Oleh karena air yang menggenang di halaman cukup tinggi dan deras, ia tidak bisa melihat lobang-lobang atau batu  yang ada di sekitar halaman rumahnya. Ia terus berjalan menuju kandang ternak-ternaknya.
Setelah si kikir berjalan keluar rumah sekitar lima meter, ia terpeleset. Kakinya  terantuk batu dan jatuh. Tubuhnya terseret air yang mengalir cukup deras.
Air membawa si kikir ke arah sungai yang tidak jauh dari rumahnya. Si kikir pun berteriak-teriak minta tolong. "Tolong, tolooong, tolooong...! Â Teriaknya.
Tetangga si kikir yang mendengar teriakan itu berlarian menuju arah suara. Ternyata si kikir sedang timbul tenggelam  terbawa arus genangan air hujan yang cukup deras.
Tetangga si kikir berusaha memberikan pertolongan. Salah seorang dari mereka berteriak, "BERIKAN tanganmu !"...
Alih-alih memberikan tangannya, Â si kikir malah merapatkan tangan ke dadanya. Orang-orang pun merasa bingung dengan apa yang dilakukan si kikir. Minta tolong tapi tidak mau ditolong.
Untung diantara para tetangga si kikir ada orang yang hafal betul dengan  karakter si kikir. Orang itu ingat betul bahwa si kikir sangat benci kata "BERIKAN !". Sebaliknya  ia sangat suka dengan kata "TERIMALAH !".
Tidak pikir panjang, orang itu kemudian berlari mengejar si kikir yang sudah hampir masuk ke arah  sungai. Orang itu berteriak, "TERIMALAH tanganku...!"
Mendengar teriakan itu tiba-tiba si kikir menjulurkan tangannya berusaha meraih tangan tetangganya. Sebagian tetangganya yang tidak tahu karakter si kikir merasa heran tapi sekaligus juga senang karena si kikir selamat tidak terbawa arus air sungai yang deras dan dalam.
Dasar orang kikir  !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H