Mohon tunggu...
Wiwik TriErnawati
Wiwik TriErnawati Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah sosial

Penggerak Literasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kontroversi Nasib Ojol Sebagai Tulang Punggung Keluarga: Antara Harapan dan Tantangan

2 September 2024   14:38 Diperbarui: 2 September 2024   14:46 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar: Tangselpos.id

Dalam beberapa tahun terakhir, ojek online (ojol) telah berkembang menjadi salah satu sektor informal yang paling dinamis dan signifikan di Indonesia. Kehadirannya tidak hanya mengubah wajah transportasi perkotaan, tetapi juga menjadi penyelamat ekonomi bagi jutaan keluarga di seluruh negeri. 

Bagi banyak orang, bekerja sebagai pengemudi ojol adalah solusi cepat dan praktis untuk mendapatkan penghasilan, terutama di tengah situasi ekonomi yang serba tidak pasti. 

Namun, di balik pesatnya perkembangan tersebut, terdapat dinamika yang lebih kompleks terkait nasib para pengemudi ojol yang sering kali dijadikan tulang punggung ekonomi keluarga. 

Meskipun banyak yang menggantungkan harapan pada pekerjaan ini, realitas di lapangan tidak selalu seindah yang terlihat. Artikel ini membahas secara lebih mendetail tantangan, peluang, serta kontroversi yang melingkupi profesi ojol di Indonesia.

Selaras dengan kenyataan diatas, dikutip dari beberapa sumber, demonstrasi  yang dilakukan oleh Asosiasi Pengemudi Ojek Daring Garda Indonesia di Patung Kuda, Jakarta Pusat pada hari Kamis, 29 Agustus 2024 mengajukan enam tuntutan ke pemerintah dan masih menunggu tindak lanjut dari Kementerian Perhubungan, salah satu tuntutan yang diajukan dari enam poin tersebut adalah di poin 3 yaitu hapus Program Layanan  Tarif Hemat untuk pengantaran barang dan makanan pada semua aplikator yang dinilai tidak manusiawi.

Peran Krusial Ojol dalam Perekonomian Keluarga

Bagi sebagian besar pengemudi, ojek online tidak hanya menjadi sumber penghasilan pribadi, tetapi juga menjadi tulang punggung ekonomi keluarga. Banyak yang memutuskan menjadi pengemudi ojol setelah kehilangan pekerjaan atau merasa sulit mendapatkan pekerjaan di sektor formal. 

Dengan persyaratan yang relatif mudah dan akses yang cepat ke lapangan pekerjaan, profesi ini menarik minat banyak orang dari berbagai latar belakang, termasuk lulusan sekolah menengah, buruh yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), hingga mahasiswa yang ingin menambah penghasilan.

Kisah-kisah sukses para pengemudi yang berhasil memperbaiki kondisi ekonomi keluarga mereka melalui pekerjaan ini kerap menjadi inspirasi bagi yang lain. 

Penghasilan harian yang didapatkan dari layanan transportasi, pengantaran makanan, hingga pengiriman barang sering kali membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti membiayai sekolah anak, membayar sewa rumah, dan mencicil kendaraan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun