Mohon tunggu...
Wiwik Agustina
Wiwik Agustina Mohon Tunggu... Lainnya - Writer and Long Life Learner

Concern about Self Development and Poverty. Welcome to My Universe! From science to digital marketer. I believe that humans do what they think, and think what they believe, let's start changing our thoughts through sentences.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Bijaksana Atur Keuangan Pribadi untuk Kelas Menengah

7 September 2024   13:57 Diperbarui: 8 September 2024   07:32 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengatur keuangan dengan bijak menjadi penting dilakukan sejak deflasi yang kian terasa setiap harinya. Pemutusan hubungan kerja (PHK) yang semakin marak sampai dengan pelemahan daya beli adalah fenomena ekonomi yang menjadi tanda bahwa kondisi saat ini sedang tidak baik-baik saja.

Bahkan berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tren penurunan kelas menengah sejak 2020 sampai tahun ini. Jika Anda memiliki pengeluaran sekitar 2 juta - 9.9 juta per kapita per bulan, maka Anda termasuk kelas menengah. Lantas, bagaimana kondisi ekonomi Anda hari ini?

Source: Data BPS
Source: Data BPS

Kelas Menengah: Terhimpit dan Terlupakan

Menjadi kelas menengah di Indonesia tidaklah mudah, selain terhimpit dengan kondisi ekonomi yang semakin sulit, kebijakan pemerintah juga sering kali tidak memihak. Kelas menengah berjuang sendirian, tidak mau dikategorikan miskin, namun terlalu lelah untuk berusaha mengusahakan hidup agar tetap baik-baik saja.

Masih berstatus karyawan adalah hal yang saya syukuri hari ini, setidaknya saya memiliki kepastian income bulanan untuk mencukupi kebutuhan hidup. Namun, tentu saja ada yang berbeda dalam bagaimana saya membelanjakan uang dengan ketidakpastian ekonomi, yaitu mengurangi pengeluaran yang bukan kebutuhan pokok.

Dampak kelas menengah yang semakin terhimpit tentunya membawa bola salju ke UMKM dan khususnya negara. Seharusnya ini menjadi perhatian pemerintah bahwa terhimpitnya kelas menengah berdampak langsung kepada UMKM.

Contohnya, saya mengurangi anggaran kuliner, fashion, dan wellness (spa, pijat, beauty clinic, dan lainnya), untuk saya alihkan pada investasi, tabungan, dan dana darurat.

Tentu beban ini akan semakin terasa jika Anda adalah kepala keluarga yang harus mencukupi kebutuhan anak, istri, bahkan orang tua. Karena saya mencukupi kebutuhan pribadi, seperti cicilan properti dan biaya hidup saja sudah merasakan bahwa ekonomi sedang kurang baik, khususnya salah satu sidejob saya adalah sebagai digital marketing karena industri kecil juga mengurangi biaya marketing mereka.

Lantas, bagaimana cara untuk mengatur keuangan pribadi dengan lebih bijaksana di tengah ketidakpastian ekonomi akhir-akhir ini?

10 Cara Bijaksana Atur Keuangan Pribadi untuk Kelas Menengah

Ada banyak cara untuk mengatur keuangan, namun yang terpenting adalah mengatur emosi dalam membelanjakan uang. Berbelanja memberikan sensasi yang menyenangkan karena otak mengeluarkan zat kimia dopamin.

Selain dipengaruhi oleh dopamin, tak jarang, perasaan mengambil porsi dominan saat berbelanja, seperti kecenderungan untuk makan enak saat sedang senang atau sedih, membeli iPhone terbaru untuk memenuhi gengsi, dan lainnya. Sebenarnya apa yang kita beli adalah barang yang tidak benar-benar kita butuhkan, namun karena perasaan sedih, marah, senang, iri, dan lainnya, membuat keputusan membeli sesuatu menjadi bias.

Mari kita mulai dengan hal-hal prinsip sebelum mendiskusikan hal-hal praktis.

1. Ketahui Trigger atau Pemicu

Penting untuk mengetahui alasan membeli sesuatu dan mempertanyakan kembali apakah ini bagian dari kebutuhan atau keinginan. Mostly sebelum saya memutuskan untuk checkout dan membayar sesuatu, mengetahui kenapa saya ingin membeli adalah hal pertama yang selalu saya pertanyakan.

Sebagai contoh, membeli tiket konser Bruno Mars 2024. Saya mempertanyakan apakah saya benar-benar butuh untuk membeli tiket ini dan apa yang membuat saya harus membeli? 

Setelah mengambil jeda 5-10 menit, akhirnya saya memutuskan untuk membeli karena kali pertama dalam hidup akhirnya saya bisa menonton konser dari musisi yang lagunya menjadi bagian dalam stage hidup saya.

Dan, saya ingin sekali seumur hidup bisa menonton konser dari Bruno Mars. Apakah ini kebutuhan? Tentu tidak, namun sekali seumur hidup rasanya cukup bagi saya untuk mengabadikan sebuah pengalaman pertama.

Ya lagu Count on Me, adalah lagu pertama Bruno Mars yang saya hafal ketika ada masalah dengan teman baik saya. Tentu, Anda bisa merefleksikan sebelum terjadi transaksi keuangan, apa yang menjadi trigger untuk Anda membeli sesuatu.

2. Beri Jeda, Jangan Impulsif

Sama halnya di poin pertama yaitu biarkan diri sendiri menganalisa apakah ini bagian dari kebutuhan atau keinginan, dan mempertanyakan 'Kenapa' sebelum terjadi transaksi keuangan. Mengambil jeda beberapa menit akan membantu kita menjadi manusia yang tidak impulsif.

Seringkali saat mengambil jeda, saya berbicara dengan diri sendiri bahwa tidak semuanya yang saya mau harus ada saat ini, bukan karena saya tidak mampu namun mungkin besok saya menjadi lebih siap untuk memiliki ini.

3. Buat Strategi Keuangan 

Setiap orang punya strategi keuangan sendiri terkait alokasi anggaran, umumnya kita mengenal 50/30/20 dimana 50% untuk kebutuhan hidup, 30% untuk keinginan (misalnya hutang), dan 20% untuk saving (tabungan dan investasi). Anda bisa mengikuti strategi ini, namun jika memungkinkan perbanyak tabungan dan investasi adalah hal yang lebih baik.

Strategi keuangan untuk mencapai DP 100 juta guna membeli properti pertama, saya menggunakan strategi 25/5/70. Ya, 25% untuk hidup (kost, makan, akomodasi), 5% untuk memberi, dan 70% untuk saving. Sampai akhirnya alokasi ini  berubah saat saya berhasil mengumpulkan uang 100 juta karena adanya cicilan properti yang harus saya bayar setiap bulan.

Setelah itu, penting untuk melakukan pencatatan dengan detail terhadap penggunaan uang Anda sehingga bisa dilakukan pengecekan setiap akhir bulan apakah sudah sesuai dengan rencana atau tidak.

Source: Koleksi prbadi - rencana keuangan
Source: Koleksi prbadi - rencana keuangan

4. Memiliki Tujuan Keuangan

Penting untuk setiap pribadi memiliki tujuan keuangan. Pada poin pertama, tujuan keuangan saya adalah memiliki DP 100 juta untuk membeli properti dengan maksimal harga 500 juta dan tenor 10 tahun.

Tujuan akan membantu Anda untuk menentukan strategi dan berapa nominal yang perlu Anda usahakan. Perlu diingat, memang membeli barang apapun dengan cash akan sangat menyenangkan, namun karena saya mengetahui kemampuan keuangan saya, maka memutuskan mencicil dengan tenor rendah adalah keputusan bijak menurut saya pribadi.

5. Sisihkan bukan Sisakan

Selanjutnya adalah tentang menyisihkan bukan menyisakan. Apa yang membedakan dari hal ini adalah perencanaan. Dengan perencanaan sebenarnya Anda membuat kemungkinan menang menjadi lebih besar dibanding let if flow. Karena hidup seringkali berjalan dengan penuh kejutan, memiliki perencanaan akan membuat kita berjalan ke arah tujuan keuangan, baik jangka pendek atau jangka panjang.

6. Miliki Dana Darurat

Setelah hal-hal prinsip, memiliki dana darurat adalah hal praktis utama yang perlu Anda rencanakan setiap bulan. Kenapa? Karena hari apes gak tercantum di kalender. Mempersiapkan diri untuk kemungkinan buruk adalah hal penting untuk memastikan bahwa hidup akan berjalan dengan baik.

Jika Anda berpikir bahwa tidak ada budget, itu adalah mindset bahwa tidak ada lagi yang tersisa. Maka kembali ke poin sebelumnya, sisihkan bukan sisakan sekalipun hanya 200 ribu. Memulai mempersiapkan dana darurat sekalipun dengan nominal kecil, bukan hanya sekedar memberikan rasa aman tapi membangun kebiasaan.

7. Gunakan Cash

Siapa disini yang tidak memiliki cash sama sekali di dompet? Coba cek mutasi rekeningnya, ecommerce, atau paylaternya, apakah sudah bijak menggunakan menggunakan metode payment satu ini.

"Tinggal gesek, tinggal tap, tinggal scan", ya, kebiasaan baru yang sangat tidak terasa namun seringkali menyebabkan penyesalan jika tidak diatur dengan bijaksana. Nah, jika Anda termasuk orang yang sering menyesal, ada baiknya jika Anda membatasi uang di rekening dan memulai untuk menggunakan cash kembali. 

Kenapa? Disadari atau tidak, dengan melakukan pembayaran secara cash, secara psikologi memberikan efek bahwa kita telah mengeluarkan uang sehingga rasanya lebih 'sakit' dan 'berat' saat membeli sesuatu. 

Berbeda jika Anda membeli secara cashless. Cashless effect memberikan kesan 'tidak nyata' sehingga Anda lebih mudah untuk menghabiskan uang. Tiba-tiba saldo sudah habis, kartu kredit dan pay later sudah limit. Apakah pernah mengalami?

8. Boleh CC, Boleh Paylater, tapi  Bunga 0%

Untuk kebutuhan produksi, seperti member Gym, Anda bisa menggunakan cicilan 0% loh. Namun jika ada bunga, hitung terlebih dahulu apakah bunga tersebut cukup rendah atau tidak. Jika Anda ingin membeli sesuatu yang kurang produktif, saya sarankan untuk memiliki uang sesuai nominal barang yang ingin Anda beli.

9. Menaikkan Income

Suka tidak suka, menaikkan income adalah cara agar kondisi keuangan kita tetap dalam kondisi baik. Anda bisa mencari pekerjaan sampingan yang bisa Anda kerjakan sepulang kerja, atau mengikuti kursus baru sehingga skill Anda semakin bertumbuh setiap harinya. Karena percuma kita mengatur keuangan namun tidak ada uang yang bisa kita atur, bukan? Tetap memiliki penghasilan adalah hal utama.

10. Kebahagiaan dalam Hal Sederhana

Uang adalah salah satu alat untuk mencapai kebahagiaan, ya, karena dengan memiliki uang, Anda bisa menentukan kebahagiaan seperti apa yang ingin Anda miliki. Namun, tidak berarti bahwa hal-hal yang membuat kita bahagia selalu memiliki nominal yang tinggi loh. Anda perlu mencari kebahagiaan dalam hal-hal sederhana, seperti membaca buku, berjalan di taman dengan pasangan, atau sekedar ngobrol di kafe setiap akhir pekan.

Anda tidak perlu membeli barang branded puluhan bahkan ratusan juta jika Anda tidak memiliki uang atau kebutuhan atas barang tersebut yang mendukung produktivitas kehidupan Anda. Mengetahui bahwa dengan memiliki suatu barang=kehilangan uang, akan mengubah hal praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya, dengan saya dengan memutuskan membeli properti maka setiap bulan saya harus kehilangan uang 4 juta, namun saya kan memiliki properti yang jika sesuai dengan prediksi dimana 10 tahun lagi akan mengalami pertumbuhan nilai 2x lipat dari harga beli. Atau, sesederhana toh saya bisa sewakan 3-4 juta/bulan jika saya menikah nanti. Itulah hal logis yang selalu saya coba pikirkan sebelum melakukan pembelian.

Itulah beberapa hal prinsip dan praktis yang bisa Anda lakukan untuk menggunakan uang dengan bijak khususnya jika Anda adalah kelas menengah seperti saya. Semoga artikel ini bisa membawa kebaikan bersama sehingga kita bisa menjadi lebih bijak dalam memperlakukan uang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun