Mohon tunggu...
Wiwien Wintarto
Wiwien Wintarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis serba ada

Penulis, sejauh ini (2024) telah menerbitkan 46 judul buku, 22 di antaranya adalah novel, terutama di PT Gramedia Pustaka Utama. Buku terbaru "Tangguh: Anak Transmigran jadi Profesor di Amerika", diterbitkan Tatakata Grafika, yang merupakan biografi Peter Suwarno, associate professor di School of International Letters and Cultures di Arizone State University, Amerika Serikat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Origin", saat Langdon Dikejar Bupati

19 Desember 2018   18:32 Diperbarui: 19 Desember 2018   18:54 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi pribadi

Setelah beberapa buku, membaca karya-karya Dan Brown sungguh terasa seperti piknik ke tempat-tempat eksotik bersama rombongan biro wisata. Segalanya kaya warna dan mengisi kekosongan hati, namun terpola terjadwal rapi dan pasti membosankan bagi traveler berjiwa advonturir yang terbiasa membolang dan backpaker-an. Situasi itu sangat terasa begitu saya menutup halaman terakhir Origin.

Dibuka dengan pertemuan futurolog miliuner Edmond Kirsch dengan pemuka tiga agama wahyu di Biara Montserrat, Spanyol, Origin menghadirkan dua pertanyaan penting: "Dari mana kita berasal?" dan "Apa tujuan hidup kita?". Dalam ilmu kebatinan Kejawen, ini biasa disebut dengan istilah "Sangkan paraning dumadi". Meski begitu, "sangkan paran" yang dibahas Brown di sini sedikit beda dari pemahaman yang ada di Jawa.

Penemuan ilmiah Kirsch soal dua pertanyaan penting itu merupakan sesuatu yang luar biasa dan diprediksi bakal menggemparkan umat manusia, terutama dalam keyakinan soal agama.

Maka sebelum menyebarluaskan hal itu, ia terlebih dulu menemui pemuka agama Katolik Uskup Antonio Valdespino, pemimpin umat Yahudi dari Hungaria Rabbi Yehuda Koves, dan ulama kenamaan Islam dari Uni Emirat Arab Syed al-Fadl. Dan jelas mereka resah serta sangat terganggu oleh presentasi Kirsch soal penemuannya itu.

Apa sesungguhnya yang ditemukan Kirsch? Pertanyaan inilah yang disimpan Brown sebagai gong sepanjang 689 halaman Origin. Cerita kemudian berpindah ke Museum Guggenheim yang spektakuler di Kota Bilbao, tempat Kirsch akan mengumumkan penemuannya secara streaming. Kawan akrab kita simbolog Robert Langdon hadir sebagai tamu undangan khusus. Dan seperti biasa, di mana ada dia, kekacauan pasti terjadi.

Acara berantakan pada detik-detik ketika Kirsch akan memulai presentasinya oleh sebuah peristiwa pembunuhan. Dan di tengah kekacauan, Langdon dipaksa pergi oleh Winston, asisten Kirsch yang tidak berupa manusia, untuk melanjutkan pekerjaan Kirsch mengungkap penemuan itu pada dunia. Ia bersama Ambra Vidal, Direktur Museum Guggenheim berusia 39 yang sangat smart dan cantik serta merupakan calon istri Pangeran Julian, putra mahkota Spanyol.

Dari titik itu, Origin menyusuri rute yang sudah "terjadwal rapi" dalam novel-novel Dan Brown. Langdon (dan partner yang pasti cantik) bertualang dari satu tempat ke tempat lain sepanjang malam. Mereka membongkar bermacam puzzle satu demi satu untuk mencari berkas presentasi Kirsch dan mengungkapkannya pada dunia.

Sepanjang jalan, mereka diburu pembunuh sadis yang dikirim oleh satu organisasi konspirasi jahat yang mati-matian mencegah agar penemuan Kirsch tidak pernah diketahui siapapun. Sang pembunuh adalah Laksamana Luis Avila, dan ia melakukan misi suci atas perintah orang tak dikenal yang hanya menyebut dirinya dengan julukan The Regent (kalau diterjemahkan ke Bahasa Indonesia jadi "Bupati"!).

Tentu ada beberapa alur minor yang mengiringi petualangan Langdon dan Vidal, yaitu tentang pelarian Pangeran Julian dan Valdespino, tentang Monica Martin sang petugas humas istana Spanyol, juga tentang dua agen pengawal istana yang mengejar Langdon dan Vidal ke Barcelona.

Di situ hadir tokoh whistleblower misterius bernama Monte yang terus-menerus mengirim info-info menggemparkan ke laman para pegiat teori konspirasi dan membuat kasus penemuan Kirsch makin menghebohkan.

Topik bahasan terpenting dalam buku ini adalah soal pertentangan paham soal asal muasal kehidupan antara kubu Creationism dan Darwinism. Para agamawan meyakini kehidupan tercipta oleh Tuhan lewat Adam dan Hawa yang kemudian menurunkan seluruh umat manusia yang ada sekarang ini. Sedang para agnostik dan ateis (diwakili Kirsch) berteori bahwa kehidupan semata tercipta oleh reaksi ilmiah yang berlanjut melalui jalur evolusi.

Sebagaimana dalam novel-novel terdahulu, Brown juga sangat detail dan kaya data dalam Origin. Ada penjelasan terperinci mengenai apa saja---pertentangan Creationism vs Darwinism itu, soal seni dan arsitektur, dan presentasi panjang Kirsch pada bagian akhir yang mirip pelajaran biologi dan kimia (termasuk eksperimen Miller-Urey yang terkenal itu).

Sayang itu semua dibungkus dalam kemasan yang tidak terlalu spesial. Kisah Langdon relatif serupa dari buku ke buku. Selalu seperti itu. Berpindah-pindah lokasi karena memecahkan dan mengikuti petunjuk yang dibungkus teka-teki, sembari dikejar penjahat. Yang ini bahkan seperti "deja vu" dari kasus dalam The Da Vinci Code: ada pembunuhan di museum, lalu Langdon lari menyelinap bersama seorang cewek cantik. Dulu Sophie Neveu, kini Ambra Vidal.

Dan entah kenapa, di Origin, gaya penulisan Brown agak menyimpang dari selera saya. Satu, dalam hal menjelaskan hal krusial cukup dengan paragraf pendek (padahal pada adegan ketika sebuah percakapan panjang sedang terjadi).

Di karya-karya Agatha Christie, segala hal penting akan dituangkan saja lewat obrolan Poirot dengan tokoh-tokoh lain. Di sini, hal sepenting tanda ampersand, yang membuat Langdon bisa menemukan password komputer Kirsch, hanya dipaparkan dalam enam paragraf narasi, bukan melalui perkataan Langdon pada Vidal.

Dan dua, dalam begitu berlimpahnya flashback. Nyaris ada flashback di tiap bab, pada hal-hal yang merupakan latar belakang dan penyebab suatu kejadian atau fenomena. Bahkan satu elemen krusial yang sangat penting, yaitu apa yang membuat Avila begitu mendendam pada Kirsch, juga digambarkan terlalu gampang lewat kilas balik. Bagi saya, ini mengurangi dampak pengaruhnya saat dibaca. Lain jika misal pembaca tahu itu dari pengakuan Avila sendiri atau oleh cerita orang lain terhadap Langdon atau Vidal.

Meski begitu tetap saja tulisan Brown ini memiliki tingkat kesulitan yang amat tinggi. Ia tak hanya menulis saja di rumah, atau kafe. Banyak riset dan wawancara ia lakukan, termasuk mendatangi beberapa lokasi yang penting di cerita---salah satunya Biara Montserrat tempat Kirsch rapat dengan tiga pemuka agama samawi. 

Beberapa tempat lain juga layak dicatat, yaitu Casa Mila dan Sagrada Familia, karya arsitek kenamaan Spanyol, Antoni Gaudi (1852-1926). Dikisahkan Edmond Kirsch memang mengagumi karya-karya Gaudi terutama yang ada di Barcelona.

Dan materi yang dijadikan jualan utama di buku ini memang cukup spektakuler. Tak sia-sia nunggu sejak prolog hingga momen ketika Langdon dan Vidal berhasil mengakses komputer rahasia Kirsch untuk melihat apa sebetulnya yang ditemukan orang itu. Prediksi dia tentang the Seventh Kingdom dan spesies hybrid itu memang masuk akal, dan sekarang ini sudah berada dalam tahap awal perwujudannya. Pengungkapan jati diri asli Monte dan The Regent juga sangat membetot sebagai sebuah plot twist.

Meski begitu, hal terpenting yang saya simak dari novel ini adalah penjelasan Langdon saat ditanya Vidal apakah dia religius atau ateis seperti Kirsch. Kata Langdon, relijiusitas berada dalam pemahaman akan perbedaan antara pattern (pola) dan kode. Ini menjelaskan segalanya, terutama polarisasi masif kita saat ini terkait presiden.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun