Mohon tunggu...
wiwik kurniaty
wiwik kurniaty Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ramadan, Waktu Tepat Ubah Persepsi Kekerasan

15 Mei 2018   15:24 Diperbarui: 15 Mei 2018   18:48 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini negara kita dihadapkan pada persoalan kekerasan dan ujaran kebencian kepada kaum yang berbeda dengan kita. Kekerasan yang kita alami ini begitu hebatnya sehingga banyak jiwa menjadi korban.

Banyak orang mengkaitkan kekerasan dengan sebab psikologis, sebab ekonomi disamping sebab ideologis. Namun banyak kajian yang mengatakan bahwa kekerasan banyak disebabkan karena sebab ideologis, termasuk dikomsumsinya doktrin-doktrin yang salah. Seperti doktrin yang baik dan positif akan mendorong orang berperilaku baik, sedangkan doktrin yang jahat akan mendorong rang berperilaku jahat.

Tapi apakah ada ideology atau agama yang mengajarkan kejahatan ? Tentu saja tidak karena kebanyakan agama menyerukan kebaikan. Jahat dan baik adalah soal persepsi orang atau pihak yang menilai persepsi itu. Ucapan-ucapan atau kalimat-kalimat tertentu bisa dipersepsikan secara salah atau bisa juga tidak sesuai dengan konteks yang berlaku pada saat itu. Klausul ini yang sering terjadi di beberapa tempat berkenaan dengan persepsi soal kekerasan bahkan terorisme.

Pihak seperti ISIS atau kelompok terroris lain yang berhaluan keras, menghilangkan nyawa orang yang berbeda (yang sering disebut sebagai kafir) bisa dianggap sebagai kebaikan dan dibenarkan . Begitu juga dengan hal-hal yang menyertainya seperti ujaran kebencian, fitnah dan lain sebagainya.

Disisi lain jika ditelisik seksama, agama Islam punya doktrin yang berpotensi diresepsikan sevara salah demi tujuan-tujuan kejahatan. Misalnya ayat-ayat yang menganjurkan kaum Muslim untuk membunuh kaum kafir/musyrik di manapun mereka berada (QS 2:191, 9:5) bisa menjadi masalah besar jika ditafsirkan dan digunakan oleh kelompok-kelompok tertentu. Begitu juga ayat-ayat yang melarang kaum Muslim berkawan-baik (bersekutu) dengan orang-orang Yahudi dan Kristen (QS 5:51) bisa menjadi landasan untuk bersikap diskriminatif dan intoleran.

Seringkali kita temukan para penyuka kekerasan dalam hal ini kau radikal dan teroris amat menyukai persepsi an sich terhadap doktrin atau hadist dalam al Quran. Padahal konteks ajaran itu sendiri tidak seperti itu. Para preceptor itu tidak meletakan konteks bagaiman doktrin itu ahir dengan konteks sekarang.

Karena itu, momen Ramadan mungkin kita punya waktu untuk menelaah lagi presepsi-presepsi doktrin yang mungkin salah, terutama soal kekerasan, radikalisme dan terorisme. Semua agama mengajarkan kebaikan dan dan kedamaian dan bukan untuk saling serang dan meniadakan nyawa. Juga bukan untuk memberi ujaran kebencian dan saling fitnah demi ambisi tertentu.

Kita jangan melihat itu sebagai doktrin an sich yang meninggalkan konteks yang tidak relevan. Sebaliknya kita harus menghubungkan hal itu dengan konteks yang relevan. Jadi, mari kita ubah presepsi demi kemuliaan agama itu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun