Mohon tunggu...
Wiwidodo
Wiwidodo Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Setia kawan dan Loyalitas

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

[Lomba PK] Restorasi Film Tiga Dara, Banyak Biaya, Banyak Manfaat, Sedikit Untung?

10 September 2016   06:14 Diperbarui: 10 September 2016   08:02 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kompasiana.com I ilustrasi"][/caption]

Tema : Restorasi film Tiga Dara

Bagi anak muda generasi 90an dan 2000an (koq bukan generasi 100an yah?) menonton film hitam putih mungkin terasa aneh dan membosankan, karena mereka terbiasa menonton film yang penuh warna (full colour), apalagi untuk film-film kartun, kualitas gambarnya warna warni sangat tajam, sungguh memanjakan mata penontonnya. Naluri manusia kan dimanjakan, terutama perempuan. Itulah penjelasan ataa fenomena banyaknya gadis muda yang punya pasangan pria paruh baya, karena bersama pria tersebut sang wanita bisa manja-manjaan seperti dengan bapaknya sendiri.

Bagi anak muda generasi 90an dan 2000an tersebut, mungkin menyangka ada kerusakan di layar bioskop atau di televisi saat menonton film hitam putih. Hal ini bisa dimengerti dan dimaklumi karena mereka tidak mengalami hidup di jaman kemerdekaan sampai sekitar tahun 1960an di mana teknologi film berwarna memang belum ada.

Beda halnya dengan jaman waktu mbah kakung dan mbah putri muda dulu di kampung, bahkan jaman mbah buyut muda dulu, semua film di bioskop maupun di TV warnanya ya hitam putih, kalo ada film yang berwarna-warni, pasti disangka layar bioskop atau televisinya yang rusak.

Saya ingat waktu kecil dulu, sekitar tahun 80an, mbah kakung pernah cerita bahwa ada film lawas yang sangat ia suka, ia menonton sampai 3x, judulnya "Tiga Dara" yang disutradarai oleh bapak perfilman Indonesia Usmar Ismail.

Mbah Kakung cerita ia sangat suka film tersebut karena 3 orang pemeran wanitanya, yang menjadi pemeran 3 dara semuanya cantik-cantik dan pas banget dengan selera dia. Ketiga artis tersebut adalah : Chitra Dewi (Nunung), Mieke Wijaya (Nana), dan Indriati Iskak (Nenny).

Mbah Kakung mengaku kalo ia kenal ketiga artis tersebut dan pernah mengencaninya dalam waktu yang berbeda. Dalam hati saya bergumam "Bagus juga selera perempuan pilihan mbah kakung, pantes saja selera perempuan pilihanku bagus juga, rupanya nurun mbah kakung."

Film "Tiga Dara" adalah film musikal, seperti film "Sound of Music" yang legendaris itu, juga film "Chicago" yang dapat oscar itu. film "Tiga Dara" bercerita tentang sebuah keluarga dengan 3 orang anak gadis yang jomblo (belum punya pacar, tentunya belum punya calon suami). Ketiga anak gadis ini tinggal bersama bapaknya (Hassan Sanusi) dan mbahnya (Fifi Young). Mbahnya ini semangat sekali mencarikan calon suami untuk cucu perempuannya, namun sayangnya urusan asmara, cinta-cintaan dan pernikahan bukanlah urusan sederhana dan mudah seperti membalikan telapak tangan. Ada cowo yang mau dengan cucunya, cucunya ga mau, giliran mbahnya mau dengan cowo tersebut, cowonya yang ga mau. Masa ngincar cucu malah dapat mbahnya? Apes banget yah.

Mendengar cerita seru mbah kakung, saya jadi pingin tahu dan kepo seperti apa sih film "Tiga Dara" besutan Usmar Ismail ini. Saya juga penasaran seperti apa sih wajah cantik artis pemeran Tiga Dara waktu muda, kalo sekarang kan sudah jelas wajahnya, tetap terlihat cantik tapi banyak keriput di sana sini. Tapi sayang seribu sayang, di bioskop-bioskop kesayangan saya, saya tunggu bertahun-tahun sejak saya SD, SMP, SMA, Kuliah sampai lulus kuliah, film "Tiga Dara" yang dulu mbah kakung tonton dan suka tidak pernah tampil ditayangkan. Saya kecewa dan mengubur impian saya dalam-dalam untuk menonton film lawas Tiga Dara yang mendapat piala citra di FFI tahun 1960. Saya google di internet, saya ubek-ubek situs-situs pemutar film streaming (ganool, layarkaca21, juragan21 dll) juga tidak ada.

Heran juga saya dengan internet ini, kalo mencari film porno, baik yang lawas maupun yang baru, mudahnya bukan main, tapi mencari film berkualitas jaman dulu koq susah minta ampun.

Dream comes true

Amanjing. Amanjing. Amanjing.

[caption caption="Dua tiket I dokpri"]

[/caption]

Gak ada hujan gak ada badai, tiba-tiba tahun 2016 ini, saya dikejutkan dengan kabar bahwa film kesukaan mbah kakung saya, film "Tiga Dara" berhasil direformasi, eh salah, direstorasi oleh PT RENDER DIGITAL INDONESIA dalam bahasa sederhananya : diperbaiki yang rusak-rusak, dibagusin kualitasnya, sehingga bisa kembali utuh dan siap ditayangkan dalam format terbaru, yaitu digital 4K, dengan resolusi (kerapatan) yang sangat tinggi, sehingga total file film tersebut mencapai 12 TeraByte. Total biaya kabarnya mencapai 3 miliar.

Entah akan untung atau rugi hasil penjualannya nanti, mudah-mudahan saja akan dapat untung besar sehingga memacu untuk lebih banyak melakukan restorasi film-film lainnya, soalnya banyak sekali manfaat yang kita peroleh dari reformasi, eh reservasi, eh restorasi film lawas ini.

WoW, membaca besarnya file dan budget yang dikeluarkan, saya sampe salto dengarnya.

Mendengar kabar film Tiga Dara hasil restorasi tayang di bioskop kesayangan, saya girang luar biasa, segera saya hubungi si dia kesayangan saya, untuk menemani nonton film Tiga Dara yang saya tunggu-tunggu sejak kecil dulu. Ini beneran loh, saya pernah kecil, bukan ujug-ujug jadi gede dan gagah serta ganteng seperti saat ini.

Akhirnya mimpi saya untuk menonton film Tiga Dara kesukaan mbah kakung jadi kenyataan, dan saya bisa melihat dengan mata kepala sendiri kecantikan Mieke Wijaya, Chitra Dewi dan Indriati Iskak. Mereka bener-bener cantik, kalo dipadankan dengan artis jaman sekarang, gak kalah cantik dari Chelsea Islan, Jessica Mila dan Prilly Latuconsina. Kebetulan saya kenal ketiga artis yang ngehits saat ini, dan saya punya impian suatu hari nanti bisa kencan bersama mereka, seperti De Javu mengulang kisag mbah kakung yang pernah kencan dengan ketiga artis Tiga Dara tempo doeloe.

Terima kasih PT RENDER DIGITAL INDONESIA, berkat kerja keras kalian merestorasi film Tiga Dara, kami-kami generasi yang lahir jauh di belakang generasi mbah-mbah kami, ngkong-ngkong kami, bisa menonton film-film bagus jaman mbah dan ngkong dulu. Kalo tidak ada restorasi film, mungkin kami-kami hanya mendengar kisah film-film tersebut sebatas cerita atau dongeng pengantar tidur, tanpa pernah tahu jalinan cerita aslinya.

Sekali lagi terima kasih kepada PT RENDER DIGITAL INDONESIA, juga kepada PLANET KENTHIR yang berperan besar mempopulerkan tema restorasi film yang sangat bermanfaat bagi kemajuan perfilman Indonesia yang sempat mati suri di tahun 90an, karena marak dengan film-film bertema horor dan seks.

Jayalah Film Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun