN, sebagai Ketua Fraksi PAN, dan sebagai anggota DPR dari PAN.

Pada dasarnya perseteruan dan perkubuan di internal PAN terjadi karena dua orang tokohnya memiliki pandangan yang berbeda dalam mengelola partai. Kedua tokoh itu adalah Amien Rais sang pendiri PAN dan Zulkifli Hasan sebagai ketua umum PAN terpilih.

Amien Rais yang memiliki karakter opposan dan "pemberontak" menginginkan PAN tidak merapat dan kompromi dengan pemerintah. Sementara Zulkifli Hasan lebih kompromistis dengan pemerintah dan cenderung menginginkan PAN menjadi bagian dari pemerintahan.  

Sebelum terpilih untuk kedua kalinya menjadi ketua umum PAN, Zulkifli Hasan adalah tokoh PAN yang didukung dan direstui Amien Rais. Sebelumnya hubungan keduanya sangat harmonis.

Tak mengherankan jika waktu itu terjadi "perkawinan politik". Anak ketiga laki-laki Amien Rais, Ahmad Mumtaz Rais dinikahkan dengan puteri Zulkifli Hasan, Futri Zulya Safitri pada bulan Oktober 2011 lalu. Amien Rais dan Zulkifli Hasan keduanya menjadi besan.

Dulu "perkawinan politik" itu mungkin menguntungkan dan semakin memperkuat PAN. Tetapi kini ketika kedua besan itu berbeda haluan dan berbeda pandangan yang cukup tajam, ceritanya menjadi sebaliknya.

Perbedaan haluan, pandangan, atau bahkan kepentingan kedua besan itu justeru menjadi boomerang bagi PAN. PAN diyakini banyak pihak sedang diambang perpecahan.

Santer terdengar Amien Rais sedang bersiap-siap membentuk partai baru sebagai tandingan dari PAN, partai yang ia bangun lebih dari 20 tahun yang lalu. Kalau ini terjadi, bisa dipastikan PAN di bawah kepemimpinan Zulkifli Hasan akan kelimpungan.

Walau pun struktur PAN sudah cukup kuat dan matang dalam berpolitik, tetapi tidak bisa dinafikan jika Amien Rais benar-benar mendirikan partai baru, akan banyak pemgurus dan pemilih melakukan eksodus ke partai baru yang  didirikan Amien Rais. Hal itu tentu akan membuat gembos PAN Zulkifli Hasan. Ujung-ujungnya PAN akan menjadi partai gurem, yang tidak lolos electoral treshold pada pemilu nanti.  

Kita ingat waktu Pemilu 2019 lalu beberapa lembaga survey memprediksi PAN tidak akan lolos electoral treshold. Hal itu membuat Zulkifli Hasan galau. Ia mempertimbangkan dengan keras antara mendukung Capres Prabowo Subianto atau mendukung capres Joko Widodo.

Ada kata-kata dari Zulkifli Hasan waktu itu yang mengatakan bahwa percuma Capres yang didukung menang tapi partai tidak lolos (electoral treshold). Sehingga ia memiliki kecenderungan untuk merapat ke kubu Joko Widodo. Ia memiliki kalkulasi, dengan mendukung Capres Joko Widodo  suara PAN akan naik.

Akan tetapi banyak kader PAN yang disokong Amien Rais menginginkan sebaliknya. PAN harus mendukung Capres Prabowo Subianto. Akhirnya PAN pun resmi mendukung Capres Prabowo Subianto.

Waktu Pemilu 2019 para pengurus PAN ketar ketir, khawatir tidak lolos electoral treshold empat persen. Apalagi jika sekarang PAN benar-benar pecah, mereka tentu akan lebih khawatir lagi. Dan kekhawatiran mereka kemungkinan akan menjadi kenyataan.

Sebentar lagi sekarang mau lebaran. Saya malah membayangkan bagaimana nanti kedua besan itu waktu berlebaran. Apakah masalah politik akan terbawa ke dalam urusan keluarga ? Seharusnya tidak. Politik is politik, keluarga adalah hal yang berbeda.

Kedua besan yang merupakan dua tokoh politik yang religius seharusnya bisa menjadi role model dan menunjukkan kedewasaan dalam bersikap. Keduanya harus bisa memberi contoh kepada publik bahwa pandangan politik boleh saja berbeda tapi hubungan keluarga atau personal tetap seperti biasa..

Apakah kedua besan itu bisa melakukannya ? Harusnya bisa. Tapi semuanya kembali kepada keduanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun