Mohon tunggu...
Wiwik DJanti
Wiwik DJanti Mohon Tunggu... Guru - PNS (Pe Nikmat Seni)

Guru di SMP negeri kabupaten Tangerang, memiliki hobby dan ketertarikan pada banyak hal, menari, menyanyi, melukis, bertanam, menulis, travelling, memasak dan beberapa hoby lain yang membuat saya selalu sibuk, maka banyak sekali konten yang saya sukai dari konten seni, adventure, kuliner, fashion ...hampir semua konten saya sukai, motto saya terus meningkatkan potensi yang saya miliki.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pulau Untung Jawa, Keanggunan di Tengah Samudra

19 Mei 2024   14:30 Diperbarui: 19 Mei 2024   14:32 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beruntunglah saya, yang terdampar di Kecamatan Pasarkemis, Kab. Tangerang.
Tak seorangpun bisa memprediksi perjalanan hidupnya. Siapa sangka saya yang pertama kali merantau ke Jakarta, pada akhirnya menetap di ujung wilayah Tangerang. Tepatnya di kec. Pasarkemis.

Wilayah yang tidak terlalu pengap oleh hiruk pikuk rutinitas metropolitan namun mempunyai akses yang sangat mudah ke pusat kota dan dikelilingi sepanjang garis pantai utara.

Terdapat pulau pulau di seberang pantai yang di kenal dengan gugusan pulau seribu. Walaupun namanya Pulau Seribu namun keseluruhan pulaunya berjumlah 110.

Untung Jawa adalah salah satu gugusan Pulau Seribu yang yang mudah dijangkau dari wilayah tempat tinggalku. Untuk mencapai Pulau Untung Jawa dapat melalui beberapa dermaga, namun yang paling dekat adalah dermaga Tanjung Pasir yang terletak di kecamatan Teluk Naga. Jika ombak tidak terlalu besar bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 30 - 40 menit.

Namun di Tanjung Pasir tidak terdapat kapal cepat ( Speedboat ), melainkan Kapal tradional, berupa kapal kayu bermotor dengan kapasitas antara 80 - 120 penumpang tergantung dari daya tampung kapal. Meskipun Kapal kayu menurutku cukup savety karena masing - masing kapal dilengkapi dengan alat pengaman pelampung bagi penumpang.

Kebetulan di Bulan Mei tahun ini ada hari libur yang cukup panjang, yaitu tanggal 9 Mei, hari suci umat Kristiani, dilanjutkan cuti bersama pada tanggal 10 Mei dan berlanjut hari Sabtu dan Minggu. Sayang jika di lewatkan.

Kami memulai perjalanan dari rumah pada jam 07.00 WIB dan sampai di dermaga Tanjung Pasir jam 08.00 WIB. Walaupun hanya bertujuh, namun  kami memilih  menyewa kapal dengan kapasitas 80 orang untuk mengantar sekaligus menjemput saat kami pulang nanti. Pemilik kapal mematok harga 1 juta untuk  mengantar dan menjemput, dan kami menyetujui tanpa menawar. Menurut info jika ditawar bisa lebih murah.

Sementara, jika naik kapal reguler, cukup mengeluarkan uang sebesar 50 ribu untuk perjalanan pulang dan pergi. Tetapi untuk keberangkatannya harus menunggu sampai kapal penuh terlebih dahulu.  Sayangnya, kami bukan termasuk orang - orang yang sabar ....he..he.

Perjalanan di laut, sedikit agak lambat karena ombak yang cukup besar. Mungkin karena kami berangkat sudah siang. Menurut awak kapal, jika kami berangkat lebih pagi air lebih tenang karena belum terlalu banyak angin, entah apa hubungannya. Seingatku waktu aku SD pernah dijelaskan oleh Pak Kasno, guru IPA di sekolahku jika pagi atau siang berhembus angin darat, nelayan berangkat melaut karena kapal terbantu oleh dorongan angin dari daratan  yang bertiup kelautan, hmmm...tapi kenapa yang kurasakan justru sebaliknya,  laju kapal seperti melawan angin. Sesekali anak - anak berteriak karena kapal sedikit oleng oleh ombak, padahal menurut bang Dones yang mengemudikan kapal hal itu biasa saja.

Kurang lebih jam 09.10 WIB, kami sudah berlabuh di dermaga Pulau Untung Jawa. Perjalanan memakan waktu sekitar 40 menit. Begitu kami mendarat banyak sekali orang - orang yang menyambut kedatangan kami. Mereka menawarkan menu makanan atau penginapan yang berupa kamar atau homestay. Untungnya sebelum berangkat kami sudah mendapat rekomendasi penginapan yang terletak tepat menghadap ke laut.  Sebaiknya, memang kita bertanya kepada orang - orang kapal untuk menanyakan penginpan yang sesuai dengan keinginan kita, karena mereka banyak mengetahui seluk beluk penginapan di Pulau yang kita tuju. Bahkan kadang mereka menghubungi pemilik penginapan tersebut supaya dijemput. Namun tidak masalah jika kita langsung mencari penginapan setelah tiba di pulau. Yang penting hindarilah calo.

Budaya percaloan memang sudah menjadi budaya di masyarakat kita. Setibanya di penginapan kami istirahat  terlebih dahulu. Kamar yang kami sewa ini lumayan luas dengan kasur berukuran 180 x 200 cm. Kamar mandi terletak didalam kamar, memang tidak seperti kamar hotel tetapi cukup nyaman dan bersih, sudah dilengkapi AC. Jika hari sabtu atau minggu tarif kamar tersebut 250rb perkamar. Mungkin karena hari jumat ketika aku menawar 200 perkamar, diperbolehkan oleh pemiliknya, dan langsung mengambil 3 kamar. Selain kamar juga tersedia homestay. Homestay dengan 2 kamar dan ruang tamu yang cukup luas rata - rata bertarif 500rb permalam.

Setelah beristirahat beberapa saat, kami berganti pakaian untuk berbasah - basah di pantai depan penginapan, Pantai Arsa. Jalan menuju pantai dipenuhi dengan kios yang menjual pakaian dan jajanan yang di sukai anak - anak. Kami menyewa tikar dan duduk dibawah pohon yang menghadap ke pantai. Terlihat beberapa anak sedang bermain dengan di saksikan orangtuanya yang duduk sambil menikmati jajanan sekitar. Tidak perlu khawatir karena pantai di sekitar pulau cukup aman, seperti pantai mati tak berombak. Dibeberapa tempat yang berombak agak besarpun di bentengi beton tetrapod pemecah gelombang. Hamparan pasirnya yang putih dan beningnya air laut tak dapat membendung keinginanku untuk ikut bermain air bersama anak - anak. Namun baru beberapa saat berendam didinginnya air laut, tiba - tiba seorang pria menghampiriku dan menawarkan  Banana Boat. Perorang 25rb, namun jika kita pakai tiket terusan yang meliputi Banana Boat, Donat dan snorkling bisa lebih murah. Tanpa berpikir panjang kamipun naik Banana Boat berenam. Sangat seru, karena cuaca cerah dan histeria ketika terombang ambing di tengah laut. Dan ketika sudah selesai, akupun membayar 150rb kepada orang tadi. Kulihat orang itu memberikan sebagian uangnya kepada orang lain yang tadi menarik Banana Boat. Akhirnya kami kena juga oleh calo. Maka biasakan mencari sendiri dengan mendatangi tempatnya atau orang yang menjalankan langsung.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Ketika adzan Dzuhur, kami kembali ke penginapan untuk Ishoma. Berganti pakaian, sholat dan makan. Sengaja kami membawa makan dari rumah untuk sekedar  makan siang, supaya tidak dipusingkan mencari makan yang bisa menghabiskan waktu.
Setelah tidur siang, kira - kira jam 16.00 kami kembali menggunakan kostum pantai untuk rencana berikutnya, yaitu snorkeling sambil menunggu sunset. Kali ini kami menuju Pantai Sakura. Berhubung lokasinya agak jauh, kami naik satu - satunya transportasi yang ada disana, sejenis viar yang mereka sebut odong - odong. Dengan tarif 5 ribu perorang. Kalau ingin bebas kemana - mana kita bisa menyewa sepeda listrik. Supaya hemat sebaiknya menyewa harian dengan tarif 50 ribu daripada menyewa perjam 25 - 35 ribu tergantung kepandaian kita menawar dan padat tidaknya pengunjung.

Sesampai di Pantai Sakura, kami sedikit kaget karena suasana agak sepi. Tidak seperti pantai - pantai lain yang ramai menjelang senja. Mungkin karena sekarang masih hari jumat. Ketika mau snorkelingpun tempat peralatannya sudah hampir tutup. Ternyata kami kesorean namun tetap di pandu untuk snorkeling melihat ikan nemo di pantai sakura. Tarif snorkeling disini kami kurang tau pasti, yang jelas ketika kami snorkeling mereka meminta 40ribu perorang sudah termasuk pemandu dan dokumentasi. Jika melalui calo, tentu lebih mahal.

img-20240510-wa0248-6649a8fac57afb4a5e75fbf6.jpg
img-20240510-wa0248-6649a8fac57afb4a5e75fbf6.jpg

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Ternyata kami tidak bisa melihat sunset di sini, dan harus bergeser ke pantai lain. Kamipun diantar odong - odong ke arah Jembatan Cinta. Jembatan cinta adalah jembatan yang berbentuk hati atau daun waru. Pemandangan disini lebih indah. Pantainya juga sangat menawan. Sayangnya ketika kami sampai sudah gelap sehingga sunset sudah usai. Kamipun kembali ke penginapan dan meminta memutari pulau. Ternyata di Pulau ini ada lahan konservasi mangrove. Agak horor juga, menjelang magrib melewati hutan mangrove yang sepi. Terlihat beberapa penginalan terbengkelai. Menurut abang odong - odong sebelum diambil alih Perhutani, wilayah tersebut merupakan wilayah penginapan seperti tempat yang lain.
Setelah sholat magrib, kami makan malam di penginapan dengan memesan makanan dari rumah makan terdekat. Jangan malas - malas bertanya kepada pemilik penginapan untuk mendapatkan makanan yang enak dengan harga standard.

Jika masih cukup punya energi bisa dilanjutkan jalan - jalan di sekitar penginapan . Namun saya memilih beristirahat supaya bisa bangun pagi untuk melihat sunrise. Walaupun di luar masih sangat riuh namun saya memilih untuk tidur. Dan keesokan harinya terbangun jam 04.40 WIB, setelah sholat shubuh, kami bergegas menuju jembatan cinta untuk menyaksikan kemunculan sang surya. Namun baru beberapa langkah dari penginapan ada tukang nasi uduk keliling akhirnya kami sarapan dulu. Akibatnya kami kesiangan sampai di tempat, matahari sudah agak tinggi. Kamipun berjalan - jalan menyusuri jembatan cinta sambil menikmati lukisan alam yang menakjubkan di sepanjang pantai Jembatan Cinta. Selain pantai ada juga kampung jepang tapi kami belum sempat eksplor karena harus kembali ke penginapan untuk bersiap - siap cek out. Kami sengaja pulang pagi supaya air laut masih tenang. Untuk jam cek out penginapan normal seperti pada umumnya jam 11.00 - 12.00 WIB.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Tepat jam 08.00 sesuai janji, kapal yang kami sewa sudah standby di dermaga. Kamipun pulang meninggalkan Untung Jawa dengan berbagai ingatan tentang keseruan bersama keluarga dan keanggunan Untung Jawa yang sulit digambarkan dengan kata - kata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun