Mohon tunggu...
Wiwik Agustina
Wiwik Agustina Mohon Tunggu... Lainnya - Writer and Long Life Learner

Concern about Self Development and Poverty. Welcome to My Universe! From science to digital marketer. I believe that humans do what they think, and think what they believe, let's start changing our thoughts through sentences.

Selanjutnya

Tutup

Financial

BPS, PMI, BPJS, dan Pegadaian, Fakta Ekonomi Kelas Menengah dan Bawah Tidak Baik-Baik Saja

25 September 2024   15:17 Diperbarui: 25 September 2024   15:30 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang tak waspada dengan kondisi ekonomi akhir-akhir ini, khususnya kelas menengah kebawah. Namun, jika Anda pengguna Tiktok atau Thread, tentu pernah melihat postingan yang mempertanyakan "Katanya ekonomi susah, tapi konser Bruno Mars sold out, boneka labubu jutaan rupiah banyak yang antri, puncak macet parah."

Nah, untuk menjawab pertanyaan tersebut. Ada banyak fakta dari sumber-sumber kredibel yang tersedia di publik, seperti data dari BPS, PMI, BPJS Ketenagakerjaan, dan Pegadaian. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) menunjukkan bahwa proporsi kelas menengah, kelas menengah rentan, dan kelas miskin meningkat di Juni 2024 dibandingkan dengan pra pandemi Covid-19.

Kelas miskin meningkat menjadi 25,22 juta dari 25,14 juta, kelas menengah rentan meningkat 6.7% dari 128,85 juta menjadi 137,5 juta, dan kelas menengah mengalami penurunan dari 57,33 juta menjadi 47,85 juta atau terjadi penambahan kelas rentan miskin sebesar 16,5% yang berasal dari kelas menengah.

Yang sejalan dengan itu, data PMI (Purchasing Managers Index) yang mengukur arah perkembangan tren ekonomi manufaktur dan jasa, menunjukkan penurunan di bulan Juli 2024 ke angka 49,3 dibandingkan Juni 2024 yang berada di angka 50,7. Dengan penurunan ini, menunjukkan adanya kontraksi pertama kali sejak Agustus 2021, sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi bisnis saat ini sedang menurun atau tidak baik-baik saja.

Lantas, bagaimana dengan tingginya fenomena PHK yang terjadi? Berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan, terjadi peningkatan 27,75% YoY sebanyak 41.412 pekerja terdampak PHK  di bulan Januari-Agustus 2024 dibandingkan periode yang sama di 2023. Otomatis, sekarang ini terbukti bahwa gelombak PHK belum selesai mengintai Indonesia.

Terakhir diambil dari media Kontan, yang menunjukkan peningkatan pemberian pinjaman sebesar 16,51% atau telah mencapai 59,24 triliun. Angka ini sangat signifikan jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2023. Jadi dari informasi ini, maka masyarakat Indonesia saat ini kemungkinan besar hidup dari uang pinjaman.

Jadi, apakah kondisi ekonomi Indonesia khususnya kelas menengah dan bawah dalam kondisi aman? Anda bisa melihat data di bawah ini untuk membandingkan kondisi sebelum dan terbaru.

Foto personal
Foto personal

Dengan mengetahu kondisi ini, tentu sebagai kelas menengah dan bawah perlu mencari cara yang tidak biasa agar bisa bertahan bahkan naik ke kelas yang lebih tinggi. Selalu ada kesempatan di setiap kondisi yang sulit namun perlu usaha yang lebih keras dan kreatif untuk melihat peluang baru.

Referensi.
1. https://indonesiakini.go.id/berita/9594230/pmi-manufaktur-juli-2024-turun-ke-49-3-menperin-sudah-diprediksi-sejak-relaksasi-impor-berlaku#:~:text=S%26P%20Global%20telah%20merilis%20Purchasing,bulan%20berturut%2Dturut%20terus%20ekspansi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun