Latar waktu bersesuaian dengan pola pikir dan tingkah laku para karakter. Juga dengan segala referensi terkini yang masuk dalam percakapan para tokoh. Dalam hal periode drama (cerita dari suatu periode tertentu masa lalu), akurat juga penyebutan segala pernik dari masa itu, seperti kipas angin dengan pemutar pegas di novel Bumi Manusia-nya Pram yang berlatar awal abad ke-20 itu.
Contoh: latar waktu di tetralogi Bumi Manusia, dan latar tempat yang urgen di The Kite Runner-nya Khaled Hosseini (karena permasalahan seperti yang hadir di cerita memang hanya ada Afghanistan, bukan di tempat lain).
Plot
Sebuah novel bisa dibilang kuat bila plotnya rapi. Iramanya terlihat dan terasa manis. Di novel pop biasa, tentu ada kerapian dalam Struktur Hollywood-nya (alias Struktur Tiga Babak: pengenalan-konflik-selesaian). Jelas dalam pengenalan, bikin was-was dalam bangunan krisis, seru dalam klimaks konflik, dan tuntas selesai semua masalah terjelaskan (either happy or unhappy ending). Lebih bagus jika muncul plot twist yang mengejutkan dan tak disangka-sangka.
Novel standar umumnya hanya terdiri dari alur tunggal (si A dan si B mengejar cinta lalu jadian) dan semua tokoh di luar kedua tokoh utama hanya disibukkan oleh permasalahan mereka berdua. Novel yang lebih kuat tersusun atas lebih dari satu plot, karena para tokoh pendukung (normalnya 1-2) punya masalah sendiri-sendiri yang juga harus ikut diselesaikan dan saling memengaruhi dengan masalah kedua tokoh utama, lalu menyatu dalam satu klimaks.
Contoh: semua novel Dan Brown dan juga Dee.
Tema
Bertambah bijak setelah membaca sebuah novel? Itu ciri khas cerita bagus, yang menghadirkan moral of the story yang jelas sehingga bisa kita serap, biasanya lewat dialog-dialog bernas (memorable quotes) para tokohnya. Dan bertambah pengetahuan setelah baca satu novel? Itu satu lagi ciri cerita yang kuat, karena sang pengarang mampu menghadirkan rincian suatu hal yang membuat kita menggumam “Oooh... gitu to?”.
Novel yang bagus juga mampu menyajikan segala hal secara logis dan akurat, entah bersesuaian dengan apa yang ada di dunia nyata atau mengikuti hukum peristiwa yang diciptakan dan berlaku, terutama bila cerita berjenis nonrealis (horor, fiksi ilmiah, fantasi).
Contoh: Nagabumi oleh Seno Gumira Ajidarma dan Senopati Pamungkas oleh Arswendo Atmowiloto.
Gaya