Mohon tunggu...
Wiwik Agustina
Wiwik Agustina Mohon Tunggu... Lainnya - Writer and Long Life Learner

Concern about Self Development and Poverty. Welcome to My Universe! From science to digital marketer. I believe that humans do what they think, and think what they believe, let's start changing our thoughts through sentences.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Hidup Mapan, Bukan Sekedar Penghasilan tapi Perencanaan

15 Januari 2025   17:41 Diperbarui: 15 Januari 2025   17:41 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramai dibahas tentang 'pria mapan sedikit, wanita mandiri banyak' akhir 2024 menjadi indikator bahwa hidup mapan bagi pria adalah faktor penting dalam pernikahan. Istilah "mapan" seting kali memunculkan gambaran kesuksesan finansial dengan penghasilan yang sangat cukup. Namun, apakah penghasilan besar bisa menjadi indikator pasti dari kemapanan?

Menilik Psikologi Seseorang dibalik Penghasilan Bulanan

Meskipun penghasilan merupakan faktor penting, hidup mapan melampaui sekadar nominal penghasilan atau gaji bulanan. Banyak cerita bagaimana seseorang terlilit hutang sekalipun penghasilan diatas 20 hingga 50 juta setiap bulan. Maka, ada hal yang terlewat untuk dipahami sebagai individu yaitu perencanaan.

Hidup mapan tidak hanya menjadi tujuan seorang pria, namun dewasa ini banyak wanita yang berusaha mandiri dan menjadi mapan melalui karir yang stabil dan pendidikan tinggi, sekalipun sistem patriarki masih kerap terjadi di Indonesia.

Namun, konsep perempuan yang menginginkan pria mapan tidak terjadi tanpa alasan. Sejak zaman prasejarah, pembagian tugas pria dan wanita sudah terjadi dimana pria bertugas untuk berburu dan menyediakan tempat tinggal, sedangkan wanita bertugas dalam hal domestik. Image ini yang membangun sudut pandang bahwa pria berperan sebagai 'provider' atau penyedia.

Baca juga: Ambil Keputusan Keuangan Lebih Baik dari Membaca Psychology of Money

Peran 'provider' disini mengandung gagasan keamanan dan stabilitas. Sayangnya dengan kemajuan zaman, kondisi ekonomi yang tidak tentu, dan pilihan entertain yang bervariasi, menjadi stabil dan aman menjadi tidak mudah untuk diperjuangkan, khususnya jika tidak memiliki perencanaan keuangan yang baik.

Perencanaan keuangan bukan hanya tentang mengelola uang, namun juga memberi gambaran psikologi seseorang. Dalam perencanaan, menjadi disiplin, konsisten, mindful terhadap keinginan dan kebutuhan adalah faktor-faktor psikologi yang terlibat dalam bagaimana seseorang merencanakan keuangan.

The general who wins the battle makes many calculations in his temple before the battle is fought. The general who loses makes but few calculations beforehand. -- Sun Tzu's Art of War.

Perencanaan itu penting karena bagian dari strategi, menggunakan uang tanpa perencanaan sama halnya berperang tanpa kalkulasi. Dalam menggunakan uang, seseorang tidak berperang dengan pedang dan pistol, namun dengan emosi pribadi.

Saat emosi mengontrol seseorang dalam menggunakan uang, maka hidup mapan hanyalah imajinasi karena manusia cenderung konsumtif dan dikontrol oleh uang. Lantas, perencanaan keuangan seperti apa yang perlu dilakukan?

Baca juga: Membangun Kemandirian Finansial dengan Value Investing

Perjalanan Menuju Hidup Mapan dengan Kematangan Emosi

Perjalanan menuju kemapanan adalah kombinasi dari pola pikir, strategi, usaha yang konsisten, dan kematangan emosi. Tentunya, memahami emosi personal dengan tahu kelemahan diri, dimana sesuatu bisa menjadi 'trigger' dalam membelanjakan uang menjadi faktor penting permulaan untuk mewujudkan hidup mapan.

Selanjutnya, coba jawab beberapa pertanyaan dibawah ini dengan jujur untuk melakukan check up keuangan.

1. Apa arti 'Hidup Mapan' untuk saya?

Tentukan apa arti kemapanan bagi Anda secara keuangan. Hal ini akan membantu untuk menentukan tujuan akhir dari keuangan Anda, apakah memiliki rumah, memiliki nominal tertentu sebagai tabungan atau aset, dan lainnya. Perlu diingat, Anda perlu melihat kondisi hidup Anda saat ini dan dimasa depan, bukan kondisi orang lain.

2. Apakah saya memiliki perencanaan keuangan setiap bulan?

Membuat anggaran dan patuhi itu. Lacak pengeluaran Anda dan identifikasi area untuk mengurangi pengeluaran. Tabung setidaknya 20% dari penghasilan Anda dan investasikan dalam aset yang berkembang seiring waktu, seperti saham, reksa dana, atau properti.

3. Apakah saya menyediakan waktu belajar tentang instrumen keuangan?

Perlu dipahami bahwa dengan meningkatkan keterampilan manajemen keuangan dan tetap terinformasi tentang tren ekonomi akan membantu Anda untuk 'melek' dengan keuangan. Bahwa mungkin saja ada peluang keuangan yang bisa Anda manfaatkan untuk berinvestasi.

Baca juga: Think and Grow Rich, Review Buku Dahsyatnya Kekuatan Pikiran

4. Apakah penghasilan saya akan meningkat di masa depan?

Untuk memiliki hidup mapan tentu Anda harus memiliki penghasilan yang meningkat atau peluang karir yang stabil sehingga leverage untuk menabung dan berinvestasi menjadi lebih besar seiring waktu.

5. Apakah saya bisa membedakan mana kebutuhan dan keinginan?

Mengetahui apa yang mengontrol Anda dalam menggunakan uang akan membantu membuat strategi keuangan yang tepat, apalagi jika Anda masih impulsif atau FOMO, pahami trigger dan gunakan akal sehat.

6. Apakah saya punya gaya hidup sehat?

Kesehatan fisik sangat penting untuk kesuksesan jangka panjang. Tetapkan rutinitas yang mencakup olahraga teratur, pola makan seimbang, dan istirahat yang cukup. Jika Anda menghadapi stres atau tantangan emosional, segera cari bantuan profesional karena kesehatan fisik dan mental mempengaruhi kesehatan keuangan Anda.

7. Apakah saya tahu definisi 'Cukup' dalam keuangan?

Terakhir, ketahui makna cukup dalam definisi 'Hidup Mapan' yang Anda buat. Karena dalam perjalanan ini, memiliki arti cukup dan syukur akan membantu melewati setiap proses. Ini adalah lari maraton, Anda harus menjaga energi dan semangat dengan kata cukup dan syukur.

Menjadi mapan lebih dari sekadar menghasilkan pendapatan tinggi tapi tentang menciptakan kehidupan yang stabil, berkelanjutan, dan puas melalui perencanaan yang matang dan pelaksanaan yang disiplin.

Meskipun ekspektasi sosial sering kali menekankan bahwa mapan itu adalah keharusan untuk gender tertentu, namun hidup mapan adalah tanggungjawab semua orang dengan definisi masing-masing personal.

Dengan fokus pada stabilitas emosional, literasi finansial, dan pertumbuhan yang berkelanjutan, siapa pun dapat bekerja menjadi individu yang benar-benar mapan, disertai dengan cukup dan syukur.

Referensi:

https://www.manulife.co.id/id/artikel/mapan-bukan-soal-pendapatan.html
https://www.kompas.com/stori/read/2022/08/23/170000479/sistem-pembagian-kerja-pada-masa-berburu-dan-mengumpulkan-makanan#:~:text=Pembagian%20kerja%20di%20kalangan%20manusia,tidak%20memerlukan%20tenaga%20terlalu%20besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun