Mohon tunggu...
Wiwik Agustina
Wiwik Agustina Mohon Tunggu... Lainnya - Writer and Long Life Learner

Concern about Self Development and Poverty. Welcome to My Universe! From science to digital marketer. I believe that humans do what they think, and think what they believe, let's start changing our thoughts through sentences.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Poverty Paradox, Lingkaran Setan antara Kemiskinan dan Kemajuan

13 November 2024   18:10 Diperbarui: 13 November 2024   18:11 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemiskinan bukan sekedar kurangnya sumber daya keuangan, namun juga kondisi yang berdampak pada kemampuan seseorang untuk berpikir, merencanakan, dan bertindak agar dapat keluar dari kemiskinan.

Berbicara tentang kemiskinan adalah suatu yang kompleks. Namun, sebelum membahas lebih dalam, siapa yang dapat dikatakan kategori miskin? Jika berdasarkan BPS (Badan Pusat Statistik), seseorang dikatakan miskin jika pengeluaran bulanan kurang dari Rp 582.932 per kapita, atau Rp 2.786.415 per rumah tangga.

Menjadi miskin di Indonesia memiliki keuntungan tersendiri dibanding menjadi kelas menengah, berbagai program bantuan sosial (bansos) yang disalurkan oleh pemerintah tersedia untuk mereka yang miskin, seperti Bantuan Langsung Tunai, Bantuan Pangan Beras, Bantuan Pangan Non Tunai, sampai dengan Program Indonesia Pintar.

Bantuan ini bisa jadi pedang bermata dua, dimana bisa membantu mereka yang miskin namun sekaligus ‘meninabobokan’ sehingga nyaman berada dalam kemiskinan dengan semua bantuan yang diberikan. Ada juga yang berusaha untuk keluar dari kategori miskin, namun semua bantuan yang telah diperoleh akan hilang. Inilah bagian dari paradoks kemiskinan atau poverty paradox.

Paradoks kemiskinan mengacu pada hubungan yang tampaknya kontradiktif antara kemiskinan dan upaya untuk naik kelas, sekaligus bagaimana kemiskinan tetap bertahan sekalipun ada banyak intervensi untuk mengentaskannya. Kemiskinan bukan sekedar kurangnya sumber daya finansial, namun lebih kompleks daripada itu.

Ada banyak tantangan yang perlu diselesaikan dan membutuhkan kerja sama dari semua pihak, seperti pembuat kebijakan, organisasi masyarakat, dan masyarakat termasuk mereka yang berada di kategori miskin.

Baca juga: Kompleksitas Kemiskinan Tidak Mudah Dipatahkan, Tapi Bukan Berarti Tak Bisa

Keluar dari Kemiskinan, Mungkinkah?

Sadar kalau bodoh adalah jalan pertama untuk punya hidup lebih baik. Sadar kalau miskin adalah jalan pertama untuk ekonomi yang lebih baik. 

Cara pandang terhadap suatu masalah akan mempengaruhi bagaimana kita menyelesaikan suatu masalah. Kemiskinan adalah kondisi yang kompleks, tidak hanya kurangnya akses terhadap sumber daya pangan, papan, sandang, namun juga kesehatan dan pendidikan.

Dengan semua bantuan yang diberikan oleh pemerintah maupun organisasi masyarakat, kesenjangan antara mereka yang kaya dan miskin semakin lebar. Jadi, tentu saja solusi dari kemiskinan bukan sekedar akses kepada uang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun