Kini ketika saya tanyakan kepada pemilik surau, ternyata tak ada lagi momen-momen seperti dahulu. Surau kini sepi, anak-anak tak banyak yang mengaji lagi. Beliau bilang, masa saya adalah masa kejayaan surau tersebut.
3. Main Long BumbungÂ
Sebagian besar orang Jawa pasti tahu dong, Long Bumbung. Ini mercon dari bambu. Biasanya di buat sendiri. Setiap hari, selepas berbuka atau tarawih, saya, adik dan kakak memainkan long bumbung ini. Suaranya berdentum. Cukup memerlukan minyak tanah, korek api dan bambu penyulut untuk menghidupkan long bumbung. Perlu diketahui, tahun 90-an, minyak tanah harganya masih sangat terjangkau. Hehehehe.
4. Jalan-Jalan Pagi Selepas Subuh
Ini salah satu momen yang paling ditunggu. Hehehehe. Terutama bagi ABG. Biasanya kami jalan pagi berombongan. Selepas salat subuh dan kultum, kami semua dari anak-anak hingga dewasa jalan-jalan pagi. Kebetulan saya tinggal di kaki Gunung Merapi Yogya. Jadi, nuansa pagi yang dingin di antara petak-petak sawah, atau menyaksikan puncak merapi yang sedang mengalirkan laharnya, juga menyaksikan embun-embun yang masih menempel di dedauan terasa begitu indah.
Yang juga tidak terlupa, teman-teman saya yang saat itu mungkin sedang masa puber, menarik perhatian lawan jenisnya saat bersimpangan jalan. Beberapa diantaranya juga mendapatkan "pacar" saat itu.Â
Sekarang semuanya tinggal kenangan bagi saya. Selain karena saya tinggal jauh di pulau seberang, saya pun tak pernah menemukan momen seperti itu lagi di sini. Ramadan sungguh membawa berkah, selalu ditunggu, dan menjadi kenangan tersendiri dari tahun ke tahun. (end)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H