Zaman sekarang, anak-anak udah nggak bisa lepas dari dunia digital. Dari main game, media sosial, sampai cari informasi buat tugas sekolah---semuanya lewat internet. Di era digital ini, internet jadi bagian hidup anak-anak yang nggak bisa dipisahkan. Kita sebagai orang tua mungkin tumbuh dengan telepon kabel dan TV tanpa internet, tapi sekarang semuanya berbeda. Anak-anak kita dibesarkan dalam lingkungan di mana setiap informasi, hiburan, bahkan pertemanan ada di ujung jari. Sayangnya, selain sisi positifnya, dunia online juga penuh ancaman yang, kalau nggak hati-hati, bisa merusak masa depan mereka. Salah satu ancaman paling besar dan paling tersembunyi? Judi online.
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menemukan anak terpapar judi online di Indonesia  dalam kurun waktu 2017 hingga 2023 meningkat sampai 300%, dengan total nilai transaksi mencapai Rp2,29 miliar. PPATK mencatat ada 19.555 kali transaksi senilai Rp 2,295 miliar di kalangan anak-anak. Anak-anak tersebut memiliki rentang usia di atas 17 tahun (1.309 anak), 11-16 tahun (441 anak), dan di bawah 11 tahun (106 anak).
Sekilas, judi online mungkin terasa jauh dari kehidupan anak-anak. "Masa sih anak-anak udah tau soal judi?" Pertanyaan ini sering terlintas, tapi kenyataannya, iklan-iklan dan aplikasi judi yang disamarkan dalam bentuk permainan muncul begitu gampang di layar ponsel mereka. Bahkan banyak dari iklan ini yang menggunakan trik cerdik dengan visual yang tampak seperti game biasa. Misalnya, permainan roulette, slot, atau bahkan game kartu yang dibuat untuk menipu mata orang dewasa apalagi anak-anak. Lalu, gimana caranya kita menjaga anak dari godaan judi online ini? Jawabannya nggak simpel, tapi usaha kita bisa bikin perubahan besar.
Cerita dari Rumah: Mulai dari Ngobrol Santai dan Berbagi Nilai
Ceritanya bisa dimulai dari rumah. Suatu hari, seorang anak pulang dari sekolah, membawa cerita tentang temannya yang main game seru yang katanya bisa dapet "duit banyak" dari sana. Sang anak merasa penasaran, karena siapa yang nggak tergiur? "Main sebentar aja bisa dapat duit." Tapi, kalau orang tua udah membangun hubungan yang kuat dan komunikasi yang terbuka dengan anaknya, cerita ini bisa langsung terbuka sejak awal. Si anak mungkin bakal tanya, "Bu, Pak, kok ada game yang bisa dapet duit gitu ya?" Nah, di sinilah pentingnya komunikasi yang natural.
Komunikasi yang terbuka dari orang tua ke anak itu seperti jembatan. Kalau sejak awal udah ada jembatan yang kuat, anak akan lebih mudah datang kalau mereka bingung atau ketemu hal yang nggak biasa. Orang tua bisa tanya tanpa memojokkan, "Kamu udah pernah denger judi online?" atau "Pernah lihat iklan game yang aneh?" Dengan cara ini, anak jadi tahu bahwa mereka bisa cerita apapun, dan mereka punya tempat yang aman buat bicara.
Edukasi Keuangan: Mengajarkan Anak Tentang Nilai Duit Sejak Dini
Setelah komunikasi yang terbuka, langkah berikutnya adalah ngajarin anak tentang nilai uang. Anak-anak kadang belum paham kalau uang itu nggak cuma muncul begitu aja, tapi butuh usaha buat dapetinnya. Mulai ajarin konsep pengelolaan uang sejak kecil, misalnya, kasih uang saku dan ajak mereka bikin rencana. Kasih contoh bahwa uang yang mereka terima dari orang tua bisa ditabung atau dipakai buat hal-hal yang bermanfaat, bukan dihabisin untuk sesuatu yang nggak jelas.
Kalau anak udah ngerti bahwa uang itu berharga dan nggak gampang dicari, mereka akan lebih berpikir dua kali sebelum tergoda dengan tawaran judi online. Judi selalu menebar janji manis soal "uang cepat" atau "hadiah besar," tapi dengan edukasi finansial sejak dini, anak-anak kita bisa lebih siap menghadapinya. Mereka akan lebih waspada dan tahu kalau ada sesuatu yang "too good to be true," artinya pasti ada sesuatu yang nggak benar di baliknya.
Mengatur dan Membatasi Akses: Peran Teknologi untuk Melindungi