Ketika Surga Itu Terbuang di Panti Jompo. Beberapa waktu lalu viral sebuah surat yang berisi  pernyataan 3 orang anak untuk menitipkan ibunya di Panti jompo. Alasan menitipkan ini karena mereka memiliki kesibukan dan tak memiliki waktu untuk mengurus ibunya tersebut. Maka mereka kemudian sepakat untuk mengirim ibunya ke panti jompo.
Saya sendiri teramat sedih membaca dan mendengar berita ini. Saya tidak akan bisa tenang membayangkan orangtua yang selama ini telah merawat kita hingga kita bisa mandiri dan "menjadi orang" tinggal di sana.Â
Amat sangat pasti ibu tersebut akan merasa sunyi. Namun saya juga yakin jika ibu tersebut sedikitpun tidak menaruh dendam kepada anak-anaknya. Karena seorang ibu itu maafnya seluas samudra yang tak bertepi.
"Seorang ibu mampu merawat 10 anaknya, tapi 10 anak belum tentu bisa merawat ibunya"-Anonim
Mungkin kalimat di atas sudah tidak asing lagi bagi kita. Ibu saya sendiri memiliki 6 anak. Sejak si bungsu lahir, beliau harus menjadi ibu tunggal yang menghidupi kami tanpa pekerjaan tetap. Ayah meninggalkan kami untuk selama-lamanya.
Kini, ketika membayangkan diri saya sendiri dalam posisi ibu saya, saya nggak tahu apakah kuat apa tidak. Ditinggal suami dengan anak-anak yang masih kecil.
Lalu ketika saya sendiri telah berumah tangga, saya bisa merasakan bagaimana harus merawat dan mendidik anak-anak. Semuanya tidak mudah dan butuh kesabaran ekstra.Â
Saya harus begadang ketika anak-anak sakit dan tentu juga merasa perih ketika melihat mereka kesakitan. Harus menahan amarah yang meletup ketika mereka membuat kegaduhan. Harus menahan perih ketika anak-anak belum membayar iuran sekolah. Dan tentu sajakerepotan-kerepotan lain pada umumnya yang tidka pernahs aya bayangkans ebelumnya. Dan mungkin ini terjadi pada semua ibu di seluruh dunia. Lalu bagaimana mungkin kini kita tidak mampu merawatnya ketika beliau sudah tua?
Posisi Ibu dalam Islam
Dalam islam banyak sekali cerita-cerita yang menggambarkan betapa mulianya seorang ibu. Bahkan Rasulullah sendiri membenarkan posisi ibu 3 kali lebih tinggi daripada ayah. Seperti kisah di bawah ini yang pastinya sudah tak asing lagi bagi seorang muslim mendengarnya.
Pada suatu hari Rasulullah di datangi seseorang dan bertanya,"Ya Rasul, kepada siapa aku harus berbakti pertama kali?", Rasulullah menjawab,"Ibumu." Lalu orang tersebut bertanya lagi,"Lalu kepada siapa lagi ya, Rasul?". Rasul menjawab,"Ibumu." Orang itu bertanya lagi,"Lalu kepada siapa lagi ya, Rasul?". Rasul lagi-lagi menjawab,"Ibumu." "lalu kepada siapa lagi ya Rasul," tanyanya lagi. Baru kemudian Rasul menjawab,"Ayahmu." (HR Bukhari Muslim)
Selain hadist masyhur di atas, kepedihan ibu juga diabadikan dalam QS Luqman ayat 14 yang artinya "Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu."
Dari ayat tersebut sudah jelaslah bahwa kewajiban kita sebagai anak adalah berbakti kepada orangtua. Berbuat baik kepada ibu yang telah mengandung selama 9 bulan. Lalu setelahnya Ibu merawat kita hingga tumbuh besar seperti sekarang ini. Jangan pernah menjawab ayat ini,"aku tidak pernah ingin dilahirkan." Sebab kelahiran kita bukanlah keinginan orangtua semata, itu bukti kuasa dari Allah dan menjadi bagian takdir kita.
Membaca hadist dan ayat alquran di atas, maka benarlah jika surga itu ada di telapak kaki ibu. Betapa seorang ibu telah mengorbankan banyak hal seperti kesenangan dirinya demi menjaga dan merawat anak-anaknya.
Masihkah Ingin Mengirim Orangtua ke Panti Jompo?
Melihat posisi orangtua yang begitu tinggi dan kewajiban kita berbakti kepadanya, masihkah kita tega menitipkan orangtua kita ke Panti Jompo? Sebenarnya saya sendiri tak bisa menghakimi apa yang telah diputuskan ketiga anak tersebut.Â
Namun alangkah baiknya, sebelum memutuskan berpikir berulang kali dampak dunia dan akhiratnya. Dan ini menurut saya beberapa hal yang harus diperhatikan atau bisa menjadi bahan pertimbangan.
1. Ajak Orangtua Tinggal Bersama
Mengajak orangtua atau ibu tinggal. Ini mungkin menjadi pilihan sulit. Apalagi jika itu anak laki-laki. Meski memang sudah kewajibannya mengurus ibunya. Karena anak lelaki adalah milik ibunya sampai dia wafat. Ada pilihan sulit antara lain; istri yang tidak setuju jika ibu harus seatap degannya. atau ada konflik antara menantu perempuan dan ibunya sebelum ini terjadi.Â
Selain itu terkadang memang orangtua tidak mau diajak tinggal di rumah anak-anaknya. Mereka lebih memilih tinggal sendiri di rumah yang sudah dia huni sekian lam.
Namun, dari semua pertimbangan dan kesulitan ini, pilihan satu-satunya, ajak orangtua tinggal satu rumah. Jika tidak memiliki waktu untuk mengurusnya karena kesibukan di kantor, mungkin bisa menyewa perawat yang khusus merawat orangtua. Setidaknya orangtua tetap bisa melihat anaknya dan mungkin cucu-cucunya. Itulah kebahagiaan yang diinginkannya, berkumpul bersama anak dan cucu.
2. Konsultasi dengan Orang yang Dipercaya atau Ustadz yang Memiliki Ilmu Agama yang Baik
Konsultasikan hal ini sebelum mengambil keputusan akhir dengan orang-orang yang dipercaya. Mungkin memang mereka bukan dari anggota keluarga kita. Tapi setidaknya, pendapat mereka bisa menjadi pertimbangan kita untuk mengambil keputusan yang terbaik.Â
3. Doa Ibu adalah Mustajab
Kita mungkin perlu mengingat bahwa doa ibu adalah paling mustajab. Bisa jadi kesuksesan kita saat ini adalah karena doa-doa ibu yang dia sematkan setiap kali berdoa. Perlu diketahui, doa ibu itu tidak ada tabir, meskipun ibu itu bergelimang dosa. Maka pertimbangkanlah, masihkah kita ingin keberkahan dengan merawat beliau dengan kaki tangan kita sendiri?
Penutup
Dunia ini memang fana. Terkadang kita terlena oleh waktu. Terkadang kita takut kehilangan sesuatu (tentang dunia) jika harus terlewat waktu karena mengurus orangtua.
Saya pernah mendengar suatu kisah. Ada seorang pengusaha yang memiliki janji temu dengan pengusaha lain yang lebih hebat. Tetapi ada berkas yang tertinggal dan pengusaha pulang ke rumahnya mengambil berkas. Tak di sangka, saat membuka pintu terlihat kotoran ibunya berserak di mana-mana.Â
Pengusaha tersebut bingung, antara harus meninggalkan ibunya dalam keadaan seperti itu atau terus melanjutkan pekerjaan. Sedangkan jarak temu antara pengusaha itu dengan pengusaha lainnya hanya tinggal beberapa menit saja dan masih membutuhkan perjalanan panjang. dilihatnya jarum jam di dinding menunjukkan 30 menit sebelum janji temu di mulai.
Namun akhirnya dengan hati ikhlas beliau lebih memilih mengurus ibunya, membersihkan ibunya, lalu membersihkan rumah. Dia sudah rela jika proyek yang diimpikannya itu lepas karena dia ingkar jaji temu. Namun, ketika dia sudah menyelesaikan semuanya, dilihatnya jam dinding tersebut, waktunya masih sama. Seolah saat dia bekerja membersihkan ibu dan membersihkan rumah, aktu terhenti. Bukan karena jam dindingnya rusak atau mati. Tetapi memang kuasa Allah dengan menghadiahi pengusaha tersebut keajaiban.
Dengan bergegas dia menemui pengusaha yang satunya. akhirnya kesepakatan terjadi dan dia mendapatkan proyek yang diimpikannya.Â
Ini menandakan bahwa tidak akan rugi jika kita bersusah payah mengurus orangtuua kita sendiri. Tetapi semua memang kembali kepada masing-masing pribadi. Semoga kita terhindar dari keraguan mengurus orangtua lalu menitipkannya ke panti jompo. (end)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI