Namun ternyata itu kemudian sesuai dengan ending-nya, yang tentu tak sopan bila saya ceritakan dalam kesempatan ini. Yang jelas, pada bagian akhir, terutama bagi para fans Star Wars, kepedulian utama justru berada pada bagaimana nasib Death Star, dan bukan tokoh-tokoh utamanya. Death Star akan dihancurkan, karena kelemahannya sudah ketemu, namun nyatanya, benda raksasa itu masih ada di trilogi A New Hope, The Empire Strikes Back, dan Return of the Jedi.
Suguhan paling menarik jelas datang dari sekuen-sekuen eksyennya, terutama pertempuran luar angkasanya, yang tak terlalu banyak kita dapatkan di The Force Awakens. Juga adegan penghancuran planet oleh Death Star, baik yang terjadi di Jedha maupun di Scarif. Apalagi jika disaksikan di teater yang ber-sound system canggih dan kursinya bisa dibikin bergetar, kita pasti batal ngantuk.
Dan ada terobosan terbaru dunia perfilman yang bisa kita nikmati di Rogue One, yaitu kehadiran tokoh-tokoh yang pemerannya tidak ada. Mereka adalah karakter Gubernur Tarkin dan Princess Leia, tokoh-tokoh pakem dari trilogi awal (A New Hope hingga Return of the Jedi). Tarkin muncul sebagai atasan dari Kekaisaran yang sibuk memarahi Krennic soal Death Star, dan Leia hadir di scene terakhir yang mengagumkan.
Pemeran Tarkin, yaitu Peter Cushing, tak mungkin available karena aktor legendaris itu telah meninggal tahun 1994. Carrie Fisher juga impossible, karena tahun ini ia sudah berusia 60 tahun (bahkan tempo hari terkena serangan jantung), sedang yang muncul di Rogue One adalah Leia saat masih umur 20-an.
Maka sutradara Gareth Edwards pun menggunakan pemeran pengganti, yaitu Guy Henry untuk Tarkin dan Inglivid Deila untuk Leia. Baru kemudian wajah mereka diganti secara digital dengan wajah Peter Cushing dan Carrie Fisher muda setelah mendapat izin dari kerabat (estate) masing-masing. Teknik ini juga dipakai di Captain America: Civil War sewaktu wajah Robert Downey, Jr. bisa dibikin seperti waktu ia masih main di Weird Science tahun 1985.
Kalau diibaratkan acara pergi-pergi, Rogue One mirip seharian berkelana ke kafe, resto, dan mal terbagus di Jakarta. Semua menghadirkan pengalaman yang seru dan menyenangkan. Namun sajian terbaiknya justru pada bagian akhir, yang menuntun kita ke—itu tadi—rumah sederhana seorang kawan lama yang telah lama tak bertemu.
Tepat pada bagian penutup, setelah Darth Vader gagal menjalankan misinya, para fans Star Wars bakalan langsung bersorak begitu nemu keterkaitannya secara langsung dengan A New Hope yang dirilis 39 tahun yang lalu. Sedang yang bukan pasti juga serupa dengan warga yang tak mengerti makna dan sejarah dibalik keriuhan “Om telolet Om” yang fenomenal itu. Clueless.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H