Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Solusi Memangkas Kesenjangan Ekonomi

14 Februari 2020   21:19 Diperbarui: 14 Februari 2020   21:28 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia adalah negara yang kaya raya akan sumber daya alam dan juga sumber daya manusia. Kekayaan alam Indonesia sungguh luar biasa banyak dan melimpah. 

Indonesia memiliki tanah yang subur, laut yang begitu luas, dan isi perut bumi yang mengandung banyak  bahan tambang dan mineral. Belum lagi keindahan alamnya yang indah mempesona. Tidak heran jika bangsa Eropa seperti Portugis dan Belanda dulu ingin menguasai Indonesia dengan menjadikan Indonesia daerah kolonial. 

Kekayaan alam yang melimpah, yang dimiliki Indonesia tidak serta merta menjadikan rakyatnya merasakan hidup makmur dan sejahtera. Masih banyak rakyat Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Masih banyak rakyat Indonesia yang perutnya lapar.  Masih banyak rakyat Indonesia yang hidup kurang layak.

Penulis kadang merasa heran dengan negara-negara di luar sana yang kecil secara wilayah dan juga tidak memiliki kekayaan alam seperti Indonesia tapi rakyatnya bisa hidup makmur dan sejahtera. Sebutlah Jepang, Singapura, atau Swiss misalnya. Negara-negara kecil itu sungguh luar biasa. Rakyatnya bisa hidup makmur dan sejahtera.

Ada apa dengan Indonesia ? Kaya raya tapi tidak semua rakyatnya hidup makmur dan sejahtera. Tentu ada sesuatu yang salah. Letak kesalahan itu ada dalam pengelolaan negara. Para pengelola negara lah yang memiliki tanggung jawab itu.

Kesenjangan sosial dan ekonomi antara si kaya dan si miskin di antara warga negara cukup menganga.

Di satu sisi banyak orang yang memiliki harta melimpah, tetapi di sisi lain masih banyak orang yang hidupnya sangat susah. Jangankan memiliki deretan mobil dan motor berharga milyaran, untuk memenuhi kebutuhan isi perut saja harus susah payah, banting tulang mandi keringat.

Penulis jadi ingat beberapa bait lagu yang berjudul "Indonesia", yang diciptakan oleh Raja Dangdut Rhoma Irama pada tahun 80 an. Secara lugas Rhoma Irama mengungkapkan kondisi Indonesia yang sebenarnya, antara lain :

"Hijau merimbuni daratannya, biru lautan di sekelilingnya
Itulah negeri Indonesia, negeri yang subur serta kaya raya
Seluruh harta kekayaan negara hanyalah untuk kemakmuran rakyatnya
Namun hatiku slalu bertanya-tanya, mengapa kehidupan tidak merata
Yang  kaya makin kaya yang miskin makin miskin"

Mengapa terjadi kesenjangan sosial dan ekonomi yang cukup besar diantara warga negara ? Hal itu tentu diakibatkan oleh adanya penumpukkan kekayaan di satu titik. Kekayaan hanya menumpuk di kalangan tertentu atau pihak tertentu. Kekayaan tidak terdistribusi, tidak berputar secara merata diantara warga negara.  

Oleh karena itu Islam mengingatkan melalui kitab sucinya (QS. Al-Hasyr : 7) bahwa harta (kekayaan) tidak boleh berputar diantara orang-orang kaya saja, melainkan harus berputar, harus terdistribusi kepada kalangan orang-orang miskin dan orang-orang atau pihak yang berhak mendapatkannya.

Konkretnya dalam Islam ada konsep zakat, infaq, dan sodaqoh. Semuanya itu dalam rangka agar harta (kekayaan) tidak hanya berputar atau beredar di kalangan mereka yang kaya raya saja tapi juga berputar,  terdistribusi pula ke banyak pihak sehingga terjadi pemerataan ekonomi. Itulah salah satu solusi mengatasi kesenjangan ekonomi yang ada dalam Islam.

Konsep Islam mengenai zakat, infaq, atau sodaqoh sangat jelas, logis, dan aplikatif. Kalau konsep tersebut benar-benar dijalankan oleh orang-orang kaya, oleh orang-orang yang mampu secara ekonomi di kalangan umat Islam sendiri, penulis sangat yakin kesenjangan ekonomi diantara warga negara akan berkurang secara signifikan. Sebagai misal zakat fitrah saja, yang dikeluarkan oleh umat Islam bulan Ramadhan menjelang hari raya Idul Fitri.

Hasil zakat fitrah jika dikalkulasi secara nasional jumlah nominalnya akan sangat luar biasa. Padahal nilai kewajiban zakat fitrah yang harus dikeluarkan oleh mereka yang mampu hanya sekitar 3,5 liter/orang (jika diuangkan senilai kurang lebih Rp. 30.000,-).

Seandainya umat  Islam se-Indonesia yang mengeluarkan zakat fitrah ada 150 juta orang saja, maka uang yang terkumpul sebesar Rp. 4.500.000.000.000,-. Sungguh luar biasa. Padahal itu hanya zakat fitrah yang nominalnya sedikit, apalagi zakat-zakat lain seperti zakat harta, zakat perniagaan, zakat pertanian, dan lain-lain. Belum lagi jika infaq dan sodaqoh benar-benar dijalankan dengan maksimal oleh umat Islam sendiri.

Itulah salah satu solusi untuk memangkas kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin yang ditawarkan oleh Islam. Akan tetapi sayang konsep itu belum bisa diaplikasikan oleh seluruh umat Islam karena faktor rendahnya keyakinan diantara sebagian umat Islam.

Selain menjalankan konsep Islam tentang zakat, infaq, dan sodaqoh untuk solusi memangkas kesenjangan ekonomi, ada solusi lain yang bisa dijalankan oleh para pengelola negara. Solusi ini tentu bersifat universal karena bisa diaplikasikan kepada semua warga negara.

Salah satu masalah terbesar bangsa saat ini adalah korupsi. Korupsi diyakini merupakan salah satu faktor penyebab terganggunya program pengentasan kemiskinan. Oleh karena itu para pengelola negara yang memiliki tugas dan wewenang menangani masalah korupsi diharapkan bisa menjalankan tugasnya dengan baik dan semaksimal mungkin.

Seandainya semua pengelola negara yang memiliki tugas dan wewenang menangani masalah korupsi bisa menjalankan tugasnya itu dengan baik dan maksimal, penulis yakin rakyat miskin akan berkurang secara signifikan. Dengan begitu kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin akan berkurang pula.

Konklusinya jika saat ini kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin masih cukup lebar, maka bisa dikatakan bahwa konsep Islam tentang zakat, infaq, dan sodaqoh belum dijalankan dengan  baik.

Selain itu berarti juga bahwa semua pengelola negara yang memiliki tugas dan wewenang menangani masalah korupsi belum menjalankan tugasnya itu dengan baik dan maksimal.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun