Apa yang akan terjadi andai kita (terutama yang berjenis kelamin cowok) berkenalan dengan calon mertua mainstream lalu mengaku terus terang bahwa pekerjaan kita adalah penulis, dan hanya mengandalkan itu saja untuk hidup? Kemungkinan terbesar yang berikutnya terjadi adalah penolakan---bisa halus, bisa lugas. Dan alasan terbesar penolakan pasti tak berjarak terlalu jauh dari urusan keamanan finansial jangka panjang.
Secara umum, di mata masyarakat luas yang bukan praktisi bisnis media dan penerbitan, profesi penulis memang merupakan kebalikan dari profesi-profesi semacam dokter, pengusaha muda, pegawai negeri sipil, pengacara, atau notaris terkait hal satu itu.Â
Memang tak aneh, karena pada pandangan masyarakat umum, sumber mata pencaharian penulis hanya satu: honor pemuatan di media massa---yang tak berlangsung rutin seperti gaji bulanan. Itu pun jumlahnya tidaklah banyak.
Memang ada jenis penulis yang menerima gaji bulanan beserta tunjangan, yaitu para wartawan, namun jumlahnya pun belum berkategori melimpah ruah menyilaukan.Â
Tak aneh cukup banyak lulusan SMA yang ditolak orangtua saat menyatakan minat kuliah ke fakultas komunikasi, khususnya jurnalistik karena sebab yang sama.
Apalagi jika pekerjaan kepenulisan yang dipilih adalah sebagai sastrawan, terutama penyair atau cerpenis. Pasti citra di mata para calon mertua menukik ke titik nadir, sehingga para pegiat sastra terpaksa mencari calon mertua di kolam sesama pegiat seni, yang persentasenya di kalangan masyarakat jelas sangat kecil.
Hanya saja, banyak di antara para penulis sendiri belum tahu, apalagi warga masyarakat awam yang sama sekali tak tahu dunia kepenulisan dan tak suka pula baca buku. Karena itu, sekaranglah saatnya untuk membuka mata kita semua mengenai hal ini, terutama bahwa beberapa di antara bidang kerja kepenulisan sesungguhnya memberi hasil yang cukup menggiurkan.
Lini kerja utama profesi kepenulisan tentu adalah sebagai penulis buku dan pekerja kantoran (wartawan, penulis berita TV, copywriter periklanan, juga editor penerbit). Penghasilan mereka sudah terhitung cukup lumayan, sepanjang memang tidak bergaya hidup mewah.Â
Di luar itu, terdapat bidang-bidang pekerjaan lain yang bisa menjadi sambilan atau bahkan mengambil alih alokasi waktu menjadi pekerjaan utama karena nilai fee yang bisa saja berkali-kali lipat lebih besar.
Yang pertama adalah pekerjaan sebagai editor atau penerjemah lepas. Di sela pekerjaan terkait naskah buku milik sendiri, para penulis kerap menerima order editing atau penerjemahan naskah buku lain.Â