Mohon tunggu...
wiwik kurniaty
wiwik kurniaty Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Keberagaman Sebagai Simbol Kesetaraan Partisipasi Warga

20 Agustus 2024   18:11 Diperbarui: 20 Agustus 2024   18:13 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Beberapa hari lalu kita agak kaget dengan peristiwa pelarangan jilbab (lepas jilbab)  bagi peserta putri saat pengukuhan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) di Ibu Kota Nusantara (IKN) pada peringatan Kemerdekaan Indonesia ke 79. Berita ini menjadi viral dan menimbulkan polemic di sebagian masyarakat.

Seiring waktu, kebijakan lepas bagi Paskibraka itu memang telah usai. Di balik itu ada sisi lain yang layak dipikirkan bersama. Terutama bila kita lihat peristiwa itu, yang paling berisik bereaksi adalah kalangan konservatif yang tidak hanya mengkritik kebijakan tersebut tapi menebarkan isu bahwa pemerintah menganut anti islam atau islamfofia di tengah bangs akita yang sangat pluralis.

Ironisnya kaum konservatif ini sering bersikap anti pluralis. Kita bisa melihat pada kebijakan pemerintah daerah yang jajarannya banyak terdiri dari kaum konservatif memiliki Perda yang mengharuskan siswi untuk memakai jilbab. Mereka mengatasnamakan mayoritas di atas minoritas. Hal lain, kaum-kaum itu juga juga sering memberikan penolakan atas symbol agama tertentu. Semisal pemakaian atribut natal seperti topi santa yang kerap dipakai oleh pelayan toko sampai marketing sebuah produk di tempat umum.

Hal seperti ini sering menjadi masalah tersendiri karena kaum konservatif itu melakukan standar ganda untu dua tau tiga hal yang sehakekat. Melarang memakai jilbab atau memaksakan jilbab  adalah hal yang punya makna  sama.

Semua warga termasuk kaum konservatif seharusnya sadar bahwa negara kita punya prinsip keberagaman. Kesadaran pada keberagaman inilah yang harus diimplementasikan pada aksi nyata dan bukan karena kecenderungan melihat mayoritas minoritas. Sehingga kita bisa punya stardar yang sama soal keberagaman itu sendiri.

Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang mampu mengelola keberagaman, karena keberagaman di Indoensia sangat kompleks dan berpotensi mengalami perpecahan. Namun negara lain melihat sampai pada usia Indoensia yang 79, keberagaman itu tetap terpelihara. Diakui bahwa factor penganggu seperti yang saya jabarkan di atas memang ada, namun kita harus terus upayakan agar keberagaman itu terkelola dengan baik.

Karena keberagaman dalam sebuah negara adalah symbol kesetaraan partisipasi warga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun