Mohon tunggu...
Wiwien Wintarto
Wiwien Wintarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis serba ada

Penulis, sejauh ini (2024) telah menerbitkan 46 judul buku, 22 di antaranya adalah novel, terutama di PT Gramedia Pustaka Utama. Buku terbaru "Tangguh: Anak Transmigran jadi Profesor di Amerika", diterbitkan Tatakata Grafika, yang merupakan biografi Peter Suwarno, associate professor di School of International Letters and Cultures di Arizone State University, Amerika Serikat.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Move On dan "Gender" Jiwa Spiritualitas

28 Februari 2016   08:54 Diperbarui: 28 Februari 2016   10:51 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada sesi tanya-jawab, beberapa peserta menanyakan hal-hal yang menarik. Nugroho Wahyu yang pengamat musik menanyakan apakah penerbit major label kerap melakukan hal-hal baru, berupa menerbitkan naskah-naskah yang sebelumnya tak pernah mereka terbitkan. Kujawab bahwa hal seperti ini sudah beberapa kali terjadi.

Banyak buku yang terbit dengan corak baru yang belum pernah dibuat sebelumnya, misal personal literary ala Kambingjantan-nya Raditya Dika, atau ketika Gramedia Pustaka Utama yang bukan penerbit buku-buku muslim mendadak menerbitkan Negeri 5 Menara (A. Fuadi) yang sangat kental bernuansa religi Islami. Momen-momen ini menunjukkan keberanian penerbit-penerbit major untuk gambling dan mempertaruhkan modal serta reputasi mereka guna menerbitkan jenis-jenis buku baru yang sebelumnya tak pernah mereka sentuh.

Penanya lain menanyakan mengapa aku memilih bulan Desember sebagai latar waktu cerita. Desember adalah bulan menjelang pergantian tahun, dan ketika itu berlangsung, kita akan menganggapnya sebagai era pergantian menuju tahun dan zaman baru yang lebih baik. Peralihan dari Desember menuju Januari tahun berikutnya melambangkan momentum para tokoh yang merasa tengah berhijrah menuju era baru yang lebih baik dalam kehidupan mereka.

Diskusi ditutup dengan pertanyaan Bayu Aji Anwari mengenai hidup yang berlandaskan cinta. Dan jawaban Aulia melebar ke pembahasan filsafat tingkat tinggi dari puisi Goenawan Mohammad, bahwa laki-perempuan bukanlah semata gender fisik melainkan “jenis kelamin” jiwa spiritual, sampai Jalaluddin Rumi, yang bila dibahas tuntas bisa membuat kami semua kumpul di sana dan menginap di Tekodeko berhari-hari.

Acara berakhir pukul 15.30, dan para penanya beringsut puas karena mendapat gift berupa buku-buku koleksi Rumah Media. Sementara para peserta kelas menulis yang hadir, yaitu Mara Solehah, Sisilia Novita, dan Barondsay, mendapatkan hadiah berupa mug cantik Rumah Media. Aku sendiri juga dapat hadiah karena difoto ala supermodel oleh Mas Handry, yang katanya untuk kover majalah—entah majalah apa.

Berikutnya, acara diskusi Remember December akan berlanjut tanggal 11 Maret nanti di Kedai Kreasi, Surabaya, dan tanggal 13 Maret di Desa Bahasa, Borobudur, Kabupaten Magelang. Sampai ketemu lagi...!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun