Mohon tunggu...
wiwik ismail
wiwik ismail Mohon Tunggu... -

Seorang warga negara yang tinggal di Gorontalo yang sangat ingin bisa menulis untuk berbagi dan belajar di Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kata ‘Damai’ Bukan Miliki ‘Kita’?

16 November 2010   05:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:34 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini sebagian umat Islam di Indonesia telah merayakan Hari Raya Idul Adha. Sebagian lagi mengikuti keputusan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. Akan tetapi bukankah perbedaan itu adalah rahmat untuk kita Umat Nabi Muhammad SAW...

Kemarin, saya mengirimkan ucapan Selamat Idul Adha kepada beberapa teman isinya seperti ini :

Qurban adalah semangat berbagi,

Damai di hati, Damai di Bumi.

Selamat Idul Qurban 1431H

Mungkin belum 10 menit setelah pengiriman dilakukan, satu sms masuk, ‘hey sob, damai di hati, damai di bumi, agama lain punya itu’ .

Deg ! saya kaget…..

Kriing..! telepon berbunyi, “Halo, Wi, damai di hati, damai di bumi….? Sms dari betlehem itu…?.

Masuk lagi sms, denganisi yang agak mirip, bukan mirip Gayus lho….

Wah, semua pada complain, padahal saya tidak berpikiran sampai ke situ.

Saya jadi berpikir apakahkata ‘damai’ dianggap sebagian orang sudah menjadi milik sebagian kelompok saja atau mungkin karena kasus-kasus teroris yang sering dihubung-hubungkan dengan Islam sehingga sebagian orang Islam agak alergi dengan kata tersebut.

Saya teringat sebuah tulisan di Kompasiana tentang pengalaman masa kecil penulis tersebut yang saya lupa namanya. Dia menceritakan tentang nyanyian Malam Kudus versi teman-teman masa kecilnya. Ketika itu tidak ada perasaan tersinggung atau marah .

Saya jadi berpikir lagi, mungkin kita sekarang lebih sensitive dibandingkan dulu. Banyak peristiwa yang sudah dialami oleh bangsa Indonesia yang berakibat pada peningkatan sensifitas setiap masyarakat yang hidup di Negara ini.

Mungkin ada baiknya juga dengan peningkatan level sensitifitas setiap orang. Sensitif terhadap orang yang terkena musibah sehingga langsung membantu, sensitive terhadap lingkungan yang kotor sehingga minimal berusaha untuk mendisiplinkan diri untuk membuang sampah di tempatnyaatausensitif terhadap uang yang berasal dari hal-hal yang subhat.

Akan tetapi ketika sensifitas itu diletakkan ditempat yang tidak seharusnya bukankah itu membuat kita menjadi serba terbatas..?

Idul Adha juga merupakan ujian terhadap sensifitas kita terhadap sesama. Semangat berqurban adalah semangat berbagi. Hakekat berqurban adalahmemberikan yang kita miliki kepada orang lain yang membutuhkan. Yang berlebih berbagi dengan yang kekurangan.  Sehingga hubungan kita dengan sesama menjadi lebih harmonis. Keharmonisan hidup membawa kedamaian hati bagi setiap individu. Kedamaian hati membuat damai dunia yang kita tinggali bersama. Bukankah indah hidup ditengah-tengah keharmonisan dan kedamaian…

Selamat Hari Raya Qurban 1431 H….

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun