Mohon tunggu...
wiwik kurniaty
wiwik kurniaty Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Maulid Sebagai Momentum Merawat Relasi Sosial

21 September 2024   19:08 Diperbarui: 21 September 2024   19:09 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Peringatan Maulid Nabi adalah peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada tanggal 12 Rabiul Awal , bulan ketiga dalam kalender Hijriah.

Pada awalnya dan secara umum, peingatan Maulid Nabi dilakukan dalam bentuk pengajian umum, membaca shalawat dn tahlil. Seiring waktu, peringatan ini berkembang dengan tradisi yang disesuaikan dengan budaya lokal.  Syiar ISlam yang dilakukan oleh Wali Songo  di tanah Jawa ikut pula mewarnai ragam perayaan yang menyertai peringatan, termasuk grebek Maulud di Yogyakarta dan Surakarta, lalu ada ampyang Kudus di Kudus.

Yang amat lazim adalah tradisi weh-wehan yang berasal dari Kendal namun tradisi yang sama namun namanya beda, dilakukan hampir di seluruh Jawa, yaitu masing-masing orang membawa makanan atau buah (sebagai jenis makanan yang disukai Nabi Muhammad) dalam bentuk kotak nasi atau beberapa daerah menyebutnya dengan asahan. Setelah bershalawat, mereka saling bertukar asahan, dan membawa asahan yang sudah ditukar itu .

Beberapa daerah juga merayakannya dengan sesuatu yang unik seperti arak-arakan telur rebus yang dihias sedemikian rupa di Banyuwangi. Tradisi ini disebut endog-endogan dimana telur-telur yang sudah dihias itu ditancapkan di batasng pisang. Tradisi itu punya makna mendalam. Telur itu bermakna kelahiran, sedangkan hiasan-hiasan yang menyertainya adalah kemuliaan yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad dalam hidupnya. Di banyak wilayah Indonesia, peringatan itu dengan berbagai ragam, sesuai tradisi lokal.

Hakekat perayaan Maulid Nabi yang diadakan oleh umat muslim di Indonesia itu adalah bentuk penghormatan dan apresiasi atas keutamaan Nabi Muhammad sebagai sosok yang dianggap penting dalam sejarah agama Islam.

Mari kita mengikuti jejak kebaikan dan keteladanan nabi Muhammad SAW dalam menjalani  kehidupan sehari-hari. Membangun dan merawat relasi sosial antar kerabat, tetangga maupun bertoleransi dengan umat berkeyakinan lain.  Selain itu, perayaan ini juga menjadi kesempatan untuk meningkatkan kecintaan dan keimanan terhadap ajaran agama Islam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun