Mohon tunggu...
Wiwien Wintarto
Wiwien Wintarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis serba ada

Penulis, sejauh ini (2024) telah menerbitkan 46 judul buku, 22 di antaranya adalah novel, terutama di PT Gramedia Pustaka Utama. Buku terbaru "Tangguh: Anak Transmigran jadi Profesor di Amerika", diterbitkan Tatakata Grafika, yang merupakan biografi Peter Suwarno, associate professor di School of International Letters and Cultures di Arizone State University, Amerika Serikat.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Jangan ke Mancanegara Kalau Tak Urgen

16 Desember 2015   22:54 Diperbarui: 17 Desember 2015   00:42 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebab andai pilihan itu tak ada kaitannya dengan masalah imej kekerenan, pasti akan ada juga novel-novel dengan lokasi di tempat-tempat yang kita pandang setara atau bahkan lebih tertinggal dari Indonesia. Dilli di Timor Leste misalnya, atau Tripoli, atau Ouagadogou (ibukota mana ini coba?), atau La Paz dan Pyongyang. Dan kapan pernah ada kisah berlokasi di Manila padahal kekerabatan kita dengan warga Filipina adalah sangat akrab?

Tanpa harus menjadi seorang patriotik nasionalistik yang saban 17 Agustus ikut jadi pengibar bendera atau ikut ormas berseragam loreng, pilihan tempat di cerita seharusnya memang berkaitan dengan kebanggaan terhadap negeri sendiri. Kota-kota besar RI saja tak pernah habis untuk digali, apalagi yang eksotik sebangsanya Rajaampat, Sibolga, Tenggarong, atau Banda Naira.

Kekhawatiran muncul saat sekian waktu lalu jenis novel-novel Korea mengalami kegairahan yang luar biasa. Pengarang Indonesia berbondong-bondong merilis cerita yang berlokasi di negeri itu—dengan alur cerita yang mayoritas tidak terlalu necessary mengapa harus berlokasi di sana. Beberapa di antaranya bahkan dilengkapi dengan panduan wisata tempat-tempat indah di Korea lengkap dengan foto-foto—dan full color pula!

Kita pun bertanya-tanya, utang apa kita sama mereka sehingga pengabdian kita terhadap mereka seheroik itu? Masih wajar kalau novel bersangkutan memang proyek Kementerian Pariwisata Republik Korea yang tengah ingin mengembangkan potensi wisatanya terhadap warga RI. Itu lain soal. Dan sangat sah dilakukan.

Dan pertanyaan lain adalah, apakah di Korea sana juga terdapat para novelis yang dengan sukarela pula menulis novel yang berlokasi di Jakarta atau Bandung, dengan tokoh-tokoh sepenuhnya orang Indonesia, bukan Korea?

Berkaitan dengan kekoreaan ini, padahal tersaji cukup banyak faktor yang bisa membuat pilihan latar tempat di Negeri Ginseng menjadi reasonable, yaitu dengan potret kekhasan mereka masuk ke dalam alur cerita. Misal tentang kebiasaan ABG di sana untuk meminta hadiah operasi plastik saat ultah ke-16 atau 17. Juga kehidupan melelahkan para anggota boyband/girlband. Atau angka bunuh diri di kalangan remaja yang tinggi sebagai akibat tekanan hidup yang sangat berat.

Lokasi manca, di mana pun itu, akan jadi kuat dan masuk akal jika sekaligus menjadi potret. Tak sekadar lokasi kosong di mana ceritanya jebul umum saja: cowok-cewek sahabatan lalu jatuh cinta, saling sirik lalu saling merindukan, atau manusia menolong hantu arwah dan lalu saling jatuh cinta dengan sang arwah.

Dan lagi, andai tetap ingin mengambil tempat manca sebagai latar, masih banyak tempat yang memerlukan uluran kepedulian kita lewat sastra. Darfur misalnya, atau Aleppo, atau Mexico City yang nyaris chaos dikuasai kartel narkoba, atau Rio de Oro di ujung barat laut Afrika yang sampai kini masih belum jelas masuk wilayah negara mana. Dan mana kepedulian kita terhadap penderitaan warga Palestina di Gaza?

Kayaknya belum pernah ada novel romans berlokasi di sana, baik mengisahkan warga asli Palestina maupun tentang WNI yang ikut misi kemanusiaan di Gaza atau Tepi Barat. Padahal asik kalau misalnya ada novel berjudul Azan Terakhir di Gaza, atau Gaza Sunset, atau Tasbih Cinta di Sungai Jordan.

Alih-alih, kita malah justru disibukkan membantu promo pariwisata tempat-tempat yang ingin kita datangi jika berkesempatan liburan ke luar negeri...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun