Mohon tunggu...
Wiwik TriErnawati
Wiwik TriErnawati Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah sosial

Penggerak Literasi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Tiga Srikandi di Pilkada Jawa Timur, Simbol Emansipasi atau Strategi Populisme?

5 September 2024   07:47 Diperbarui: 14 September 2024   05:55 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi keterlibatan perempuan dalam kontestasi Pemilu. (Sumber: PIXABAY/LARS PETER WITT via kompas.com)

Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah pencalonan perempuan ini murni didasarkan pada kapasitas dan komitmen mereka untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat, atau apakah ini hanya strategi politik untuk mengakomodasi tren yang sedang berkembang? 

Beberapa pihak berpendapat bahwa partai politik mungkin melihat keuntungan elektoral dalam mencalonkan perempuan karena meningkatnya kesadaran publik akan pentingnya kesetaraan gender.

Namun, terlepas dari motif di balik pencalonan, keterlibatan perempuan dalam politik tetap memberikan kontribusi positif terhadap proses demokrasi. 

Perempuan yang berhasil menembus batas-batas politik yang biasanya didominasi oleh laki-laki berperan dalam mendorong perdebatan yang lebih inklusif dan diversifikasi perspektif dalam pengambilan kebijakan.

4. Peran Media dalam Pembentukan Persepsi

Media memainkan peran yang sangat penting dalam membingkai citra perempuan dalam politik. Sayangnya, dalam banyak kasus, media cenderung lebih menyoroti aspek gender ketimbang visi, misi, atau program kerja yang diusung oleh kandidat perempuan. Hal ini berpotensi mereduksi pencapaian mereka menjadi sekadar simbolisme gender.

Dalam pemberitaan tentang kandidat perempuan, sering kali media membahas bagaimana mereka "menyimbangkan peran" antara karier politik dan tanggung jawab domestik, yang secara tidak langsung memperkuat stereotip tradisional tentang peran perempuan. 

Sebaliknya, kandidat laki-laki biasanya lebih diberi ruang untuk membahas program kerja dan visi politik mereka tanpa terlalu dihubungkan dengan peran mereka di rumah tangga.

Tantangan bagi kandidat perempuan adalah bagaimana mereka dapat mengarahkan perhatian media dan publik pada kualitas kepemimpinan mereka, bukan semata-mata pada identitas gender mereka. 

Oleh karena itu, penting bagi media untuk mengubah cara mereka menyoroti kandidat perempuan, dengan lebih fokus pada kompetensi dan visi mereka daripada gender.

5. Feminisme dan Realitas Politik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun