Mohon tunggu...
Wiwik TriErnawati
Wiwik TriErnawati Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah sosial

Penggerak Literasi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kontroversi Nasib Ojol Sebagai Tulang Punggung Keluarga: Antara Harapan dan Tantangan

2 September 2024   14:38 Diperbarui: 3 September 2024   07:49 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ojek Online | SHUTTERSTOCK/CREATIVA IMAGES

Penetapan tarif minimum yang adil menjadi tuntutan utama para pengemudi ojol. Mereka menginginkan tarif yang tidak hanya menguntungkan perusahaan dan menarik bagi konsumen, tetapi juga memberikan penghasilan yang layak bagi pengemudi. Namun, usaha untuk menetapkan tarif minimum yang lebih tinggi sering kali berhadapan dengan resistensi dari perusahaan aplikasi yang khawatir kehilangan pangsa pasar.

Masa Depan Ojol di Tengah Dinamika Ekonomi Digital

Nasib pengemudi ojol sebagai tulang punggung ekonomi keluarga berada di persimpangan jalan. Di satu sisi, profesi ini menawarkan peluang yang fleksibel dan dapat diakses oleh banyak orang, terutama di tengah kesulitan ekonomi. Di sisi lain, tantangan yang meliputi ketidakpastian pendapatan, biaya operasional yang tinggi, serta kurangnya perlindungan ketenagakerjaan membuat profesi ini penuh risiko.

Dibutuhkan langkah konkret dari berbagai pihak untuk memastikan bahwa para pengemudi ojol mendapatkan perlindungan dan hak-hak yang layak. Pemerintah, perusahaan aplikasi, serta masyarakat harus bekerja sama untuk menciptakan ekosistem yang lebih adil dan berkelanjutan bagi para pengemudi. 

Dengan regulasi yang lebih tegas dan perlindungan sosial yang lebih baik, profesi ojol dapat terus berperan sebagai tulang punggung ekonomi keluarga tanpa mengorbankan masa depan mereka yang bekerja di dalamnya.

Kontroversi ini menyoroti betapa pentingnya perlindungan yang lebih komprehensif bagi para pengemudi ojol dalam menghadapi dinamika ekonomi digital yang terus berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun