Mohon tunggu...
Wiwik Agustina
Wiwik Agustina Mohon Tunggu... Lainnya - Writer and Long Life Learner

Concern about Self Development and Poverty. Welcome to My Universe! From science to digital marketer. I believe that humans do what they think, and think what they believe, let's start changing our thoughts through sentences.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Ending Film The Platform 2: Kejamnya Kapitalisme untuk Lantai Menengah dan Bawah

12 Oktober 2024   17:59 Diperbarui: 12 Oktober 2024   18:08 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film The Platform yang rilis 2019 lalu telah meluncurkan series kedua di Oktober ini. Film asal Spanyol ini berhasil menjadi urutan kelima kategori Film Non-bahasa Inggris teratas di Netflix yang ditonton oleh 82.8 juta penonton pada pemutaran film pertama. Lantas, bagaimana ending film The platform 2 ini?

Disutradarai oleh Galder Gaztelu-Urrutia, film ini memberikan gambaran dari kritik sistem sosial dan ketidakadilan ekonomi yang dirasakan di dunia nyata, dimana mereka yang berada di tingkat paling atas berhak berbuat sesuka hati tanpa mempedulikan yang berada dibawah.

Dikemas dengan sederhana, dengan latar utama penjara vertikal yang disebut "The Pit", dimana setiap lantai dihuni oleh dua orang dari lantai 1 hingga 333. Untuk pembagian makanan, Di tengah 'The Pit'  terdapat sebuah lubang besar yang memungkinkan platform berisi makanan turun dari lantai atas ke bawah. Setiap hari, platform tersebut berhenti di setiap lantai selama beberapa menit, memberi kesempatan bagi para tahanan untuk makan.

Baca juga: Kompleksitas Kemiskinan Tidak Mudah Dipatahkan, Tapi Bukan Berarti Tak Bisa


Permasalahan terjadi saat tahanan yang berada di lantai atas memakan apa saja yang mereka mau tanpa memperhatikan ketersediaan makanan untuk mereka di lantai bawah. Alhasil, tahanan yang berada di lantai 50 keatas sering tidak mendapatkan makanan, mati kelaparan, bunuh diri, bahkan menjadi kanibal. Bukankah, itu juga terjadi di dunia nyata?

The Platform 2: Pemberontakan Sistem Selalu Memakan Korban


Dengan alur mundur sebelum Goreng menjadi tahanan The Pit, prekuel dari film The Platform yang menceritakan 'Perempuan' sebagai pemeran utama yang berusaha kabur dengan melakukan pemberontakan kepada 'Dagin Babi', ya, ada banyak penggunaan kata Bahasa Indonesia pada film ini, entah apa maksudnya.

Di film pertama, makanan dipastikan sudah tak bersisa saat berada di lantai 60an, namun di film kedua ini bisa bertahan sampai di lantai 160an, kenapa hal ini terjadi? Karena tahanan The Pit memiliki aturan yang ketat dimana setiap tahanan hanya boleh memakan makanan yang dia pilih sebelum masuk ke dalam The Pit.

Ya, konsep penjara ini menurut saya bukan karena tahanan melakukan kejahatan namun karena keinginan dari tahanan itu sendiri dengan alasan masing-masing. Misalnya, seperti Perempuan yang masuk ke The Pit untuk memberi waktu agar bisa memaafkan diri sendiri.

Baca juga: Hemat Pangkal Kaya, Masa Iya?


Kembali ke The Pit, perlawanan muncul karena tahanan yang berada di lantai bawah merasakan sakitnya kehilangan teman akibat makanan yang habis saat platform sampai ke lantai mereka, entah karena bunuh diri, dan lainnya. Alhasil, rasa sakit dan marah yang dirasakan beberapa tahanan berhasil mendapatkan tempat yang sama untuk melakukan pemberontakan kepada Dagin babi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun