Mohon tunggu...
wiwik kurniaty
wiwik kurniaty Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rumah Ibadat Jangan Jadi Medan Pertempuran

17 Juli 2018   15:33 Diperbarui: 17 Juli 2018   15:35 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.republika.co.id

Apa yang terbayang pada benak kita pada acara-acara keagamaan di Masjid, Gereja, Pura dan Klenteng serta tempat-tempat ibadah lainnya? Pemujaan terhadap Tuhan, Allah , Hyang Widhi dan Sang Pengatur Semesta bukan?

Ajaran-ajaran yang disampaikan para pemuka agama di rumah-rumah ibadat itu biasanya adalah ajaran tentang kebaikan dan kedamaian. Bahwa kita hidup adalah atas ridho Allah dan hidup dengan damai dengan mahluk lainnya. Rukun, kebaikan dan damai tidak hanya pada ajaran Islam, tapi juga Kristen Katholik, Kristen Protestan, Hindu, Budha bahkan pada penganut kepercayaan lainnya. Karena dengan kedamaian, dan kebaikanlah hidup manusia akan lebih bermakna.

Tapi pada suatu titik, tak jarang rumah ibadah ditunggangi dengan berbagai kepentingan. Kadang kepentingan baik tapi tak jarang juga kepentingan yang berpotensi menimbulkan amarah dan kebencian. 

Kepentingan baik itu seumpana adalah gerakan untuk membantu satu daerah terpencil dengan pemangunan sarana ibadah atau rumah kumuh atau jembatan. Kadang ada juga ajakan di rumah ibadah untuk memberikan donor bagi panti jompo, panti asuhan atau beasiswa. Tentu saja niat dan kegiatan kebaikan ini amat bermanfaat baik untuk orang lain maupun diri sendiri untuk menumbuhkan iman percaya pada agama-masing-masing.

Tapi, pada masa sekarang rumah ibdah juga sering dipakai untuk kegiatan politik dan sejenisnya, sehingga tak terlalu murni memberitakan kebaikan dan kedamaian. Kegiatan politik itu tak jarang membawa rasa benci kepada agama lain dengan caci maki dan lain sebagainya sehingga rumah badah yang seharusnya membawa kerukunan dan kedamaian menjadi jauh panggang dari api.

Kita bisa melihat contohnya pada saat Pilkada Jakarta 2016-2017 lalu, rumah ibadah secara sengaja dipakai untuk menyampaikan pesan politik. Itu membuat rumah ibadah bertransformasi menjadi medan pertempuran (battle neck) yang membuat satu pihak benci terhadap pihak lain karena diperkuat secara spiritual karena agama menjadi alat afirmatif (penegasan) terhadap kebencian itu.

Politik punya pesan-pesan, nilai-nilai sendiri dan kemasan-kemasan tersendiri dalam penyempaiannya, termasuk taktik, strategi dan lain sebagainya yang berbeda dengan ajaran agama. Sehingga tak ayal, politik adalah hal yang harusnya dijauhkan dari agama dan rumah ibadah.  Jangan membawa politik yang didalamnya termasuk kebencian masih dalam ranah ibadat.

Akhir kata mungkin kita harus merenung kemali pada hakekat agama dan rumah ibadat. Jangan sampai kita ditunggangi kepentingan politik atau kepentingan faham tertentu (radikal) yang bisa berkemang dengan memanfaatkan rumah ibadat. Rumah ibadat harus kita pertahankan sebagai rumah penyebar kedamaian dan kerukunan antar sesama mahluk.

Salam damai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun