Duka di Balik Pengkhianatan Cinta
karya: Wiwik Roslina
"Tuuut... Tuuut... Tuuut..." dering pesan suara dari gawai milik Ferry berbunyi.
"Tumbenan handphone Ayah ditinggal..." lirih Mitha.
Segera ia meraih gawai milik suaminya yang diletakkan di atas meja, tidak jauh dari tempatnya sedang duduk menikmati secangkir teh tubruk hangat di sore hari sepulang bekerja di sekolah swasta, sebagai tenaga administrasi.
Spontan wajah Mitha memerah, ubun-ubunnya memanas. Diremasnya handphone tersebut hingga hampir mencuat dari genggamannya.
"Ayah... main sini donk... Bawain bunda es campur, ya"
Masih di menit yang sama, masuk lagi chat dari kontak yang bernama Suprapto, "Ayah... Koq dibaca doank??"
Selang satu menit, layar handphone berubah dengan tulisan "panggilan masuk" yang tentu saja dari kontak yang bernama Suprapto itu.
Mitha menggeser gambar lingkaran merah ke arah atas, yang artinya telepon diterima. Tak sepatah katapun keluar dari lisan wanita gemuk dengan sebagian rambut berwarna abu-abu yang dulunya kembang desa.
"Ayah... Koq gak jawab chat bunda? Ayah tahu gak? Bunda lagi kangen banget sama Ayah, kesini donk, Yah... Bawain es campur, sekalian sama gorengan juga boleh, Yah!"