[caption caption="(Foto: awakeningthegoddesswithin)"][/caption]
Hari ini ada bulan berponi
Mengusik ketenangan sunyiku yang nyenyet
Mengajakku bermain
Di belantara ketidakmungkinan
Tempat bidadari kanibal
Berjanji temu dengan iblis berbudi luhur
Lalu makan lupis, atau tumis buncis
Â
Kejadian begini
Tentu tak berlangsung tiap hari
Bahkan andai hidup manusia direntang hingga seribu tahun
Dan kemunculannya
Nyaris saja kusinonimkan dengan kemustahilan
Semustahil gerhana bulan pada siang hari
Atau penjual mi tektek
Mendorong gerobak tengah malam di jalanan Wall Street
Â
Lalu baru kutahu
Tuhan tentu punya selera humor yang jempolan
Untuk menyungkurkan makhlukNya
Dalam parit jeram dunia fana
Yang tanpa dasar
Namun dihiasi backsound
Lagu-lagu David Benoit
Â
Sesungguhnya, kalau boleh jujur
Aku enggan menulis puisi begini ini
Tak sesuai benar dengan imejku
Tapi aku terpaksa
Atau dipaksa
Oleh kilatan mata di tiap foto
Yang kusimpan di ponsel pintarku
Yang menjelma hujan, dan membasahiku
Tapi entah kenapa tak bikin aku ingin ngeyup
Â
Jadi aku di sini, sementara ini
Membeku, terkena mantra
Â
Bulan berponi
Entropi terindahku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H