Mohon tunggu...
Wiwik TriErnawati
Wiwik TriErnawati Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah sosial

Penggerak Literasi

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Tiga Srikandi di Pilkada Jawa Timur, Simbol Emansipasi atau Strategi Populisme?

5 September 2024   07:47 Diperbarui: 14 September 2024   05:55 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk menjawabnya, kita perlu melihat dari berbagai sudut pandang, termasuk sejarah politik perempuan, stereotip gender, politik identitas, peran media, dan pendekatan feminisme itu sendiri.

1. Sejarah dan Keterwakilan Perempuan dalam Politik

Secara historis, politik di Indonesia, terutama di level pemerintahan daerah, masih didominasi oleh laki-laki. Namun, dengan keterlibatan tiga tokoh perempuan atau "Srikandi" dalam kontestasi politik tingkat provinsi, kita melihat perubahan pola pikir masyarakat dan partai politik mengenai keterlibatan perempuan dalam politik.

Feminisme di Indonesia tidak hanya sebatas pada upaya untuk meningkatkan kesetaraan gender dalam sektor publik dan privat, tetapi juga untuk membuka ruang bagi perempuan agar terlibat dalam proses pengambilan keputusan di berbagai level, termasuk politik. 

Partisipasi perempuan dalam Pilkada menunjukkan bahwa perempuan semakin mampu memecahkan hambatan struktural yang selama ini menghalangi mereka untuk berperan dalam politik.

Perempuan Indonesia memiliki sejarah panjang dalam keterlibatan politik. Salah satu tokoh paling terkenal adalah Raden Ajeng Kartini, yang menjadi simbol emansipasi perempuan sejak era kolonial. 

Setelah kemerdekaan, Indonesia juga menyaksikan kehadiran tokoh perempuan seperti Megawati Soekarnoputri yang menjadi presiden perempuan pertama di Indonesia.

Meski demikian, keterwakilan perempuan di ranah politik formal masih terbilang rendah. Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) menunjukkan bahwa keterwakilan perempuan di parlemen, meskipun meningkat dari waktu ke waktu, masih belum mencapai target 30% yang ditetapkan dalam kebijakan affirmative action. 

Maka dari itu, keterlibatan tiga tokoh perempuan dalam Pilkada Gubernur Jawa Timur dianggap sebagai pencapaian penting dalam perjuangan kesetaraan gender, memperlihatkan bahwa perempuan kini memiliki kesempatan yang lebih besar untuk berkompetisi di tingkat tinggi.

Di tingkat lokal, keterlibatan perempuan dalam politik sering kali terbatas oleh hambatan sosial, budaya, dan ekonomi. Beberapa tokoh perempuan menghadapi tantangan berat, mulai dari stigma hingga kurangnya dukungan dari partai politik. 

Oleh karena itu, munculnya tiga perempuan dalam Pilkada Jawa Timur menjadi simbol kemajuan, baik dari perspektif representasi gender maupun sebagai bagian dari sejarah keterlibatan perempuan dalam politik Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun