Pulau Cangkir. Di namakan Pulau Cangkir, karena bentuknya yang menyerupai cangkir.
Masih banyak yang belum tau, jika ada tempat wisata di wilayah Kabupaten Tangerang ini yang bernama ÂPulau Cangkir terletak di Desa Kronjo, Kecamatan Kronjo. Akses jalan menuju ke Pulau Cangkir tergolong lancar dan bagus. Meskipun pantai di sekitar Pulau Cangkir tak seindah pantai yang lain, tidak berpasir putih dan tidak memiliki air yang biru, namun ada beberapa keistimewaan yang menjadi pendorong datangnya pengunjung ke tempat tersebut.
Pulau Cangkir memiliki hutan bakau yang cukup luas, di sepanjang jalan menuju pantai. Sayangnya masih ada beberapa penduduk yang menebang pohon bakau di sisi jalan, dengan maksud untuk mendirikan warung ditempat tersebut. Ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi saya.Â
Mungkin kurangnya edukasi lingkungan kepada warga sekitar dan juga belum adanya sosialisasi larangan penebangan pohon bakau, menyebabkan penebangan pohon bakau dianggap sebagai hal biasa. Kekhawatiran lain adalah, sisi jalan yang hijau dan indah oleh jajaran pohon bakau, akan berganti menjadi jajaran warung yang tidak tertata beberapa waktu kemudian. Semoga segera ada perhatian dari pemangku wewenang.
Keistimewaan yang lain dari Pulau Cangkir adalah terdapat makam dari seorang ulama besar Banten yang bernama Syekh Waliyuddin yang juga di kenal sebagai Pangeran Jaga Laut. Beliau adalah putra dari Sultan Hassanudin. Oleh karenanya pulau cangkir ini selalu ramai pengunjung bukan saja untuk berwisata tetapi juga untuk berziarah.
Ketika tiba di pulau cangkir, kita tidak langsung berhadapan dengan hamparan pantai yang luas, namun harus berjalan dari area parkir menyusuri perumahan penduduk yang lebih mirip sebagai pasar karena selain merupakan tempat tinggal juga sebagai tempat usaha yang memperdagangkan aneka hasil laut, pakaian pantai dan pernak pernik aksesoris yang biasanya dibeli oleh pengunjung sebagai oleh - oleh.
peyek udang yang berlimpah. Tak hanya satu atau dua warung yang menjualnya tetapi disepanjang area pasar di sisi kanan kiri nampak susunan peyek udang yang cukup menggiurkan.Â
Hasil laut yang dijual di tempat tersebut banyak ragamnya, dari ikan asin yang beraneka jenis, terasi dan yang paling istimewa adalahTampilannya yang krispi dengan merahnya udang segar ketika terkena suhu tinggi sungguh menggoda bagi yang melewatinya. Apalagi peyek udang tersebut dibuat dadakan, bukan skala besar yang dibuat masal dan dikemas plastik.
Awalnya ada keraguan untuk membelinya. Karena berdasarkan pengalaman, makanan di tempat wisata rata - rata kurang bisa diandalkan dari segi harga, kualitas dan rasa.Â
Namun akhirnya mencoba membeli 10 ribu rupiah yang saya perkirakan mendapat 2 buah peyek. Ukurannya yang jumbo dan udangnyapun cukup banyak pastilah harganya tidak jauh dari 5 ribu rupiah. Namun alangkah mengejutkan ketika pedagangnya memasukkan peyek udang sebanyak 5 buah ke dalam kantong dan diberikan kepada saya.Â
Setelah kulihat - lihat memang ada tulisan yang terpampang disitu " Peyek udang 2000 ". Yang lebih surprise lagi, diluar dugaan, ternyata rasanya sangat enak. Renyah, gurih dan krispi. Tanpa berpikir panjang sayapun memborong dengan rencana untuk dibagikan ke tetangga.
Namun dalam perjalanan pulang yang lumayan memakan waktu, peyek itu kita makan satu persatu dan akhirnya tak bersisa. Lain waktu jika berkunjung ke sana lagi mungkin saya akan membawa toples besar supaya bisa menampung banyak peyek, tidak patah dan tetap krispi.Â