Mohon tunggu...
wiwik kurniaty
wiwik kurniaty Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pentingnya Kepercayaan untuk Bangsa

23 Oktober 2020   20:32 Diperbarui: 23 Oktober 2020   20:40 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: CNN Indonesia

Pernah mendengar konstruksi cakar ayam? Suatu metode rekayasa teknik dalam pembuatan pondasi bangunan  yang diciptakan oleh orang Indonesia yaitu Prof Ir. Sedijatmo. Konstruksi cakar ayam ini biasa digunakan di struktur tanah lunak atau bekas rawa-rawa dan menumpukan pipa beton  dan plat yang bersatu di bawah tanah dan mencekeram kuat di tanah lunak. Sukar menerapkan pondasi konvensional di tanah bekas rawa dan tanah lunak (lembek) dan struktur pondasi cakar ayam merupakan solusi terbaik pada tanah tipikal itu.

Pondasi cakar ayam tidak hanya cocok untuk mendirikan gedung atau menara, tapi juga jalan dan landasan. Sistem ini juga menguntungkan karena tidak memerlukan sistem drainase dan sambungan kemang susut.

Struktur cakar ayam yang awalnya adalah pondasi membangun menara listrik untuk menyalurkan listrik dari Tanjung Priok ke GBK menjelang Asian Games 1962. Saat itu Ir Soekarno sebagai Presiden sangat disegani oleh dunia sehingga Indonesia dipercaya menyelenggarakan perhelatan akbar itu padahal kita masih dalam tahap awal kemerdekaan dimana situasi ekonomi belum terlalu baik.

Namun perhelatan itu cukup sukses dan beberapa bangunannya masih terawatt hingga kini seperti GBK, hotel Indonesia dan beberapa bangunan lainnya.

Ilustrusi pondasi cakar ayam adalah ibarat dasar negara kita yaitu Pancasila yang merupakan hasil pemikiran anak bangsa yaitu Presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno. Pancasila merupakan intisari nilai-nilai dari sekian banyak etnis / suku bangsa di Indonesia. Membangun bangsa dengan intisari dari diri sendiri ini menjadikan kita kuat dan tahan terhadap segala goncangan kehidupan berbangsa.

Seperti yang kita hadapi akhir-akhir yaitu demo akbar yang melibatkan kaum pekerja dan mahasiswa untuk menggugat pengesahan UU Omnibus Law yang dianggap akan merugikan kaum pekerja dan lingkungan Indonesia dan menguntungkan oligarki. Demo ini malah menyebarkan tagar # MosiTidak Percaya, yang ditujukan kepada pemerintah.

Sebagai negara demokrasi, demo ini adalah dinamika dan hak oleh warga negara, namun pembakaran yang menyertai demo-demo itu adalah sebuah hal yang layak disesalkan karena tidak memperkuat demokrasi itu sendiri.

Ada jalan lain untuk menyuarakan ketidaksetujuan soal UU itu adalah menggugatnya di Mahkamah Konstitusi yang nanti akan memutuskan yang terbaik bagi bangsa. Ini mekanisme yang tidak saja sesuai dengan dasar negara kita, Pancasila tapi juga demi menjaga kepercayaan antara rakyat dan pemerintah. Seperti ilustrasi cakar ayam yang cocok untuk tanah lunak di atas.

Karena jika rakyat tidak percaya lagi kepada pemerintah sementara pemerintah juga tidak menjalankan konstitusi, merupakan hal menyedihkan bagi bangsa ini. Tapi keadaan negara ini kan tidak seburuk itu?

Mungkin kita harus ingat bahwa negara kita mendapat peringkat ke 63 dalam hal berdemokrasi, bahkan di atas Thailand dan Singapura, meski beberapa point tertinggal dari Malaysia dan Philipina. Dalam alam demokrasi, kepercayaan dua pihak sangat penting untuk mendapat situasi yang baik dalam membangun bangsa. Ini yang disebut sosiolog AS Francis Fukuyama sebagai trust culture yaitu budaya mempercayai. Trust culture ini penting agar semua hal pendukung cita-cita bangsa bersinergi dan menghasilkan energy baik bagi bangsa dan negara.

Pendek kata, kemakmuran ekonomi serta demokrasi politik dan hukum memerlukan budaya untuk saling percaya satu sama lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun