Â
Jika anda berlangganan tv kabel, mungkin anda mengenal kartun komedi Family Guy di salah satu tv di Amerika Serikat. Film kartun yang diputar sekitar 10 tahun lalu ini punya sekitar 200 lebih episode . Pada episode ke lima belas pada musim ke sebelas, menereka menampilkan episode Turban Cowboy.
Episode ini berkisah tentang Peter yang berteman dengan seorang muslim bernama Mahmoud setelah terluka dalam kecelakaan terjun payun. Persahabatan keduanya berakhir saat Peter mengetahui bahwa Mahmoud seorang teroris radikal. Peter memang berniat mendalami Islam tetapi tidak sepakat dengan cara Mahmoud menjalankan ajarannya.
Saat adegan mengemudikan mobil van sejatinya Peter Griffin dalam keadaan terpaksa dan dalam todongan senjata. Van itu membawa denotator peledak yang akan meledakkan sebuah jembatan. Peter dalam suasana ketakutan.
Namun beberapa waktu lalu audio yang menyertai video diubah dan Peter Griffin yang biasanya disulihsuarakan oleh pembuat acara Seth MacFlane juga diubah kontennya. Peter yang dalam keadaakn terjepit dan ketakutan itu malah menyanyikan lirik yang tak lazim, yaitu "Senjata kami berat, pasukan kami banyak, namun tentara Allah lebih dari siap". Ini adalah khas ucapan orang-orang radikal dan cenderung tega melakukan teror ke warga yang tak bersalah.
Tak bisa disangkal lagi bahwa konten asli dari Turban Cowboy itu direkayasa, alias diplintir seakan-akan mendukung aksi terorisme. Mereka tak segan membawa-bawa Allah dalam aksi mereka dan seakan bahwa aksi kekerasan itu sesuai dengan ajaran agama.
Selama sepuluh tahun terakhir, kelompok teror Islamic State (IS) dan jejaring al - Qaeda memang sangat gercep (gerak cepat) dalam memperbaharui teknologi mereka. Mereka memproduksi meme-meme, visual dan narasi yang sudah dibuat sedemikian rupa sehingga seolah melogikakan hal yang salah. Seperti yang saya kemukakan diatas pada serial Turban Cowboy, mereka merekayasa sehingga seakan akan begitu nyanyian Peter.
Bahkan dua kelompok radikal itu tak segan menghimbau simpatisannya untuk menggunakan peranti lunak digital untuk menyebar pesan radikal , mengelabuhi sensor atau merekrut pejuang baru. Sehingga tak heran, banyak warga dunia terjebak dalam ajakan mereka melalui yang menggunakan Arificial Intelligence itu (AI)
Karena itu patut untuk waspada dalam menerima konten-konten yang terlihat menyenangkan dan lucu, namun di dalamnya terselip ajaran kekerasan yang dilarang negara dan merugikan masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H