Mohon tunggu...
Wiwik Inaku
Wiwik Inaku Mohon Tunggu... -

menyukai keberagaman serta segala hal yang bersifat baru dan menantang..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Sembuhlah Bromo..

25 Januari 2011   14:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:12 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_87289" align="aligncenter" width="640" caption="Gunung Bromo, Jawa Timur/Admin (shutterstock)"][/caption]

Iseng..hanya sekedar ingin jalan-jalan, itulah niatku saat pertama kali diajak ke tempat itu. Bromo nama tempatnya, kawasan wisata yang awalnya menurutku biasa-biasa saja, tak ada bedanya dengan kawasan pegunungan lainnya yang ada di negara Garuda ini.

26 April 2009 tepatnya pukul 02.00 dini hari, roda-roda mobil yang kutumpangi itu tak lagi berputar, sudah sampai rupanya. Pintu mobil mulai dibuka, sesaat itu juga hawa dingin menyerbu masuk layaknya gerak lincah para pendemo saat berhasil memasuki kawasan terlarang demo (gedung DPR misalnya). Sontak kuambil sarung tangan dan jaketku yang sedari tadi malam nangkring di tas ranselku.

Mulai berjalan..meraba-raba kondisi jalan, mengandalkan penerangan dari lampu HP yang ku punya saat itu, sesekali tersandung karena jalannya tak semulus dugaanku. Samping kiri kanan jalan terdengar suara penjual sarung tangan dan kupluk sedang menjajakan jualan mereka “ayo..sarung tangan..kupluk..kupluk..diatas dingin mbak..” begitu serunya. “Tak tergoda..sudah punya” gerutuku dalam hati..sedikit jengkel karena langkah kaki terhambat dan terasa semakin lambat dengan adanya mereka sementara hawa dingin itu terus merasuk di sela-sela jaket yang kupakai saat itu.

Semakin ke atas, tak ada lagi suara penjual sarung tangan dan kupluk itu, tergantikan dengan suara pemberi jasa sewa menyewa jaket..yah..jaket tebal ala eropa itu ternyata ada di situ. Tak mau, tak berniat plus lucu..itulah yang ada di benakku ketika ditawari jaket itu..tapi semakin ke atas rasanya badan semakin kaku..daging-daging serasa tak berasa lagi..akhirnya kuputuskan juga untuk menyewa jaket itu. Hampir tenggelam rasanya tubuh saat memakainya..maklum..modelnya memang seperti itu..model yang dirancang khusus untuk badan-badan bongsor khas bule..hehehehe..tak perduli..yang pasti semua orang bentuknya sama denganku..sama-sama memakai jaket itu dan tenggelam juga sepertiku.

Pukul 02.30..sampai juga di atas..tapi belum di Bromonya..itu hanya tempat persinggahan sementara..tempat untuk menunggu pagi sambil menikmati sunrise (matahari terbit).Pukul 05.30, langit yang sedari tadi gelap mulai berwarna..hmm..sunrise yang ditunggu itu telah muncul rupanya. Semua orang yang sedari tadi duduk berpencar-pencar kini mulai berdiri dan berkumpul di satu tempat yang sama..tempat menyaksikan sunrise, alhasil..saling desak-desakan pun terjadi. Mulai dari orang asli tanah Jawa, luar Jawa bahkan luar Indonesia alias bule pun ada.

129596307163092675
129596307163092675
1295962832846357246
1295962832846357246

Saat-saat menunggu sunrise (foto : Wiwik Inaku)

Pagi mulai menyapa..sesi melihat dan memotret sunrise itu telah usai. Saatnya turun dan menuju Bromo. Jalan yang sempit dan terjal serta akrab dengan jurang itu membuat bulu kudukku berdiri, sesekali berteriak dan menahan nafas..detak jantung berdegup kencang..terbayang jika mobil kecil yang kutumpangi itu tiba-tiba kehilangan keseimbangan, entah apa yang akan terjadi, maklum..mobil yang sedari tadi ku bicarakan itu hanya sejenis mini bus..bukan mobil hartop atau mobil tangguh sekelasnya.

Saat tiba di tujuan..semua penumpang di persilahkan turun, tempat apa ini..pikirku awalnya..tempat itu lebih mirip gurun pasir dibandingkan tempat wisata, dengan suhunya yang sangat kontras dengan suhu yang kurasakan di tempat sunrise tadi. “Cuma bisa sampai sini mbak, selebihnya jalan..sampai di Bromonya” demikian papar supir mini bus itu. What..??!! jalan..??!! oh Tuhan..panas-panas begini..serasa di Arab dehh..” gerutuku pelan.

1295963332550044943
1295963332550044943
12959645536718323
12959645536718323

Tapi seiring langkah kaki menuju Bromo, kekesalan hati itu terbayar juga, perjalanan menuju Bromo..melewati gurun pasir yang dinamai warga setempat “lautan pasir” itu ternyata sangat menyenangkan. Banyak sudut-sudut indah nan menarik yang bisa diabadikan, sambil berjalan bertemankan kuda-kuda yang lalu lalang mengantarkan pengunjung sampai ke kaki Bromo.

Sejuk tapi panas..itulah yang terasa setibanya di Bromo..penuh sesak menaiki tangga, kawah yang makin gencar mengeluarkan gas belerangnya pun membuat nafasku makin sesak..bakalan pingsan kaya’nya ini..begitu pikirku waktu itu. Namun rasa narsis dan gifo (gila foto) itu ternyata mengalahkan segalanya walau ujung-ujungnya tetap juga tak bisa menikmati kawah Bromo dengan sempurna karena tumpukan manusia dan keroyokan gas belerang semakin menjadi-jadi. Tapi itu tak jadi masalah, dapat menginjakkan kaki di Bromo saja bagiku sudah menjadi anugerah yang tiada terkira, berada di Bromo serasa berada di negeri awan..tinggi berkabut..masih di bumikah ini..gumamku waktu itu. Hmm..benar-benar perjalanan dan petualangan yang mengesankan, indah..sangat..

Kini..hampir dua tahun, terhitung sejak tanggal itu. Pesonamu berhasil memikatku, indahnya masih terbayang hingga saat ini. Kini..ditengah-tengah huru hara info status tentangmu..rindu itu muncul..bagaimanakah kabarmu?masih sakitkah dirimu?terus mengeluarkan kepulan-kepulan asap gas beracun hingga harus diisolir..separah itu kah kondisimu??..

ayo..sembuhlah Bromo..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun