Jadilah saya yang mencebur ke kolam dengan bekas luka panjang 35 cm di paha dan punggung dan kaki kanan yang bengkok dan kecil. Saya menolak untuk dilimitasi oleh ‘ketidaksempurnaan” saya. Dan ternyata tidak ada yang peduli dengan bekas luka saya, semua orang sibuk tertawa dan bercanda, sedangkan teman saya hanya duduk menonton dari kejauhan. Apakah dia happy duduk sendiri dengan suara-suara di kepalanya sendiri yang mengatakan bahwa value-nya jadi berkurang bila ia tidak cantik sempurna? Saya rasa tidak.
Tahukah Anda bahwa bahkan perempuan-perempuan yang Anda anggap cantik seperti para model majalah juga bisa krisis percaya diri seperti Anda? Kita semua berada di perahu yang sama, dengan kerapuhan yang mirip. Bila Anda sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain, berhentilah. Tuhan sudah menciptakan Anda dengan berbeda namun sempurna. Sayangi dan syukurilah segala keunikan yang Anda miliki. Jangan biarkan value diri Anda diukur dari standar yang ditetapkan orang lain.
Sahabatku sesama perempuan, biasakanlah diri kita untuk selektif memberi makan pikiran kita dengan nutrisi positif. Janganlah kita terobsesi dengan majalah-majalah kecantikan yang malah akan membuat kita merasa semakin rendah diri. Bukankah sebaiknya kita alokasikan uang tersebut untuk mengikuti kursus bahasa atau membeli buku-buku yang akan mendorong kemajuan kognitif dan emosi kita? Ingatlah ini, sahabatku sesama perempuan, cantik adalah saat kamu merasa menerima semua kekuranganmu dan belajar bahagia dengan kelebihan dirimu sendiri.
Jakarta, 19 Oktober 2016
born with a congenital birth defect that results in partial disability. She enjoys the nature, people watching and contemplating.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H