Mohon tunggu...
Wiwik TriErnawati
Wiwik TriErnawati Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati masalah sosial

Penggerak Literasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Terjungkalnya Pewarisan Budaya Lokal Gegara TikTok

6 Maret 2020   10:00 Diperbarui: 6 Maret 2020   10:04 1540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia juga mengalami dampak dari pesatnya pengaruh globalisasi. Sebagaimana yang terjadi di negara lain, globalisasi memberi pengaruh yang positif dan negatif terhadap tatanan kehidupan masyarakat Indonesia. Pengaruh globalisasi terhadap budaya nasional meliputi berbagai sektor kehidupan seperti budaya dalam bidang politik, ekonomi, ideologi, sosial dan lain-lain secara cepat maupun lambat mempengaruhi prinsip dan identitas kebudayaan nasional Indonesia.

Seiring perkembangan zaman, eksistensi budaya dan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sampai saat ini belum optimal dalam upaya membangun karakter warga negara. Bahkan setiap saat kita saksikan berbagai macam tindakan masyarakat yang berakibat pada kehancuran bangsa yakni menurunnya perilaku sopan-santun, menurunnya rasa kebersamaan dan menurunnya rasa gotong royong diantara anggota masyarakat.

Pembangunan karakter bangsa melalui budaya lokal sangatlah dibutuhkan. Pembangunan karakter bangsa dapat ditempuh dengan cara mentransformasi nilai-nilai budaya lokal sebagai salah satu sarana untuk membangun karakter bangsa.

Guna melestarikan nilai-nilai budaya lokal perlunya dilakukan pewarisan nilai-nilai budaya.

Hal ini dikarenakan dalam suatu kebudayaan pasti terkandung nilai-nilai budaya lokal yang dianut oleh masyarakat setempat. Di dalam masyarakat unsur kebudayaan diwariskan secara turun temurun yang membutuhkan waktu dalam proses pewarisannya.

Cara pewarisan budaya pada masyarakat tradisional terjadi secara sederhana, yaitu melalui tatap muka langsung dari mulut ke mulut dan praktik langsung.

Disisi lain aplikasi Tik Tok yang belakangan ini sangat marak digunakan oleh para pengguna media sosial di Indonesia. Aplikasi ini sendiri dilansir dari laman play google.com, merupakan komunitas video global yang didukung oleh musik pengguna bisa menari ataupun gaya bebas lewat aplikasi ini, dan para pembuat konten mendorong agar imajinasi pengguna bisa sangat kreatif dan membebaskan ekspresi mereka.

Asal muasal Tik Tok diluncurkan oleh Byteance pada bulan September 2016. Dan sejak peluncurannya Tik Tok telah mengungguli aplikasi We Chat super dari Tencent dan telah menjadi aplikasi gratis yang paling banyak diunduh di iQ S Apple Store di China.

Di luar China, Tik Tok juga menjadi viral dengan cepat, terutama di Jepang dan Thailand, menjadi aplikasi gratis  yang paling banyak diunduh termasuk juga di Indonesia.

Sebenarnya pada 03 Juli 2018 yang lalu. Aplikasi ini pernah diblokir di Indonesia karena dinilai negatif untuk anak-anak. Namun dengan berbagai upaya Tik Tok kembali bisa diakses oleh masyarakat.

Demam Tik Tok tidak hanya di kalangan remaja, orang dewasa bahkan anak-anak pun asyik ber Tik Tok ria. Seperti virus, penyebaran dan pperembesan Tik Tok ini begitu dasyatnya. Ketika di Jakarta dilanda banjir pun, bukan hanya kesedihan yang ditampakkan, justru mereka banyak memposting video Tik Tok dengan berbagai kreativitas mereka. Bisa dikatakan, Tik Tok seakan sudah menjadi budaya latah di semua kalangan masyarakat, tanpa mengenal batasan usia dan status sosial.

Bagaimana nasib pewarisan budaya lokal kita? Jawabannya, terjungkal karena pewarisan budaya lokal seakan berhenti atau bahkan seakan tenggelam.

Hal yang miris jika mengetahui demam dan budaya latah ber Tik Tok ria lebih mudah diterima oleh semua lapisan masyarakat daripada budaya lokal yang dianggap sudah kuno dan tidak mengalami perkembangan.

Keluarga yang diagung-agungkan sebagai sarana awal pewarisan budaya lokal pun tidak bergeming ketika aplikasi Tik Tok lebih mereka anggap sebagai media hiburan dan mampu menyalurkan kreativitas mereka. Seakan energi-energi positif banyak tersalurkan  lewat ber Tik Tok ria. Media massa atau media sosial sebagai salah satu sarana pewarisan budaya lokal pun begitu responsifnya terhadap kehadiran Tik Tok.

Ini tentunya menjadi tugas berat yang ada di pundak semua lapisan masyarakat agar budaya lokal tidak tergerus dengan aplikasi Tik Tok dan bangsa Indonesia tidak kehilangan identitas dan jati dirinya. Mulailah dengan mencintai dan membiasakan bercerita tentang dogeng, legenda dan mitos kepada anak-anak sejak kecil. Karena dari situlah, pewarisan budaya lokal dari satu generasi ke generasi lainnya tidak terputus.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun