Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Hamparan "Emas" di Kota Mekkah

12 Februari 2020   16:05 Diperbarui: 13 Februari 2020   07:48 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mekkah adalah salah satu kota tertua di dunia yang masih eksis sampai sekarang. Tidak ada sumber otentik yang bisa dijadikan referensi, yang memastikan kapan kota itu dibangun. Tetapi banyak sumber menyebut bahwa kota Mekkah terkait erat dengan dua nama ayah dan anak sekaligus nabi, yakni Ibrahim dan Ismail. Kisah bermula ketika Nabi Ibrahim 'alaihissalam keluar dari kampung halamannya di Syam menuju tanah Hijaz, menuju suatu lembah yang gersang, tidak memiliki tanaman, dan dipagari bukit-bukit berbatu. Di sinilah lahir sebagian dari keturunan Nabi Ibrahim. Salah satunya Ismail. Di kemudian hari negeri tersebut disebut Mekkah.

Menurut Prof. Said Muhammad al-Bakdasy dalam bukunya "Sejarah Zam-zam", bahwa jarak antara nabi Ibrahim 'alaihissalam dan nabi Muhammad SAW adalah 3.469 tahun. Sedangkan jarak dari nabi Muhammad sampai saat ini lebih dari 1.400 tahun. Berarti jarak nabi Ibrahim alaihissalam kepada kita saat ini sekitar 5000 tahun.  Artinya, paling tidak kota Mekkah sudah berusia 5000 tahun.

Secara geografis, kota Mekkah terletak sekitar 600 km sebelah selatan kota Madinah. Kurang lebih sekitar 200 km timur laut dari kota Jeddah. Kota Mekkah, menurut Mu'jam Al-Buldan (Ensiklopedi Negeri-negeri, karya Yaqut Al-Hamawi), berasal dari kata "imtakka", yang artinya "mendesak" atau "mendorong". Kota Mekkah disebut demikian karena manusia berdesakan di tempat itu.

Kota Mekkah memang identik dengan "manusia yang berdesakan". Sebab di kota Mekkah ada Ka'bah Baitullah. Ka'bah adalah pusat ritual ibadah haji dan umroh. Umat Islam dari seluruh penjuru dunia berbondong-bondong dan berdesak-desakan melakukan ritual tawaf, dengan mengelilingi ka'bah sebanyak tujuh kali putaran. Ritual tawaf ini dilakukan sepanjang waktu selama 24 jam setiap hari. Tidak aneh jika kota Mekkah menjadi kota yang tidak ada matinya. Setiap hari selama 24 jam sepanjang tahun tidak pernah sepi, selalu ramai dengan aktifitas umat Islam yang berdatangan dari seluruh penjuru dunia.

Kota Mekkah memang merupakan daerah yang tandus dan gersang. Tidak memiliki tumbuhan, cuaca yang sangat terik dengan curah hujan yang rendah. Namun bagi umat Islam, kota Mekkah merupakan kota yang sangat istimewa. Sebab kota itu terkait erat dengan kelahiran Islam dan sejarah para nabi. Selain memiliki ka'bah sebagai ikon kota, Mekkah juga memiliki banyak tempat bersejarah. Seperti Padang Arafah, Gua Hira, Jabal Rahmah, Jabal Tsur, dan Jabal Nur.  

Beberapa saat yang lalu penulis berkesempatan mengunjungi kota Mekkah. Selain melaksanakan Rukun Islam yang kelima, penulis juga berkesempatan mengunjungi beberapa tempat bersejarah seperti yang telah disebutkan di atas, termasuk Jabal Nur.

Jabal Nur terletak di sebelah utara Masjidil Haram (Ka'bah), berjarak sekitar 7 km. Jabal Nur berarti "Gunung Cahaya" (jabal=gunung, nur=cahaya). Jabal Nur merupakan tempat bersejarah karena di atas gunung tersebut lah adanya Gua Hira. Gua Hira ini disebutkan dalam sejarah merupakan tempat nabi saw. menerima wahyu untuk pertama kalinya.

Ketinggian Jabal Nur sekitar 640 m. Sebagaimana gunung lainnya di kota Mekkah, permukaan Jabal Nur ini tidak ada tumbuhan sama sekali atau rumput sekali pun. Jabal Nur ibaratnya merupakan "tumpukan batu-batu besar" yang menjulang tinggi.

Banyak peziarah berkunjung, mencoba naik ke atas puncak Jabal Nur ini karena ingin mengetahui Gua Hira yang ada di atasnya. Akan tetapi mendaki ke atas puncak Jabal Nur di siang hari merupakan hal yang dihindari banyak peziarah, karena suhu dan cuaca yang sangat panas. Hanya sedikit peziarah yang melakukannya. Mendaki ke atas puncak Jabal Nur di siang hari resikonya sangat besar. Peziarah bisa terkena dehidrasi atau pun heatstroke.

Bagi penulis mendaki jabal Nur adalah pengalaman pertama mendaki sebuah puncak gunung. Sebelumnya penulis belum pernah sama sekali mendaki gunung. Hanya karena keyakinan dan rasa ingin tahu lah yang mendorong penulis untuk mencoba mendaki Jabal Nur, walau pun dengan susah payah.

Waktu itu penulis mulai mendaki Jabal Nur sekitar pukul 02.00 dini hari WAS (Waktu Arab Saudi). Titian batu demi titian batu penulis lalui dengan nafas sesak dan langkah kaki yang berat. Keringat bercucuran membasahi seluruh pakaian. Setelah sekitar satu jam lebih perjalanan,  dengan nafas tersengal dan kaki yang terasa membesar, akhirnya sampai juga di puncak Jabal Nur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun