Mohon tunggu...
Wiwik Agustina
Wiwik Agustina Mohon Tunggu... Lainnya - Writer and Long Life Learner

Concern about Self Development and Poverty. Welcome to My Universe! From science to digital marketer. I believe that humans do what they think, and think what they believe, let's start changing our thoughts through sentences.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memisahkan 'Idea vs Self' dalam Diskusi dan Debat

13 Desember 2024   13:49 Diperbarui: 13 Desember 2024   13:49 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang butuh melatih diri untuk memusatkan perhatian pada apa yang dibicarakan bukan pada siapa yang berbicara. Misalnya, saat kita mengkritisi kebijakan pemerintah bukan berarti kita menyerang pembuat kebijakan (misalnya presiden), namun kebijakan atau aturan yang dibuat.

Baca juga: Era Tsunami Informasi, Critical Thinking jadi Solusi dari Sesat Pikir

Mengapa Penting Memisahkan 'Idea' dan 'Self'?

Kita perlu memisahkan diri antara 'idea' dan 'self' dalam berdiskusi atau berdebat untuk membangun budaya berdiskusi dan berdebat yang lebih berkualitas dan sehat. Tidak hanya dibangku pendidikan, namun juga di tongkrongan, atau kumpul-kumpul di kampung.

Kita sering melihat pertengkaran terjadi dan berakhir dengan penghilangan nyawa karena tidak terbiasa untuk berdiskusi atau berdebat, yang muncul bukanlah solusi namun ketersinggungan dan sakit hati.

Membiasakan diri untuk berdiskusi dan berdebat manjadi salah satu cara untuk manusia berpikir dan mencari solusi terbaik tanpa merasa terancam dan terintimidasi. Alhasil, akan terbagun lingkungan yang nyaman dengan berbagai ide tumbuh didalamnya.

Kedewasaan emosional dan intelektual terbentuk, pengambilan keputusan dengan pikiran kritis dan logis, akan keras terdengar di masyarakat. Memang tidak mudah, namun bisa diusahakan. Khususnya untuk individu yang memiliki pendidikan tinggi, public figure, pejabat, harus mampu memberikan contoh dan membangun standar bagaimana berdiskusi dan berdebat yang sehat.

Mimpi besar untuk terbangunnya kondisi sosial masyarakat Indonesia yang mampu berpikir dan mengambil keputusan yang logis bukan lagi mengikuti hal mistis, bukan lagi isapan jempol belaka. Karena tanggung jawab itu ada pada kita, manusia, yang diberikan otak untuk berpikir dan hati untuk berempati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun