Namun tetap saja, dengan hasil tulisan yang demikian, kita jadi tahu pada level apa sang "penulis" berada. Mungkin setara dengan penulis-penulis ABG yang bertengkar sengit di Wattpad soal fan fiction dan cerita fantasi!
Kehadiran kembali event-event sayembara penulisan skenario akan secara bertahap mengasah kecapakan para screenwriter profesional dalam seni penulisan mereka, sekaligus membuka peluang ditemukannya bibit-bibit baru yang tak terduga dari tempat-tempat terjauh bumi Nusantara.Â
Yang namanya penulis skenario kan tak melulu monopoli orang Jakarta---atau yang harus pindah dulu ke calon mantan ibukota negara itu baru bisa ikut berpartisipasi.
Dan sudah sejak era Tatiek Maliyati WS selalu dikatakan bahwa masalah terbesar dunia film nasional adalah pada kurangnya penulis berkualitas. Yang bejibun adalah penulis komersial, yang bekerja sekadar mengikuti arahan atasan. Namun sepanjang zaman, tak terlihat ada upaya serius dari para pemangku kepentingan perfilman sendiri untuk mengejar ketertinggalan di sisi ini.
Pentas layar perak kita sungguh membutuhkan kembalinya sayembara-sayembara penulisan skenario film itu---sekaligus kepastian janji bahwa naskah para pemenang akan sungguh-sungguh diproduksi.Â
Film nasional perlu disegarkan dengan ide-ide baru yang murni datang dari bottom up. Jika pemerintah melalui jagad perpolitikan saja sudah terbuka untuk suara rakyat bawah, mengapa film tidak?
Apakah memang perfilman adalah dunia elitis khusus untuk orang-orang terpilih dan yang sama sekali tak boleh dimasuki rakyat?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H