Mohon tunggu...
Wiwik Agustina
Wiwik Agustina Mohon Tunggu... Lainnya - Writer and Long Life Learner

Concern about Self Development and Poverty. Welcome to My Universe! From science to digital marketer. I believe that humans do what they think, and think what they believe, let's start changing our thoughts through sentences.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menjadi Perempuan Mandiri yang Menginspirasi

15 November 2024   08:31 Diperbarui: 16 November 2024   14:05 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perempuan mandiri, menjadi frasa yang banyak dibicarakan di media mainstream. Mulai dari peningkatan jumlah perempuan yang mengambil KPR hingga turunnya angka pernikahan yang disinyalir karena sulitnya perempuan mandiri yang mencari pria mapan.

Namun, hal ini tidak mengagetkan karena secara biologis otak perempuan lebih simetris secara bilateral dibanding laki-laki, sehingga memiliki daya ingat, komunikasi, pemikiran praktis, dan orientasi kerja yang lebih baik. Jadi, perempuan mandiri sangat bisa diusahakan.

Keistimewaan lainnya, kecerdasan seorang anak juga cenderung diturunkan dari genetika ibu yang dibawa oleh kromosom X dan perempuan memiliki dua kromosom X, sedangkan laki-laki hanya memiliki satu kromosom X.

Jadi, tidak salah dengan slogan ‘Membangun perempuan, membangun generasi’, karena dengan memberikan ruang untuk perempuan berkarya dan berperan, kita sebenarnya telah membangun generasi yang lebih baik.

Baca juga: Pentingnya Margin dalam Keuangan dan Aspek Kehidupan

Perempuan dan Karya

Kemandirian perempuan bukan hanya tentang kebebasan untuk membuat keputusan, tetapi juga menjadi contoh yang dapat menginspirasi generasi muda, baik perempuan maupun laki-laki, untuk tumbuh dengan keyakinan dan keberanian.

Di dunia yang semakin berubah dengan cepat, peran perempuan yang mandiri menjadi sangat penting untuk memberikan dorongan dan contoh nyata kepada generasi berikutnya. Lebih lanjut lagi, peran perempuan terbukti berdampak signifikan dalam resolusi konflik dan diplomasi internasional.

Hal ini membuat mempercepat kesepakatan damai dan peluang perdamaian bertahan lebih lama. Berdasarkan humanrightspulse.com, menunjukkan bahwa kesepakatan damai yang melibatkan perempuan cenderung bertahan lebih lama, yaitu 20% lebih mungkin bertahan dua tahun dan 35% lebih mungkin bertahan hingga 15 tahun.

Dengan signifikansi yang sudah dirasakan oleh dunia, tentu dengan akses pendidikan yang terbuka lebar saat ini, dalam lingkup yang lebih kecil, perempuan Indonesia semakin menunjukkan perannya dengan bertanggung jawab pada diri sendiri melalui kemandirian secara finansial.

Ada banyak tokoh perempuan yang bisa menjadi teladan jaman sekarang, misalnya ibu Sri Mulyani, ibu Retno Marsudi, mbak Najwa Shihab, dan tokoh-tokoh lain yang Anda idolakan. Peran perempuan tidak hanya dilihat dari seberapa banyak followers di media sosial, namun bagaimana mereka berdampak, membangun, dan menginspirasi keteladanan untuk meningkatkan hidup orang lain yang lebih berkualitas.

“Jika kita tidak menemukan keteladanan dihari ini, boleh kita cari keteladanan dari sejarah. Namun, jika masa lalu dan hari ini tidak memberikan jawaban, jadilah teladan itu sendiri.”

Baca juga: Think and Grow Rich, Review Buku Dahsyatnya Kekuatan Pikiran

Perempuan dan Patriarki 

Budaya patriarki masih berkembang di Indonesia dan kerap ditemukan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti ekonomi, pendidikan, politik, hukum, dan sosial. Apa itu budaya patriarki? budaya yang menempatkan laki-laki sebagai sosok sentral yang memiliki otoritas utama dan pengambil keputusan.

Budaya ini tidak hanya santer terjadi dalam lingkungan pekerjaan atau pemerintahan, namun juga organisasi sosial yang lebih kecil seperti keluarga, dimana perempuan sering kali dianggap sebagai pihak kedua yang lemah dan tidak memiliki pilihan.

Meskipun Indonesia telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam beberapa dekade terakhir, warisan patriarki tetap mempengaruhi berbagai aspek, bahkan kalimat-kalimat yang melimitasi peran dan kebabasan perempuan kerap terdengar di masyarakat yang modern saat ini.

“Buat apa perempuan berpendidikan tinggi, toh nanti juga di dapur.”
“Tugasnya perempuan itu cuma masak, manak, dan macak.”

Fenomena diatas sering terjadi di lingkup keluarga atau bermasyarakat, dimana perempuan dibatasi untuk mendapatkan akses pendidikan yang lebih baik. Tidak hanya itu, saat perempuan sudah berjuang untuk mendapatkan pendidikan dan karir yang baik, stigma buruk dari masyarakat tidak berhenti.

“Jangan pilih perempuan yang mandiri, nanti apa-apa dibantah.”
“Perempuan mandiri itu gak bisa diatur.”
“Perempuan mandiri itu arogan, kayak gak butuh siapa-siapa.”

Semua keputusan yang diambil oleh perempuan rasanya selalu ‘salah’ dimata mereka yang menganut patriarki, tidak menginginkan perempuan berdaya, dan insecure jika perempuan lebih berdaya.

Baca juga: Kapan Usia Ideal untuk Menikah? Kaum Single Harus Tahu!

Nyatanya, perempuan mandiri bukanlah perempuan yang tidak membutuhkan bantuan siapapun atau yang kuat melakukan apapun, kemandirian adalah suatu sikap hidup yang menyadari dengan sepenuhnya tanggung jawabnya sebagai perempuan dalam berbagai peran. 

Perempuan itu multiperan, dia bisa menjadi anak, menjadi ibu, menjadi istri, menjadi pemimpin, menjadi profesional, dan peran lainnya. Dan kemandirian akan membantu perempuan untuk melakukan semua perannya dengan baik karena perempuan mengerti apa tanggung jawabnya.

Setiap manusia, baik perempuan atau laki-laki berhak untuk mandiri, berhak untuk menentukan hidupnya secara independen, dan berhak memutuskan pilihan hidupnya sekaligus konsekuensi yang akan ditanggung dalam peran hidup yang dijalani.

Tidak ada yang berbeda antara perempuan dan laki-laki selain perempuan memiliki rahim untuk melahirkan, kelenjar lobulus yang menghasilkan ASI, dan menstruasi. Jadi, perempuan berhak mendapatkan kesempatan yang sama dengan yang laki-laki dapatkan.

***

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun