Mohon tunggu...
Wiwien Wintarto
Wiwien Wintarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis serba ada

Penulis, sejauh ini (2024) telah menerbitkan 46 judul buku, 22 di antaranya adalah novel, terutama di PT Gramedia Pustaka Utama. Buku terbaru "Tangguh: Anak Transmigran jadi Profesor di Amerika", diterbitkan Tatakata Grafika, yang merupakan biografi Peter Suwarno, associate professor di School of International Letters and Cultures di Arizone State University, Amerika Serikat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Jessica Jones, Sang Superhero Suram

27 November 2016   19:32 Diperbarui: 28 November 2016   02:08 2129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan gaya penyutradaraan seperti itu membuat kemuraman hidup yang tengah melanda Jessica menjadi benar-benar bisa dirasakan oleh pemirsa. Kita tahu ini orang hebat, berkemampuan jauh melebihi manusia normal, namun hidupnya tengah kacau amburadul. Dan itu tersimbolkan dengan sangat brilian oleh kaca jendela di pintu yang ambrol dan terpaksa ditutup pakai kardus seadanya karena Jessica sedang bangkrut.

Namun terlepas dari semua sisi teknik sinema, Jessica Jones sekali lagi menunjukkan titik kesuksesan Joss Whedon cs. dalam menginterpretasi kehidupan para superhero komik. Sejak fajar kelahiran MCU dari Iron-Man, Captain America, dan Thor yang awalnya saling berdiri sendiri, mereka telah dipotret dengan cara yang paling pas. Tak hanya logis, natural, dan faktual, mereka juga digambarkan humanis. Artinya, sesuai betul dengan keapaadaan kita semua sebagai manusia.

Superhero era MCU adalah manusia biasa. Mereka bukan orang istimewa dengan kelebihan dan akhlak mulia yang lantas “terpanggil untuk membasmi kebathilan di muka Bumi”, “menegakkan kebenaran dan keadilan”, atau “membela yang lemah”. Mereka tidak diistimewakan semata berdasar kemampuan dahsyat dan kostum warna-warni manyala mereka, yang berkain ketat dan sempaknya dipakai di luar.

Mereka bertindak semata hanya berdasar kepentingan dan persepsi—yang selalu urgen bagi mereka namun belum tentu urgen juga bagi orang lain. Maka dua kubu kelompok lakon yang sama bisa bentrok di Captain America: Civil War. Dan mereka memakai kostum bukan dalam rangka style, melainkan sesuatu yang memang sangat perlu dipakai. Bisa seragam tempur seperti baju hitam-hitamnya Black Widow, bisa alat perang seperti baju besi Iron-Man, atau bisa juga baju tradisional “alam sana” seperti yang dikenakan Thor.

Intinya, Tony Stark dkk. adalah manusia biasa, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Keistimewaan mereka tidak berada pada kemampuan yang dipunyai, status sebagai anggota Avengers, atau apalagi hanya dari tutup kepala dan jubah yang dikenakan, melainkan pada arti perbuatan mereka bagi orang banyak. Dan itu, sebagaimana kita semua, tak selalu konsisten sepanjang waktu.

Kadang yang kita lakukan berguna bagi masyarakat, sehingga kita diistimewakan. Kali lain, kita terpanggil menggunakan kelebihan, status, dan atribut kita untuk membela kepentingan diri sendiri, yang secara situasional ternyata merugikan beberapa pihak. Tak aneh mereka tak lagi menganggap kita istimewa, dan justru menempatkan kita sebagai tokoh antagonis yang harus dilawan.

Maka kita tak akan aneh melihat ada superhero bisa depresi seperti Jessica Jones, atau terpuruk menjadi penyendiri macam Luke Cage. Dan mereka sibuk dengan pekerjaan sebagai detektif serta pemilik bar hanya untuk melupakan semua tragedi. Di titik itu kita tahu bahwa kita pada dasarnya adalah superhero juga, yang dengan bidang kelebihan masing-masing hanya sedang mencoba untuk terus hidup dan berbuat terbaik untuk diri sendiri.

Bahwa kadang laku kita bermanfaat bagi orang banyak, seringkali itu muncul tak diniati, tak disadari, dan tak pula direncanakan. Lebih seringnya bahkan itu tak pernah terpikir sejak awal, karena yang terpenting adalah mengamankan diri sendiri terlebih dahulu. All the time.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun