Memang butuh melatih diri untuk memusatkan perhatian pada apa yang dibicarakan bukan pada siapa yang berbicara. Misalnya, saat kita mengkritisi kebijakan pemerintah bukan berarti kita menyerang pembuat kebijakan (misalnya presiden), namun kebijakan atau aturan yang dibuat.
Baca juga: Era Tsunami Informasi, Critical Thinking jadi Solusi dari Sesat Pikir
Mengapa Penting Memisahkan 'Idea' dan 'Self'?
Kita perlu memisahkan diri antara 'idea' dan 'self' dalam berdiskusi atau berdebat untuk membangun budaya berdiskusi dan berdebat yang lebih berkualitas dan sehat. Tidak hanya dibangku pendidikan, namun juga di tongkrongan, atau kumpul-kumpul di kampung.
Kita sering melihat pertengkaran terjadi dan berakhir dengan penghilangan nyawa karena tidak terbiasa untuk berdiskusi atau berdebat, yang muncul bukanlah solusi namun ketersinggungan dan sakit hati.
Membiasakan diri untuk berdiskusi dan berdebat manjadi salah satu cara untuk manusia berpikir dan mencari solusi terbaik tanpa merasa terancam dan terintimidasi. Alhasil, akan terbagun lingkungan yang nyaman dengan berbagai ide tumbuh didalamnya.
Kedewasaan emosional dan intelektual terbentuk, pengambilan keputusan dengan pikiran kritis dan logis, akan keras terdengar di masyarakat. Memang tidak mudah, namun bisa diusahakan. Khususnya untuk individu yang memiliki pendidikan tinggi, public figure, pejabat, harus mampu memberikan contoh dan membangun standar bagaimana berdiskusi dan berdebat yang sehat.
Mimpi besar untuk terbangunnya kondisi sosial masyarakat Indonesia yang mampu berpikir dan mengambil keputusan yang logis bukan lagi mengikuti hal mistis, bukan lagi isapan jempol belaka. Karena tanggung jawab itu ada pada kita, manusia, yang diberikan otak untuk berpikir dan hati untuk berempati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H