Mohon tunggu...
Wiwin Zein
Wiwin Zein Mohon Tunggu... Freelancer - Wisdom Lover

Tinggal di Cianjur

Selanjutnya

Tutup

Nature

Teroris Itu Bernama Kobra

22 Desember 2019   13:45 Diperbarui: 24 Desember 2019   23:40 1375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena kemunculan ular Kobra di banyak tempat belakangan ini cukup meresahkan warga masyarakat. Teror ular kobra membuat warga takut dan khawatir karena ular kobra merupakan jenis ular berbahaya, yang memiliki bisa (racun) yang mematikan. Bisa (racun) ular kobra mengandung neurotoxcin dan haematoxcin, mengganggu  fungsi darah dan saraf.

Sebagaimana diberitakan banyak media, ular kobra muncul di beberapa daerah meneror warga  masyarakat. Seperti di Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah  ditemukan 31 ekor ular Kobra bersembunyi di Masjid At-Taqwa Perumahan Griya Adi (17/12). Di Kecamatan Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat, tepatnya di Perumahan Citayam Residence, Desa Susukan ditemukan 34 ekor ular Kobra dan 12 telurnya (15/12). Di Purwakarta, Jawa Barat, tepatnya di Kampungbaru, Kelurahan Nagrikidul ditemukan anak ular Kobra yang  baru menetas sebanyak 13 ekor (12/12). Ular Kobra juga muncul meneror di daerah Cianjur, Tasikmalaya, Klaten, Salatiga, Yogyakarta, Karawang, Bekasi, bahkan di Ibu Kota negara Jakarta, dan beberapa daerah lainnya.

Teror ular kobra ini telah menyebabkan beberapa korban warga meninggal. Seperti di Gowa Sulawesi Selatan, diberitakan ada 4 warga meninggal digigit ular Kobra (18/12). Seorang anak 8 tahun tewas digigit ular Kobra di Kecamatan Beji, Depok (19/12). Seorang wanita setengah baya di Tegal, Jawa Tengah meninggal dipatuk ular kobra di belakang rumahnya (15/12). Kemudian ada juga seorang ibu rumah tangga di Klaten, Jawa Tengah dilarikan ke Rumah Sakit akibat digigit ular kobra ketika sedang membereskan kandang ayam (20/12).

Teror ular kobra yang cukup massif di akhir tahun 2019 ini memang agak mengherankan, sebab tidak terjadi sebelumnya. Akan tetapi hal ini tidak ada kaitannya dengan hal-hal mistis, ada penjelasan ilmiahnya. Menurut Ganjar Cahyadi, ahli reptil ITB (Institut Teknologi Bandung) fenomena kemunculan anak-anak ular kobra disebabkan karena pergantian musim. Awal musim penghujan adalah masa ular bereproduksi atau berkembang biak (https://tirto.id/).

Senada dengan Ganjar, peneliti reptil dari Pusat Penelitian Biologi LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Amir Hamidy menjelaskan bahwa banyaknya muncul ular kobra merupakan fenomena alami karena awal musim penghujan adalah awal telur-telur ular menetas. (https://tekno.tempo.co/).

Begitu pula dengan apa yang disampaikan oleh Igor dari Komunitas Taman Belajar Ular Indonesia bahwa menurutnya bulan Desember merupakan masa-masa bagi telur ular kobra menetas. Namun, dalam kondisi biasa, tak semua telur ular kobra bisa menetas sempurna. Pada tahun-tahun sebelumnya, saat hujan turun pada bulan September, sebagian telur ular kobra akan berjamur sehingga gagal menetas. Selain itu menurut Igor, berkurangnya populasi predator ular kobra menjadi faktor meningkatnya populasi ular kobra (kompas.com).

Ular kobra merupakan jenis ular berbisa yang hidup di dataran Afrika dan Asia. Ular ini senang tinggal di daerah berpenduduk padat dan di dataran rendah, seperti di semak-semak, kebun, atau pesawahan. Di Indonesia, ular kobra dikenal di sebagian wilayah sebagai ular sendok (Naja Sputatrix). Disebut ular sendok karena kemampuannya menegakkan dan memipihkan leher apabila merasa terganggu.

Ular kobra sebenarnya merupakan hewan "pemalu" yang cenderung menghindari manusia. Akan tetapi ular ini akan sangat berbahaya jika merasa terganggu. Karakter ular kobra yang demikian pernah menjadi inspirasi bagi seorang sutradara bernama George P. Cosmatos. Pada tahun 1986 Cosmatos membuat film action, yang berjudul Cobra. Film ini dibintangi aktor kenamaan Sylvester Stallone. Film ini berkisah tentang Letnan Marian Cobretti yang diperankan oleh Sylvester Stallone, yang berusaha membasmi kelompok penjahat bernama "Night Slasher". Kelompok penjahat ini gemar melakukan perampokan sadis. Mereka tidak hanya mengambil harta korban, tapi juga membunuh secara brutal. Dalam film itu Cobretti berpenampilan layaknya ular kobra. Cool, tidak banyak omong, tidak banyak basa-basi tapi sangat berbahaya bagi para penjahat.

Ular kobra telah menjadi bagian kehidupan manusia sejak dulu. Dalam sejarah peradaban kuno, ular kobra termasuk hewan yang dihormati dan dianggap sakral dan menjadi simbol makhluk mitologi. Seperti dalam peradaban Mesir Kuno, ada Wadjet, dewi ular berbentuk ular kobra Raksasa. Pada masyarakat purba, ular kobra dijadikan simbol totem yang disembah, dipuja, dan dijadikan tempat meminta. Pada masyarakat India, ular kobra dianggap sebagai reinkarnasi dari orang-orang suci dan religius. Karena ular mempunyai kemampuan memperbarui kulturnya maka ia di anggap sebagai representasi dari Dewa Siwa. Oleh karenanya ular kobra menjadi simbol aksesoris, yakni kalung Dewa Siwa.

Sampai sekarang, ular kobra tetap menjadi bagian kehidupan manusia. Ular kobra walaupun membahayakan manusia, tapi tidak sepenuhnya buruk. Ular kobra ternyata memiliki manfaat dan bisa menguntungkan manusia. Bisa ular kobra mematikan, tetapi empedu dan darahnya malah bisa dijadikan obat. Bentuk tubuhnya mungkin menyeramkan, tapi kulitnya bisa dijadikan aneka pernik barang/perhiasan. Bahkan orang-orang India sejak zaman dahulu telah mempelajari ilmu tentang ular kobra. Berkat itu, mereka mampu mengendalikan ular-ular kobra dengan tiupan seruling. Ular-ular itu berubah menjadi para penari yang menghibur banyak turis dan karenanya menghasilkan banyak uang.

Fenomena ular kobra yang muncul menjadi "teroris" di banyak daerah belakangan ini merupakan hal yang harus kita waspadai. Jangan sampai kemunculan mereka mengganggu kehidupan normal warga masyarakat. Selain ular kobra, di musim hujan ini bukan tidak mungkin pula ada muncul hewan reptil lain karena tempat tinggalnya terendam air misalnya, sehingga mereka "mengungsi" ke pemukiman penduduk.  Seperti kelabang, kalajengking, atau yang lainnya. Tidak ada salahnya jika di lingkungan sekitar kita, di tempat-tempat strategis dipasang papan peringatan : Waspada Ular Reptil !

Tidak boleh kita abaikan pula, untuk meminimalisir para “teroris” muncul di tengah-tengah kehidupan warga masyarakat, kita harus senantiasa menjaga kebersihan lingkungan. Sebab salah satu tempat favorit hewan melata adalah tempat-tempat yang kumuh, banyak sampah, atau banyak benda-benda yang sudah tidak dipakai dan dibiarkan berserakan di mana-mana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun