Mohon tunggu...
Wiwien Wintarto
Wiwien Wintarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis serba ada

Penulis, sejauh ini (2024) telah menerbitkan 46 judul buku, 22 di antaranya adalah novel, terutama di PT Gramedia Pustaka Utama. Buku terbaru "Tangguh: Anak Transmigran jadi Profesor di Amerika", diterbitkan Tatakata Grafika, yang merupakan biografi Peter Suwarno, associate professor di School of International Letters and Cultures di Arizone State University, Amerika Serikat.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

"Duo Detektif", Mimpi 34 Tahun

6 September 2019   19:48 Diperbarui: 6 September 2019   20:09 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Panjang dan berliku. Itulah kisah yang terjadi di balik layar penerbitan buku terbaru saya yang ini. Dari segi konten dan tingkat kesulitan pembuatan, Sabotase Lokomotif B3502 jelas tak seserius novel-novel Eka Kurniawan atau Bre Redana, namun perjalanan dalam proses penerbitannya sangat menguras energi dan kesabaran, karena meliputi rentang waktu hingga satu dekade.

Ya, kisah penerbitan buku satu ini memang dimulai 10 tahun lalu, yaitu 2009. Ketika itu, saya di-approach Sidik Ilmawan, kawan saya yang merupakan produser dari sebuah PH bernama Rumah Pohon Indonesia (biasa disingkat Rumpon) untuk menulis versi novel dari film layar lebar berjudul Lokomotif B3502 yang tengah ia produksi. Film itu berjenis mirip Petualangan Sherina, yaitu tentang kecerdikan dan keberanian anak-anak dalam mengungkap kasus kejahatan.

Rumpon sendiri adalah sebuah PH yang saat itu tengah mencoba menggeliat untuk ikut berpartisipasi di jagad perfilman nasional. Pada saat bersiap memproduksi Lokomotif B3502, mereka tengah merilis Metamorfoblus, film dokumenter tentang perjalanan karier Slank. 

Saya sempat datang mengikuti premier dan diskusi film yang dibesut sutradara Dosy Omar tersebut di Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta, tanggal 23 Oktober 2009.

Lokomotif B3502 berkisah soal Jalu, Bima, Turi, dan Taufan yang merupakan penyandang disabilitas (tuna rungu dan wicara), dalam menghentikan upaya para penjahat yang mencoba melakukan sabotase terhadap rel kereta api di jalur wisata Ambarawa-Bedono di Jawa Tengah. Rangkaian kereta tersebut ditarik lokomotif kuno bermesin uap dengan nomor B3502.

Ketika itu, cerita dan skenario sudah ada. Tugas saya hanya mengolahnya menjadi novel sejenis Lima Sekawan-nya Enid Blyton, dan kemudian memasukkannya agar diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama (GPU). 

Novera Kresnawati, editor yang biasa menangani novel-novel saya di sana, mengungkap bahwa ketika itu pangsa pasar buku anak sedang tidak cerah. Meski begitu, GPU bersedia menerbitkannya asal saya membuat dua judul tambahan, sehingga ketika terbit, cerita petualangan Jalu dkk. sudah terlihat resmi sebagai sebuah serial dan bagus saat dipajang di toko buku.

Namun sebelum saya mulai mengerjakan buku kedua dan ketiga, rencana produksi filmnya mengalami berbagai macam kendala hingga akhirnya batal sama sekali. Naskah novelnya pun kemudian mangkrak di hard disk laptop (dan juga akun Google Drive) selama bertahun-tahun. 

Ia baru muncul lagi ke permukaan saat saya ketemu Novera bulan Desember 2016 untuk mendiskusikan penerbitan sekuel novel perdana saya di GPU, Say No to Love (2007), yaitu Say No to Me.

Ia menyatakan, GPU berminat menerbitkannya meski sudah tak terkait lagi dengan urusan film. Syaratnya masih sama, yaitu harus ada dua judul tambahan. Saya pun ngebut mengerjakan dua naskah berikutnya, yaitu Komplotan Pencuri Hewan Piaraan dan Perburuan Nagabiru.

Konsep cerita sekalian saya ubah, dari detektif cilik berkelompok ala Lima Sekawan dan Pasukan Mau Tahu menjadi duet superhero & sidekick, dengan Jalu menjadi semacam Sherlock Holmes dan Bima sebagai Dokter Watson-nya. Oleh Maria Felicia, editor yang menanganinya, mereka diberi nama Duo Detektif. Dan saya oke.

Buku pertama serial Duo Detektif, yang kemudian judulnya diganti jadi Sabotase Lokomotif B3502, akan terbit 16 September 2019 ini, bertepatan dengan gelaran Festival Kota Lama 2019 yang berlangsung di Kota Lama Semarang tanggal 12-22 September. Ada acara book talk di festival itu, menghadirkan satu penulis tiap hari, dan saya akan mengusung novel ini pada hari Selasa sore tanggal 17.

Selain saya, beberapa nama penulis lain akan muncul di rangkaian acara book talk tersebut, seperti Ketua Dekase (Dewan Kesenian Semarang) Handry TM, Nara Lahmusi, Dian Nafi, dan juga Wesiati Setyaningsih. Bagi kutu buku yang butuh acara-acara liburan dan jalan-jalan berkualitas, sila merapat ke Kota Lama mulai pekan depan.

Duo Detektif pun mengawali kebangkitan kembali novel-novel serial detektif & petualangan anak yang sempat buming pada awal dekade 1980-an. Ketika itu ada Arswendo Atmowiloto dengan serial Imung, Dwianto Setyawan dengan Sersan Grung Grung dan Kelompok 2 & 1, lalu Djokolelono dengan Astrid, dan juga Bung Smas dengan serial Noni dan Pulung.

Bagi saya pribadi, ia juga sebuah momen dream come true yang perlu waktu 34 tahun untuk menjadikannya nyata. Tahun 1985, saat masih SMP kelas II, saya menjadi anggota perpustakaan keliling dan terpesona dengan Lima Sekawan dan Pasukan Mau Tahu karya Enid Blyton, The Hardy Boys (Franklin W. Dixon), Nancy Drew (Carolyn Keene), dan juga Trio Detektif (Alfred Hitchcock).

Lalu mendadak saya bermimpi ingin jadi penulis novel, khususnya dengan menerbitkan kisah berjenis detektif dan petualangan anak, dengan logo "Gm" di pojok kanan atas sampul. 

Cita-cita untuk menerbitkan buku di GPU terwujud 12 tahun lalu lewat Say No to Love, tapi yang berjenis detektif cilik memang baru tahun ini terlaksana, setelah satu dekade lebih bertualang di genre young adult (teenlit, romance, chicklit, dll.).

Setelah Sabotase Lokomotif B2503, kedua judul berikutnya akan muncul mulai Oktober 2019. Komplotan Pencuri Hewan Piaraan berkisah soal Jalu dan Bima yang berkostum seragam Pramuka menyelidiki lenyapnya hewan-hewan piaraan berharga mahal. Sedang Perburuan Nagabiru bercerita tentang kontes semacam treasure hunt (memecahkan satu demi satu puzzle, seperti di The Da Vinci Code atau film National Treasure) terkait peluncuran satu judul video game asli buatan Indonesia. Dijamin seru, dan edukatif juga.

Nah, ada lagi yang ingin membuat kisah detektif dan petualangan anak lainnya? Setelah melakoninya sendiri, baru saya tahu bahwa menulis cerita anak ternyata seru dan menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun