Saat kita menaruh ekspektasi terhadap orang lain, perlu untuk kita mengkomunikasikan hal tersebut. Kompromi adalah kunci saat kita menaruh harapan pada sesuatu yang tidak bisa kita kontrol.
2. Menetapkan Tujuan yang Realistis
Saat kita memiliki ekspektasi terhadap diri sendiri maupun orang lain, penting untuk menetapkan ekspektasi yang realistis. Misalnya, jika tujuan kita adalah menurunkan berat badan, menetapkan ekspektasi yang realistis akan membantu kita untuk mencapai target dengan cara yang lebih sehat. Ketimbang berharap turun 10 kg dalam waktu sebulan, kita bisa menetapkan target yang lebih realistis, seperti menurunkan 1-2 kg setiap bulan. Tujuan yang realistis membantu kita merasakan kemajuan tanpa merasa kewalahan atau kecewa.
Hal yang sama juga berlaku saat kita memperlakukan orang lain, misalnya kita menuntut pasangan untuk berhenti merokok, tentu butuh waktu untuk mengubah kebiasaan yang sudah lama dibangun. Memberikan waktu yang realistis untuk berubah dan terus mendukung perubahan sampai tujuan tercapai akan memudahkan kita untuk tetap berbahagia.
3. Hargai Setiap Progress dengan Bersyukur
Mengelola ekspektasi bisa dimulai dengan mengalihkan fokus dari "apa yang tidak kita miliki" ke "apa yang sudah kita miliki". Bersyukur atas hal-hal kecil dan progress kecil dalam hidup dapat membantu kita untuk lebih puas dan bahagia.
Misalnya, jika kita merasa kurang puas dengan pekerjaan saat ini, kita bisa mencoba untuk melihat sisi positif dari pekerjaan tersebut, seperti kolega yang mendukung atau kesempatan belajar yang didapat. Bersyukur membantu kita untuk menghargai apa yang kita miliki dan mengurangi keinginan untuk terus mengejar sesuatu yang mungkin sulit dicapai.
Sambil terus mengupdate skill yang kita miliki sehingga bisa mencari pekerjaan lain yang sesuai dengan harapan, baik dari segi keuangan maupun kepastian. Selama kita terus memutuskan untuk berkembang dan menjadi lebih baik, selalu ada kesempatan baru.
4. Membandingkan Diri itu Penyakit
Perbandingan sosial adalah salah satu sumber ekspektasi tidak realistis yang paling umum, apalagi di era media sosial dimana orang-orang cenderung mudah untuk meng-glorifikasi kesuksesan tanpa menampilkan proses.
Saat kita sering membandingkan diri kita dengan orang lain, kita cenderung menetapkan ekspektasi yang tidak sesuai dengan kenyataan kita. Setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda, dengan tantangan dan pencapaian masing-masing.
Daripada terjebak dalam perbandingan yang tidak sehat, fokuslah pada pencapaian diri sendiri dan hargai langkah-langkah kecil yang sudah dicapai. Dengan mengurangi perbandingan sosial, kita bisa lebih fokus pada kebahagiaan yang nyata dalam hidup kita. Ingat, ini bukan tentang saya vs orang lain, tapi saya vs saya.
We can't change our brain's ability to create expectations, but we can learn how to  manage our expectations and use them in a positive and constructive manner.
Semoga kita menjadi manusia yang selalu memilih untuk berbahagia apapun kondisinya.