Mohon tunggu...
Wiwien Wintarto
Wiwien Wintarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis serba ada

Penulis, sejauh ini (2024) telah menerbitkan 46 judul buku, 22 di antaranya adalah novel, terutama di PT Gramedia Pustaka Utama. Buku terbaru "Tangguh: Anak Transmigran jadi Profesor di Amerika", diterbitkan Tatakata Grafika, yang merupakan biografi Peter Suwarno, associate professor di School of International Letters and Cultures di Arizone State University, Amerika Serikat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Penulis Dicitrakan Miskin? Itu Masa Lalu!

20 Oktober 2019   20:41 Diperbarui: 21 Oktober 2019   14:53 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang akan terjadi andai kita (terutama yang berjenis kelamin cowok) berkenalan dengan calon mertua mainstream lalu mengaku terus terang bahwa pekerjaan kita adalah penulis, dan hanya mengandalkan itu saja untuk hidup? Kemungkinan terbesar yang berikutnya terjadi adalah penolakan---bisa halus, bisa lugas. Dan alasan terbesar penolakan pasti tak berjarak terlalu jauh dari urusan keamanan finansial jangka panjang.

Secara umum, di mata masyarakat luas yang bukan praktisi bisnis media dan penerbitan, profesi penulis memang merupakan kebalikan dari profesi-profesi semacam dokter, pengusaha muda, pegawai negeri sipil, pengacara, atau notaris terkait hal satu itu. 

Memang tak aneh, karena pada pandangan masyarakat umum, sumber mata pencaharian penulis hanya satu: honor pemuatan di media massa---yang tak berlangsung rutin seperti gaji bulanan. Itu pun jumlahnya tidaklah banyak.

Memang ada jenis penulis yang menerima gaji bulanan beserta tunjangan, yaitu para wartawan, namun jumlahnya pun belum berkategori melimpah ruah menyilaukan. 

Tak aneh cukup banyak lulusan SMA yang ditolak orangtua saat menyatakan minat kuliah ke fakultas komunikasi, khususnya jurnalistik karena sebab yang sama.

Apalagi jika pekerjaan kepenulisan yang dipilih adalah sebagai sastrawan, terutama penyair atau cerpenis. Pasti citra di mata para calon mertua menukik ke titik nadir, sehingga para pegiat sastra terpaksa mencari calon mertua di kolam sesama pegiat seni, yang persentasenya di kalangan masyarakat jelas sangat kecil.

Menulis kini dapat menghasilkan uang (Foto: Keeton Custom Golf)
Menulis kini dapat menghasilkan uang (Foto: Keeton Custom Golf)
Tapi itu adalah fenomena masa lampau. Maksimal hingga dekade pertama abad ke-21. Kehadiran internet dan kesadaran yang makin meningkat tentang arti penting buku membuat sumber penghasilan para penulis meningkat tajam. 

Hanya saja, banyak di antara para penulis sendiri belum tahu, apalagi warga masyarakat awam yang sama sekali tak tahu dunia kepenulisan dan tak suka pula baca buku. Karena itu, sekaranglah saatnya untuk membuka mata kita semua mengenai hal ini, terutama bahwa beberapa di antara bidang kerja kepenulisan sesungguhnya memberi hasil yang cukup menggiurkan.

Lini kerja utama profesi kepenulisan tentu adalah sebagai penulis buku dan pekerja kantoran (wartawan, penulis berita TV, copywriter periklanan, juga editor penerbit). Penghasilan mereka sudah terhitung cukup lumayan, sepanjang memang tidak bergaya hidup mewah. 

Di luar itu, terdapat bidang-bidang pekerjaan lain yang bisa menjadi sambilan atau bahkan mengambil alih alokasi waktu menjadi pekerjaan utama karena nilai fee yang bisa saja berkali-kali lipat lebih besar.

Yang pertama adalah pekerjaan sebagai editor atau penerjemah lepas. Di sela pekerjaan terkait naskah buku milik sendiri, para penulis kerap menerima order editing atau penerjemahan naskah buku lain. 

Dengan honor bervariasi antara Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu per halaman, pekerjaan ini bisa menambah tebal dompet dalam jumlah yang cukup signifikan. Terlebih jika order datang cukup sering dan rutin.

Pekerjaan lain yang berkemungkinan mendatangi seorang penulis adalah menjadi ghostwriter alias penulis hantu. Di sini, penulis bekerja tanpa kredit, tak boleh mencantumkan nama pada kolom penulis atau pada sampul buku. 

Kontrak pekerjaan ini umumnya diberikan oleh seorang tokoh yang ingin tampil lewat atau berkaitan dengan medium tulisan, namun tak memiliki waktu atau keahlian untuk menuliskannya sendiri.

Karena terdapat kendala soal penulisan, mereka kemudian meminta penulis mengerjakannya untuk mereka. Pada sebagian besar kasus, nama penulis benar-benar tak dicantumkan, sehingga publik berpikir, sang klien sendirilah penulisnya. 

Namun dalam kesepakatan yang lain, tak jarang nama penulis ikut dicantumkan, entah sebagai co-author atau pada kredit bagian dalam untuk dicantumkan sebagai editor.

Karena berkaitan dengan "pembelian" kredit nama, maka kerja sama ghostwriter pasti dan harus berharga mahal. Untuk artikel seukuran pemuatan media massa, honor penulis hantu minimal haruslah dua kali lipat dari berapapun honor yang diterima klien dari media pemuat. 

Sedang untuk buku seukuran 150 hingga 250 halaman, honor layak untuk ukuran Indonesia berada pada kisaran Rp 15 juta hingga Rp 20 juta. Dengan standar Amerika Serikat, honor minimal ghostwriter untuk buku adalah $ 2.000 atau Rp 28 juta.

Lahan pekerjaan berikutnya yang dapat ditekuni para penulis adalah menjadi penulis biografi para tokoh. Seandainya sang tokoh bisa menulis sendiri, tentulah ia akan membuat otobiografi. 

Namun andai tidak, mengajak penulis bekerja sama adalah pilihan yang pas. Dan karena menerbitkan buku biografi merupakan sebuah capaian yang penting dalam kehidupan seseorang, tak aneh lini kerja ini menjanjikan penghasilan yang cukup besar bagi penulis.

Berdasar daftar tarif di laman biro jasa penulisan biografi Alifes Inc, professional fee atau biaya jasa penulisan buku biografi berada pada level minimal sebesar Rp 299 ribu per halaman. 

Jumlah ini meningkat berjenjang seiring penambahan jumlah halaman, menjadi Rp 499 ribu untuk biografi di atas 100 halaman, Rp 799 ribu (di atas 200 halaman), dan Rp 999 ribu (di atas 300 halaman). Namun bahkan dengan standar harga minimal saja, professional fee untuk buku setebal 100 hingga 200 halaman sudah cukup lumayan.

Dan satu lagi bidang kerja kepenulisan dengan besaran honor yang cukup baik adalah di dunia sinema, baik layar lebar (film) maupun layar kaca (sinetron & FTV). 

Honor seorang penulis skenario papan atas telah melewati ambang batas Rp 100 jutaan, sedang untuk nama baru berada pada kisaran angka Rp 15 juta hingga Rp 30 juta untuk satu judul naskah skenario. Tak hanya itu, sinopsis cerita setebal tiga hingga empat halaman pun sudah masuk kategori naskah yang menghasilkan gemerincing rupiah.

Itu masih belum termasuk pekerjaan-pekerjaan lain dengan besaran honor yang lebih kecil, seperti penulis kolom & opini media massa, content writer, atau pembicara workshop kepenulisan. 

Intinya, pertanyaan yang harus diajukan pada para praktisi dunia kepenulisan sudah bukan lagi apakah nulis bisa untuk hidup, melainkan berapa besar penghasilan yang bisa didapat setelah hajat hidup mendasar sudah terlewati.

Hanya saja, pola pekerjaan dunia ini memang beda dari profesi-profesi lain. Tidak melulu melewati prosedural semacam tes, psikotes, sertifikat, ijazah, dan lowongan kerja, namun lebih kepada kemampuan berkomunikasi dan me-maintain jaringan kerja. 

Dari populasi jaringan kerja itulah berbagai peluang kerja dapat bermunculan satu demi satu dan membuat sibuk, sekaligus makmur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun